Search This Blog

SKRIPSI PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN ANAK DIDIK TK

(KODE : PG-PAUD-0084) : SKRIPSI PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN ANAK DIDIK TK

contoh skripsi pgpaud
BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dunia anak-anak adalah dunia yang sangat menyenangkan. Bagi anak itu sendiri dunia adalah segala sesuatu ada di hari-harinya seperti, menangis, tertawa, ceria, sakit, kecewa, berteman, tidak cocok, kasih sayang orangtua, dimarahi dan Iain-lain.
Apabila kita ingin memahami kehidupan anak-anak umumnya usia pra sekolah (TK), maka kita harus banyak menyandarkan diri pada pengamatan terhadap tingkah laku yang nampak pada anak-anak tersebut. Pada anak-anak yang sudah belajar di Taman Kanak-kanak, anak tentu saja sudah mulai diajarkan sikap mandiri, disiplin, bekerjasama, berfikir dan lain sebagainya. Di sekolah memang peranan penting dipegang oleh para guru, tetapi peran orangtua juga sangat penting dalam menyiapkan anak dan menjadikannya anak yang cerdas, mandiri, disiplin, kreatif. Waktu anak-anak dengan orangtuanya lebih banyak dari pada waktu bersama guru di sekolah.
Kedekatan orangtua dengan anak akan tampak dari kelekatan anak dengan orangtuanya. Kelekatan berarti adanya hubungan afeksi yang kuat antara anak dengan orangtuanya. Membangun kelekatan dengan anak tidak otomatis berdampak ketergantungan anak. Agar kelekatan tidak berujung pada ketergantungan, maka orangtua perlu memberikan bimbingan dan pelatihan pada anak-anak untuk melakukan keperluan-keperluannya sendiri sesuai dengan tingkat usia anak.
Kemandirian anak dapat dilatih melalui hal-hal yang sederhana, yang paling penting adalah orangtua haras dapat menghargai anak dan tidak terlalu mengendalikan anak (Tim Pustaka Familia, 2006 : 21). Kemandirian diawali ketika seorang bayi dilahirkan di dunia. Ketergantungan sepenuhnya terhadap ibu selama sembilan bulan dalam kandungan benar-benar diputuskan. Tangisan bayi sesaat setelah keluar dari rahim ibu adalah penanda awal kemandiriannya sebagai manusia. Pada saat itulah ia harus menggunakan paru-parunya sendiri untuk bernafas. Kemandiriannya sebagai anak manusia tak terjadi begitu saja dan serentak. Seorang anak akan mengalami proses perkembangan dan pertumbuhan yang berjalan teras-menerus dalam rentang kehidupannya. Kemandirian fisik, emosional, moral berjalan seiring sangat dipengaruhi oleh kematangan biologis maupun dukungan sosial.
Kata kemandirian berasal dari kata dasar diri yang mendapatkan awalan ke dan akhiran an yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari kata dasar diri, pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari pembahasan mengenai perkembangan diri itu sendiri. Emil Durkheim, misalnya melihat makna dan perkembangan kemandirian dari sudut pandang yang berpusat pada masyarakat. Menurut Abraham H. Maslow (dalam Mohammad Ali dkk, 2008 : 111) kemandirian dibedakan menjadi dua : yaitu 1) kemandirian aman, dan 2) kemandirian tidak aman. Kemandirian aman adalah kekuatan untuk menumbuhkan cinta kasih pada dunia, kehidupan, dan orang lain, sadar akan tanggung jawab bersama dan tumbuh rasa percaya diri terhadap kehidupan. Sedangkan kemandirian tidak aman yaitu kekuatan kepribadian yang dinyatakan dalam perilaku menentang dunia. Maslow menyebut kondisi ini sebagai selfish autonomy atau kemandirian mementingkan diri sendiri. Kemandirian merupakan suatu kekuatan internal individu yang diperoleh melalui proses individualisasi. Proses individualisasi itu adalah proses realisasi kedirian dan proses menuju kesempurnaan. Diri adalah inti dari kepribadian dan merupakan titik pusat yang menyelaraskan dan mengoordinasikan selurah aspek kepribadian. Kemandirian yang terintegrasi dan sehat dapat dicapai melalui proses perkembangan dan ekspresi sistem kepribadian sampai pada tingkatan yang tertinggi (Mohammad Ali dkk, 2008 : 111).
