Search This Blog

Showing posts with label anak usia dini. Show all posts
Showing posts with label anak usia dini. Show all posts

SKRIPSI PERAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA ANAK USIA DINI DI TK

(KODE : PG-PAUD-0088) : SKRIPSI PERAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA ANAK USIA DINI DI TK

contoh skripsi pgtk
BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Merosotnya kualitas pendidikan banyak mendapat sorotan dari masyarakat, peserta lulusan kependidikan, para pendidik dan pemerintah. Oleh karena itu pemerintah berupaya semaksimal mungkin mengadakan perbaikan dan penyempurnaan di bidang pendidikan. Sebagai langkah antisipasi, maka pendidikan banyak diarahkan pada penataan proses belajar, penggunaan dan pemilihan media belajar secara tepat. Kesemuanya dimaksudkan untuk pencapaian hasil belajar semaksimal mungkin.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu pertanda bahwa seorang telah belajar suatu adalah perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).
Perubahan tersebut hendaknya terjadi sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya melalui proses belajar mengajar. Dimana guru bukan satu-satunya sumber belajar, walaupun tugas, peranan dan fungsinya dalam proses belajar mengajar sangatlah penting.
Melihat sedemikian kompleksnya masalah proses belajar mengajar dan peran guru, maka dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam proses belajar mengajar perlu dikembangkan iklim kondusif yang dapat menumbuhkan sikap dan perilaku belajar secara wajar. Untuk itu pembelajaran dengan menggunakan media, khususnya media gambar dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk hal tersebut.
Dengan penggunaan media gambar pada dasarnya membantu mendorong para siswa dan dapat membangkitkan minatnya pada pelajaran. Membantu mereka dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreatif dalam bercerita, dramatisasi, bacaan, penulisan, melukis dan menggambar, serta membantu mereka menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks. Demikian pula pemahaman pengertian mengenai kemasyarakatan bisa diperoleh dari gambar, dan dalam situasi tertentu gambar merupakan sumber terbaik untuk tujuan penelitian atau penyelidikan.
Media gambar dapat menolong dan banyak digunakan dalam pengajaran, khususnya dalam pembelajaran anak usia dini. Bukan dikarenakan gambar itu banyak dan murah, melainkan gambar-gambar itu mudah dipahami oleh anak-anak ketimbang kata-kata atau pengertian verbal. Anak-anak zaman sekarang ini tumbuh dan berkembang bersama gambar atau tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan gambar dan mereka belajar membaca arti yang terkandung dalam gambar sejak usia anak-anak. Dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, gambar sekarang dibuat lebih menarik dan lebih atraktif, sehingga dapat digunakan sebagai media pembelajaran.
Dalam pembelajaran setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda ada yang unggul dalam aspek verbal ada yang unggul dalam aspek nonverbal. Oleh karena itu, Edge Dale dalam Azhar Arsyad mengemukakan bahwa prosentase keberhasilan pembelajaran sebesar 75% berasal dari indera pandang, melalui indera dengar sebesar 13% dan melalui indera lainnya sebesar 12%.
Oleh karena itu gambar sangat penting digunakan dalam usaha memperjelas pengertian, sehingga dengan menggunakan gambar peserta didik dapat lebih memperhatikan terhadap benda-benda atau hal-hal yang belum pernah dilihatnya yang berkaitan dengan pelajaran. Penggunaan media gambar juga dapat membantu guru dalam mencapai tujuan instruksional, karena gambar termasuk media yang mudah dan murah serta besar artinya untuk mempertinggi nilai pelajaran, karena gambar pengalaman dan pengertian peserta didik menjadi lebih luas, lebih jelas dan tidak mudah dilupakan, serta lebih konkret dalam ingatan dan asosiasi peserta didik.
Menurut H. Carl Witherington “Good teaching maintains fitness and freshness in the classroom as opposed in the drab, dull, deadly routine of a hypertrophied intellectual attitude”. Pengajaran yang baik selalu mengusahakan adanya kejelasan dan kesegaran di dalam kelas. Usaha ini sebagai hal yang berlawanan dengan suasana yang membosankan serta menjemukan yang terdapat pada sikap intelektual yang berlebihan.
Karena itulah kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting dalam proses pembelajaran, terutama Pendidikan Agama Islam. Segala ketidakjelasan dan kerumitan bahan yang disampaikan dapat dibantu dan disederhanakan dengan menghadirkan media sebagai perantara. Selain itu anak didik tidak merasa bosan dan dapat menghidupkan pelajaran.
Media juga dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkritkan dengan kehadiran media. Dengan demikian anak didik akan lebih mudah mencari bahan yang akan dipelajari melalui media.
Tidak diragukan lagi, pemilihan media pembelajaran diarahkan kepada suatu upaya untuk mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang abstrak dan mempertinggi daya serap sekaligus menekankan kepada pengalaman lapangan kepada siswa terutama mengenai pembelajaran Agama Islam.
Untuk itu dalam sistem pendidikan yang baru diperlukan tenaga pengajar yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang lebih memadai, kinerja dan sikap baru, peralatan yang lebih lengkap dan administrasi yang teratur.
Oleh karena itu, di dalam pembelajaran yang pada akhirnya diharapkan dapat mempertinggi mutu hasil belajar yang dicapai oleh siswa maka dengan penggunaan media gambar sebagai alternatif media pembelajaran sangat efektif dalam proses belajar siswa dan dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa di TK X. TK ini menerapkan program peningkatan pendidikan dengan menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman, diharapkan membantu kemajuan dalam hal pendidikan. Terutama dalam menumbuhkan minat belajar pada siswa taman kanak-kanak, disamping itu dapat mempermudah proses belajar mengajar di kelas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaran Agama Islam dengan menggunakan media gambar khususnya dalam pembelajaran agama di taman kanak-kanak dengan harapan dapat meningkatkan mutu hasil belajar.

SKRIPSI PERAN GURU DALAM MENGENALKAN MAKANAN BERGIZI PADA ANAK KELOMPOK B PAUD

(KODE : PG-PAUD-0087) : SKRIPSI PERAN GURU DALAM MENGENALKAN MAKANAN BERGIZI PADA ANAK KELOMPOK B PAUD

contoh skripsi pgpaud
BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Sujiono, 2009 : 7). Usia ini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Anak berusia 4-6 tahun kebutuhan gizi sangat dibutuhkan. Karena pada usia ini anak sangat rentang terhadap penyakit. Banyak anak yang hanya mengkonsumsi makanan jajanan (makanan ringan) yang seharusnya tidak bisa dikonsumsi dalam jumlah yang banyak, sehingga mengakibatkan anak menjadi kudis, gatal-gatal, bisul, dll.
Makanan jajanan boleh diberikan hanya sebagai selingan, namun makanan tersebut harus mengandung zat gizi yang dibutuhkan. Pada usia ini, anak mulai dibiasakan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan segar untuk menambah asupan vitamin dan mineral, merangsang pertumbuhan anak dan memperlancar pencernaan. Dengan demikian, kebutuhan gizi anak akan terpenuhi dan seimbang. (Graaf, 2005 : 28)
Makanan yang bergizi dan seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Makanan yang diberikan kepada anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sebaiknya makanan bergizi, meliputi (1) bahan makanan pokok sebagai sumber zat tenaga, (2) bahan makanan lauk pauk sebagai sumber zat pembangun, (3) bahan makanan sayuran sebagai 1 zat pengatur, serta (4) susu dan telur (Santoso, 2008 : 11).  
Pemberian makanan bergizi ini sangat penting bagi anak usia dini. Karena untuk mengetahui sejauh mana perkembangan anak dalam mengkonsumsi makanan yang disesuaikan dengan usia anak. Tanpa ada pemberian makanan yang bergizi maka akan terganggu pertumbuhan anak baik fisik maupun mentalnya. Untuk itu sebagai pendidik maupun orang tua harus mengetahui cara pemberian gizi yang sehat terhadap anak pada setiap tahapan perkembangan anak.
Peran guru dalam mengenalkan makanan bergizi bagi anak usia dini sangatlah penting, agar anak dapat mengenal berbagai makanan bergizi sehingga anak tidak mudah terserang penyakit. Kebanyakan orang tua hanya memberikan uang saku kepada anak ke sekolah tanpa mengetahui jajanan yang dibeli oleh anak mengandung gizi atau tidak, karena anak-anak hanya tahu mengkonsumsi saja. Sehingga menjadi kewajiban guru dalam memberikan pembelajaran tentang pengenalan makanan bergizi kepada anak maupun orang tua murid.
Selain itu juga guru adalah seorang figur sentral dalam dunia pendidikan, khususnya saat terjalinnya proses interaksi belajar mengajar misalnya dalam pembelajaran mengenai pengenalan makanan yang bergizi kepada anak usia dini. Guru juga harus memiliki kompetensi profesional. Karena guru yang profesional itu adalah guru yang mempunyai tanggung jawab besar terhadap anak-anak didiknya, memiliki kemampuan mengembangkan diri dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan mendidik anak. Khususnya dalam mengenalkan makanan bergizi bagi anak, tugas guru disini adalah mengenalkan berbagai macam makanan bergizi untuk dapat dikonsumsi oleh anak, serta manfaat makanan bagi tubuh yang memiliki gizi seimbang untuk perkembangan dan pertumbuhan anak. (Saptawaty, 2010 : 33)
Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidup sehat secara optimal. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik, ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.
Anak usia dini tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan orang dewasa yaitu guru dan orang tua. Dalam hal ini dikaitkan dengan pemberian makanan bergizi kepada anak usia dini, sehingga menjadi anak yang sehat jasmani dan rohani. Maka peranan gurulah yang sangat berpengaruh terhadap anak-anak kelak. (Soedirman, 2000 : 121)
Berdasarkan hasil observasi awal masih banyak anak yang kurang mengenal makanan bergizi. Ini diduga karena kurangnya informasi dan komunikasi mengenai pemberian makanan dan ukuran dalam memberikan asupan gizi melalui media-media yang telah ada pada zaman sekarang ini seperti media televisi, majalah-majalah dan koran. Selain itu juga materi pembelajaran tentang gizi masih kurang diberikan kepada anak. Guru sebagai tenaga pendidik dalam proses belajar-mengajar mempunyai pengaruh terhadap anak-anak didiknya yang kadang-kadang lebih dituruti daripada orang tua. Sehingga sangat diperlukan pendidikan di sekolah mengenai pemenuhan kebutuhan gizi agar hidup anak usia dini menjadi sehat dan cerdas. 
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa dalam pemberian makanan bergizi ini harus disesuaikan dengan usia dan perkembangan anak. Maka harus memerlukan guru yang profesional terhadap perkembangan anak dalam memperkenalkan makanan yang sehat, agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Karena Pendidikan gizi harus ditanamkan kepada anak-anak sejak usia dini. Cara yang harus dilakukan oleh guru untuk memberikan pengenalan tentang makanan bergizi adalah (1) Menunjukkan macam-macam makanan bergizi; (2) bagaimana memilih makanan bergizi; dan (3) manfaat gizi bagi kehidupan. Sehingga apa yang diharapkan oleh guru untuk merealisasikan dan melakukannya sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia dini, (Saptawaty, 2010 : 35).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti berusaha untuk mencari solusi terhadap pemecahan masalah ini, melalui suatu kajian ilmiah berupa penelitian dengan judul : PERAN GURU DALAM MENGENALKAN MAKANAN BERGIZI PADA ANAK KELOMPOK B PAUD.

SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK USIA DINI

(KODE : PG-PAUD-0082) : SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK USIA DINI

contoh skripsi pgpaud
BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 bab I pasal 1 ayat 1 yang dimaksud pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan merupakan transformasi nilai dari pendidik kepada peserta didik baik secara langsung maupun tidak langsung. Pendidikan juga sebagai upaya dalam rangka membangun, membina, dan mengembangkan kualitas manusia yang dilakukan terstruktur dan terprogram serta berkelanjutan. Oleh karena itu, pendidikan sebagai proses belajar harus dimulai sejak dini.
Dalam Islam dijelaskan bahwa usia anak-anak merupakan usia yang paling mudah untuk menerima atau merespon sesuatu baik melalui ungkapan, ucapan, panca indera, dan bahkan pengalaman, sehingga pada usia tersebut dianjurkan agar anak dilatih dengan ucapan-ucapan baik, terutama pada kehidupan awal anak (balita).
Pada umur tersebut pertumbuhan kecerdasan anak masih terkait kepada panca inderanya dan belum tumbuh pemikiran logis atau maknawi (abstrak), atau dapat dikatakan bahwa anak masih berpikir inderawi.
Usia dini merupakan masa emas (golden age) bagi anak- anak, karena pada usia ini anak-anak mempunyai kebebasan untuk berkembang dan tumbuh, baik secara fisik atau emosional dengan fasilitas dan media belajar yang representatif. Pada masa kanak-kanak ini juga merupakan periode pembentukan watak, kepribadian dan karakter.
Rasulullah saw bersabda : 
Abdan menceritakan kepada kami memberikan kabar kepada kami Abdullah memberikan kabar kepada kami Yunus dari Az-zuhri berkata : memberikan kabar kepadaku Abu Salamah bin Abdurrahman bahwasannya Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : “Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari)
Anak yang baru lahir ke dunia oleh Allah telah dibekali fitrah. Fitrah yang berupa potensi atau kemampuan dari semua hal. Tinggal bagaimana dia mengembangkan potensinya. Jika anak berada di lingkungan yang baik maka niscaya kelak ia tumbuh menjadi anak yang mempunyai karakter dan kejiwaan yang baik. Pertumbuhan kejiwaan seorang anak merupakan tanggung jawab utama orang tua. Seorang anak akan tumbuh menjadi apa, itu tergantung didikan dari orang tuanya. Menjadi baik, jahat, menjadi orang Yahudi, Nasrani, maupun Majusi itu pun merupakan tanggung jawab dan didikan dari orang tua sebagaimana hadis diatas. Perkembangan dan pertumbuhan anak juga tidak terlepas dari pengaruh lingkungan baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat yang ikut mewarnai kehidupan anak.
Usia dini merupakan masa terpenting bagi anak, karena pada usia ini anak mulai tumbuh dan berkembang secara optimal, juga merupakan masa pembentukan kepribadian anak sehingga memiliki kepribadian yang utama.