Sedangkan menurut Moh. Akhlis (1994 : 19) siswa yang memiliki sifat mandiri tinggi lebih tergantung pada diri sendiri dari pada pihak lain, antara lain adanya sifat kreatif tinggi, dan rasa tanggung jawab yang besar. Secara ringkas kemandirian dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk memikirkan, merasakan, serta melakukan suatu sendiri atau tidak tergantung pada orang lain.
Kemandirian sangat penting dikembangkan pada diri anak. Hal ini dapat di-pahami bahwa anak merupakan subyek dan obyek yang berperan penting dalam proses pendidikan. Dalam pendidikan tersebut diarahkan untuk menciptakan anak yang berkualitas yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan, handal, berbudi luhur serta mampu bersaing di masa yang akan datang. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan anak-anak yang mempunyai kemandirian.
Dalam Tim Pustaka Familia (2006 : 49) cara mengembangkan kemandirian pada anak dibakukan dengan memberikan kesempatan untuk terlibat dalam berbagai aktivitas. Semakin banyak kesempatan maka anak akan semakin mahir mengembangkan keterampilannya sehingga anak lebih percaya diri. Peran orangtua amat penting dalam pembentukan kemandirian anak. Dengan kemandirian yang ditanamkan sejak dini, anak akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Hal ini akan memberikan pengaruh yang berarti dalam pergaulannya di masa mendatang. Sebab akan tumbuh perasaan bahwa mereka akan mampu melakukan sesuatu dan dapat mengontrol diri.
Menurat Mohammad Ali (2009 : 109) perkembangan kemandirian menjadi sangat penting karena dewasa ini semakin terlihat gejala-gejala negatif seperti ketergantungan disiplin kepada kontrol dari luar dan bukan karena niat sendiri secara ikhlas, sikap tidak peduli terhadap lingkungan fisik maupun sosial, sikap hidup yang mematuhi dan menghormati orang lain dilandasi bukan oleh hakikat kemanusiaan sejati melainkan hanya atribut-atribut sementara yang dimiliki oleh orang lain.
Kemandirian bukanlah keterampilan yang muncul tiba-tiba tetapi perlu di-ajarkan pada anak. Tanpa diajarkan, anak-anak tidak tahu bagaimana harus membantu dirinya sendiri. Kemampuan bantu diri inilah yang dimaksud dengan mandiri. Misalnya makan, mandi, berpakaian, buang air kecil dan buang air besar sendiri. Tentu saja kemandirian ini hanya bias dicapai melalui tahapan sesuai dengan perkembangan usia. Oleh karena itu, latihan kemandirian mesti dimulai di rumah, tak hanya di sekolah.
Kemandirian anak harus dibina sejak masih bayi, jikalau kemandirian anak diusahakan setelah anak besar, kemandirian itu akan menjadi tidak utuh. Kunci kemandirian anak sebenamya ada di tangan orangtua. Kemandirian yang dihasilkan dari kehadiran dan bimbingan orangtua akan menghasilkan kemandirian yang utuh. Untuk dapat mandiri anak membutuhkan kesempatan, dukungan dan dorongan dari keluarga khususnya pola asuh orangtua serta lingkungan sekitarnya, agar dapat mencapai otonomi atas diri sendiri. Kemandirian pada anak berawal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pola asuh orangtua di dalam keluarga, orangtua lah yang berperan dalam mengasuh, membimbing, membantu dan mengarahkan anak untuk menjadi mandiri. Meski dunia pendidikan atau sekolah juga turut berperan dalam memberikan kesempatan kepada anak untuk mandiri, pola asuh orangtua tetap merupakan pilar utama dan pertama dalam membentuk anak untuk mandiri. Orangtua mana yang tidak mau melihat anaknya tumbuh menjadi anak mandiri. Tampaknya memang itulah salah satu tujuan yang ingin dicapai orangtua dalam mendidik anak-anaknya.