Oleh karena itu penting diterapkan pendidikan agama sejak dini. Keberhasilan pada usia dini adalah faktor penentu keberhasilan anak di masa mendatang.
Perkembangan agama pada masa anak terjadi melalui pengalaman hidupnya yang didapat sejak kecil, dalam keluarga, lingkungan sekolah, dan dalam lingkungan masyarakat. Semakin banyak pengalaman yang bersifat agama, (sesuai dengan ajaran agama) maka sikap, tindakan, kelakuan dan caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama.
Dengan memperkenalkan pendidikan agama sejak dini berarti telah membuat pribadi yang kuat berlandaskan agama dalam hal mendidik anak.
Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam mendidik anak agar berperilaku sesuai dengan ajaran agama. Tetapi karena keterbatasan ataupun kesibukan orang tua, maka orang tua menyerahkan pendidikan anak mereka di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Untuk menyelamatkan fitrah Islami anak, orang tua perlu menyekolahkan anaknya pada sekolah-sekolah yang Islami sehingga mampu membentuk kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam. Pentingnya penanaman nilai- nilai agama sejak usia dini diantaranya agar tercipta manusia yang berakhlak mulia.
Pendidikan agama Islam diberikan kepada anak sejak dini melalui pengenalan-pengenalan terlebih dahulu mengenai ciptaan Allah yang meliputi alam seisinya. Kemudian dikenalkan sholat yang dimulai dengan wudhu'. Anak-anak diberi kesempatan untuk mempraktekkan wudhu'. Apabila memulai mengerjakan sesuatu dibiasakan dengan basmalah. Anak-anak dilatih membaca do'a sehari-hari seperti do'a makan, do'a mau tidur, do'a berangkat ke sekolah. Dengan mengajarkan kebiasaan-kebiasaan yang bernuansa Islami akan menjadikan anak berperilaku sesuai ajaran agama Islam.
Pelaksanaan pembelajaran agama Islam melalui cara-cara seperti itu tidak akan berhasil sepenuhnya tanpa kerjasama dengan orang tua peserta didik dalam hal membiasakan kegiatan-kegiatan yang diajarkan di sekolah untuk diterapkan juga di rumah. Selain itu, guru juga harus selalu mengulang-ulang materi yang diajarkan supaya anak terbiasa melakukannya dalam kegiatan sehari-hari.
Disinilah pentingnya mendidik anak sejak dini terutama dalam menanamkan pendidikan agama Islam. Karena pada usia ini merupakan masa-masa terpenting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Sehingga perlu untuk ditanamkan nilai-nilai agama sejak dini agar dapat membentuk kepribadian anak yang Islami. Selain itu merupakan masa penentu keberhasilan anak di masa mendatang.
Dengan latar belakang di atas, penulis akan melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang mengangkat judul PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK USIA DINI DI PGIT X. Dengan alasan bahwa lembaga tersebut merupakan lembaga pendidikan prasekolah yang memprioritaskan pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak usia dini.

SKRIPSI PELAKSANAAN METODE CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK USIA DINI DI TK

(KODE : PG-PAUD-0081) : SKRIPSI PELAKSANAAN METODE CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK USIA DINI DI TK

contoh skripsi paud
BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan terpenting dan pertama yang harus diberikan oleh seorang pendidik adalah menanamkan keyakinan pada anak, yang mana ini diharapkan dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian anak. Pembentukan kepribadian tersebut berlangsung secara berangsur-angsur dan berkembang sehingga menjadi proses menuju kesempurnaan.
Dalam mengkomunikasikan ilmu pengetahuan agar berjalan secara efektif, maka perlu menerapkan berbagai metode mengajar yang sesuai dengan tujuan, situasi dan kondisi yang ada guna meningkatkan pembelajaran dengan baik. Hal ini dikarenakan berhasil atau tidaknya suatu proses belajar mengajar ditentukan oleh adanya metode pembelajaran yang merupakan suatu bagian yang sangat urgen dalam sistem pembelajaran. Yang dimaksud dengan metode disini adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses pembelajaran, metode sangat diperlukan oleh guru guna kepentingan proses pengajarannya.
Masa kanak-kanak merupakan sebuah periode penaburan benih, pendirian serta pondasi yang dapat disebut sebagai periode pembentukan watak, kepribadian dan karakter dari seorang manusia. Agar manusia kelak memiliki kekuatan dan kemampuan untuk berdiri tegar dalam meniti kehidupan.
Sebagaimana hadits Nabi : 
“Dari Abi Hurairoh sesungguhnya dia berkata bahwa rasulullah SA W. Bersabda : Tidaklah ada seorang anak pun yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, kedua orang tualah yang mempengaruhi anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (HR. Muslim)."
Pendidikan terhadap anak dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok sebagai pembentukan manusia menjadi insan kamil (manusia sempurna) atau yang memiliki kepribadian utama. Maka dari itu, hendaklah pendidikan menyentuh aspek yang bersinggungan langsung dengan ilmu umum agar mereka dapat hidup dan berkembang sesuai dengan cita-cita pendidikan itu sendiri. Dalam sebuah cerita terdapat ide, tujuan, imajinasi, bahasa dan gaya bahasa. Unsur-unsur dalam cerita tersebut berpengaruh dalam pembentukan pribadi anak. Untuk itulah tumbuh kepentingan dalam mengambil manfaat dari adanya sebuah cerita.
Metode cerita tampaknya memang merupakan metode yang sederhana namun dapat menarik interest seseorang lebih-lebih jika diterapkan untuk pendidikan anak-anak. Oleh karena itu, proses pendidikan pada anak dapat dilakukan oleh orang tua dan para pendidik melalui suri tauladan dengan contoh-contoh perilaku maupun dengan cerita-cerita yang dapat mendukung sikap dan nilai-nilai yang baik.
Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai fakta di lingkungan sebagai stimulan terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya. Pada usia dini tersebut anak masih mempunyai pola pikir sederhana, mereka belajar apa yang mereka lihat dan apa yang mereka dengar kemudian mereka cenderung mencontoh dari apa yang mereka lihat dan apa yang mereka dengar. Pengalaman tersebut nantinya akan terekam kuat dalam otak mereka. Jika lingkungan di sekitarnya baik, maka besar kemungkinan anak tersebut akan baik, begitu juga sebaliknya.
Awal masa kanak-kanak berlangsung dari usia dua sampai enam tahun. Orang tua menyebutnya sebagai usia problematis/usia sulit karena memelihara/mendidik mereka sulit; disebut sebagai usia main karena sebagian besar hidup anak waktunya dihabiskan untuk main. Masa ini dikatakan usia pra kelompok karena pada masa ini anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu masuk kelas satu SD. Manusia akan mengalami proses sosialisasi agar ia dapat hidup dan bertingkah laku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat dimana ia berada. Syarat penting untuk berlangsungnya proses sosialisasi adalah adanya interaksi sosial, karena tanpa interaksi sosial, sosialisasi tidak mungkin berlangsung.
Perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian sesudah tahun pertama ditandai oleh beberapa proses-proses yang sangat fundamental. Tingkah laku sosial interaktif seperti tingkah laku kooperatif, altruistis dan agresif banyak dipengaruhi oleh latar belakang struktural yang disebut ‘‘role taking” (pengambilan peran) dan egosentrisme. Dalam buku ‘‘Denken over jezelf en ander” (berfikir tentang diri dan orang lain) (Gerris, Jansen, dan Badal, 1980) diterangkan bahwa perkembangan sosial dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu kognisi sosial, artinya pengertian akan tingkah laku orang lain : kecakapan dalam bergaul dengan orang lain seperti sikap altruistis dan kooperatif : dan nilai-nilai sosial, artinya ‘‘berfikir dan bertindak dalam kenyataan sosial, berlangsung atas dasar pemilikan nilai-nilai”.
Dalam filsafat perkembangan dan pertumbuhan, disamping memperhatikan individualitas anak juga harus memperhatikan masyarakat dimana ia tumbuh dan dewasa. Lingkungan sosial inilah yang memberi fasilitas dan area-bermain pada anak untuk pelaksanaan realisasi diri. Oleh karena itu, anak tidak mungkin bisa berkembang sendiri tanpa bantuan dari lingkungan sosialnya (orangtua, lembaga pendidikan, dll). Setiap tingkah laku anak merupakan tingkah laku sosial, karena mempunyai relasi kaitan dengan orang lain baik dengan teman sebaya ataupun dengan orang dewasa.
Usia dini merupakan masa peka yang sangat penting bagi pendidikan. Untuk itu, saat yang paling baik memberikan pendidikan anak adalah pada usia dini. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya dilakukan pada saat usia dini yang dapat dilakukan oleh keluarga, sekolah dan masyarakat. Masa ini merupakan masa ekspresi kreativitas, seperti bermain boneka, suka mendengarkan atau bercerita, permainan drama, menyanyi, menggambar dan lain sebagainya.
Bagi anak usia TK mendengarkan cerita yang menarik yang dekat dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan. Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian, keramahan, dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah, dan luar sekolah. Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral dan keagamaan.
Proses pembelajaran akan berhasil apabila didukung oleh berbagai faktor dan aspek tertentu, diantaranya adalah metode pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan suatu cara yang terarah dalam proses belajar mengajar sehingga pengajaran menjadi lebih berkesan dan terarah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan metode yang tepat dapat memudahkan pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kondisi riil yang terjadi di obyek penelitian yaitu dalam penyampaian cerita masih memiliki banyak kendala. Hal itu disebabkan kurangnya minat dari anak dalam mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru dan kemampuan guru yang relatif rendah dalam menyampaikan cerita yang menarik
Dari uraian dan pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengangkat judul ‘‘PELAKSANAAN METODE CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK USIA DINI DI TK”.