Pola asuh orangtua akan sangat mempengaruhi perkembangan kemandirian anak. Mohammad Ali (2009 : 118) mengatakan ada sejumlah faktor-faktor yang sering disebut sebagai korelat perkembangan kemandirian, yaitu gen atau keturunan orang tua, pola asuh orangtua, sistem pendidikan di sekolah dan sistem kehidupan di masyarakat. Seperti yang kita ketahui lingkungan yang paling dekat dengan anak dan tempat dimana anak berinteraksi pertama adalah lingkungan keluarga. Terdapat banyak faktor dalam keluarga yang dapat memengaruhi perkembangan anak. Salah satu faktor tersebut adalah pola asuh yang diterapkan orangtua kepada anaknya.
Menurut Ratri Sunar Astuti (2006 : 53) prinsip mendidik kemandirian adalah melatih pada saat yang tepat. Latihan yang terlalu awal justru akan membuat anak merasa tidak aman dan menjadi tertekan. Namun, apabila terlambat maka kita akan kesulitan mengubah sifat ketergantungan anak terhadap orangtua. Pada umumnya anak adalah insan yang masih perlu dididik atau diasuh oleh orang yang lebih dewasa dalam hal ini adalah ayah dan ibu, jika orangtua sebagai pendidik yang pertama dan utama ini tidak berhasil meletakkan dasar kemandirian maka akan sangat berat untuk berharap sekolah mampu membentuk anak menjadi mandiri.
Para siswa di TK obyek penelitian rata-rata berasal dari latar belakang keluarga yang berada. Kebanyakan berasal dari keluarga menengah ke atas yang orangtuanya bekerja di bidang meubel sehingga dalam kesehariannya anak didik di asuh oleh beberapa pengasuh. Perbedaan dalam hal kemandirian dan pola asuh anak didik TK ini sangat terasa. Ada sebagian anak yang mempunyai kemandirian yang tinggi, hal ini dapat dilihat dari anak dalam kegiatan sehari-hari di sekolah terhadap suatu tugas dari guru dengan mandiri tanpa meminta bantuan dari pihak lain, anak yang mempunyai kemandirian cenderung mendapatkan pola asuh yang baik dan bertanggung jawab melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepada anak tersebut, tetapi ada sebagian anak juga tingkat kemandiriannya yang rendah, hal tersebut dapat dilihat dari anak yang diberikan tugas dari guru selalu meminta bantuan, tidak percaya dengan kemampuan diri sendiri dan menggantungkan tugas-tugasnya tersebut kepada pihak lain. Fenomena tersebut kerap kali terjadi, misalnya seorang anak meminta bantuan pihak lain untuk memenuhi keperluannya walau sebenarnya mereka mampu melakukan sendiri. Tidak jarang anak meminta diambilkan minum atau sepatu, meskipun sebenarnya bisa mengambil sendiri.
Penelitian ini dilaksanakan di TK X karena banyak diminati oleh masyarakat setempat dan TK ini termasuk TK yang dijadikan sebagai TK unggulan dan sebagai pusat percontohan TK-TK lain di Kabupaten X. Mencermati kenyataan diatas, bahwa dari latar belakang keluarga yang berada akan membentuk pola asuh yang memengaruhi kemandirian anak didik. Secara kenyataan di TK X belum pernah diadakan penelitian tentang pengarah pola asuh terhadap perkembangan kemandirian anak. Hal tersebut mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang pengarah pola asuh terhadap perkembangan kemandirian anak di sekolah tersebut, dan akhirnya penulis merumuskan ke dalam penelitian yang berjudul sebagai berikut : PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN ANAK DIDIK TK X.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »