Search This Blog

Showing posts with label hasil belajar PKN. Show all posts
Showing posts with label hasil belajar PKN. Show all posts

SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS IV

(KODE : PEND-PKN-0025) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS IV

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah
Proses pengajaran yang baik adalah yang dapat menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dengan adanya komunikasi dua arah antara guru dengan siswa yang tidak hanya menekan apa yang dipelajari tetapi menekan bagaimana ia harus belajar. Salah satu alternatif untuk pengajaran tersebut adalah menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS). Penerapan model pembelajaran yang bervariasi akan mengatasi kejenuhan siswa sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran sangat berpengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa dan hasil belajar siswa.
Model penyampaian masalah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam mempelajari pokok bahasan tertentu. Bisa dikatakan bahwa ini merupakan kemasan yang dibuat untuk membungkus materi agar lebih mudah dipahami, menarik, tidak menjenuhkan sehingga tujuan dari pengajaran yang dilakukan dapat tercapai. Model pembelajaran biasanya dijadikan sebagai parameter untuk melihat sejauh mana siswa dapat menerima dan menerapkan materi yang disampaikan guru dengan mudah dan menyenangkan dengan model yang diterapkan.
Masalah yang dihadapi seorang guru yaitu karena siswa bukan hanya sebagai makhluk individu dengan segala keunikannya, tetapi juga sebagai makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan. Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan siswa yang satu dengan lainnya, yaitu aspek intelektual, psikologis, dan biologis. Maka dari itu terkait dengan masalah yang terpapar di atas seorang guru dituntut untuk lebih selektif dalam mengembangkan pembelajarannya.
Pembelajaran yang berkualitas harus mampu memberikan pengalaman sukses pada siswa. Pengalaman sukses yang dimaksud adalah adanya perasaan yang menyenangkan dan membanggakan bagi siswa sebagai akibat telah berhasil menyelesaikan atau memecahkan sesuatu. Pengalaman sukses yang diperoleh siswa akan menumbuhkan percaya diri. Pengalaman sukses juga akan menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar lebih lanjut. Sebaliknya, jika siswa tidak mendapatkan pengalaman sukses dari proses pembelajaran maka siswa akan menemui kegagalan. Sebagaimana kita ketahui bahwa sasaran akhir dari suatu program pembelajaran adalah tercapainya tujuan umum pembelajaran tersebut. Oleh karana itu, setiap perancang harus mempertimbangkan secara mendalam tentang rumusan tujuan umum pengajaran yang akan ditentukan. Proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil (Sugiyanto, 2010 : 16).
Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai nilai interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. Keinginan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh siswa secara tuntas.
Mata pelajaran PKn di SD berfungsi untuk menyiapkan warganegara yang cerdas, dan bertanggungjawab, serta berkeadaban (Kaelan, 2007 : 1). Kebanyakan guru SD pada saat penyampaian materi ini guru hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa kurang berminat untuk memperhatikan materi yang disampaikan guru. Oleh karena guru itu perlu menggunakan metode pembelajaran yang bisa membuat siswa menjadi tertarik dan tidak bosan saat mengikuti pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan adalah model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS).
Solusi pembelajaran Two Stay Two Stray diharapkan dapat mengatasi masalah karena model ini menuntut guru untuk mengembangkan bahan ajar serta media yang nantinya akan diimplementasikan dalam proses pembelajaran sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang inovatif. 
Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) diharapkan dapat membuat siswa menjadi tertarik dan termotivasi dalam pembelajaran PKn khususnya materi globalisasi, sehingga diharapkan akan berpengaruh positif terhadap prestasi belajar PKn siswa kelas IV SD. 

SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PENGARUH MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V

(KODE : PEND-PKN-0024) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PENGARUH MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup menarik adalah masih rendahnya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara". Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.
Untuk mengembangkan potensi diri peserta didik maka seorang pendidik perlu menguasai empat kompetensi guru, yakni, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Peran seorang guru sebagai pengembang ilmu sangat besar untuk memilih dan melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efisien bagi peserta didik, bukan hanya pembelajaran yang berbasis konvensional. Hal ini selaras dengan pendapat (Hamalik, 2012 : 32) Bagaimanapun baiknya kurikulum, administrasi, dan fasilitas perlengkapan, kalau tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas guru-gurunya tidak akan membawa hasil yang diharapkan. Hal ini membuktikan bahwa peran guru dalam pendidikan atau proses pembelajaran lebih vital dibandingkan yang lain, maka kompetensi guru harus senantiasa ditingkatkan, agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
Kenyataan di lapangan adalah berbanding terbalik dengan teori yang ada, kenyataannya saat ini profesi guru malah sering terkait dengan hal yang negatif, terutama dari segi kedisiplinan. Untuk masalah waktu atau kedisiplinan saja kurang, bagaimana dengan tanggung jawab seorang guru dalam merencanakan pembelajaran yang baik? Hal inilah yang mulai menjadi sorotan dari banyak pihak, maka dari itu kesadaran pihak guru sendiri akan pentingnya dirinya dalam kemajuan pendidikan Indonesia harus selalu tertanam, sehingga akan selalu berperan aktif dan memberikan yang terbaik dalam setiap perjalanannya.
Pembelajaran yang baik dapat ditunjang dari suasana pembelajaran yang kondusif serta hubungan komunikasi antara guru dan peserta didik dapat berjalan dengan baik pula, namun kebanyakan yang terjadi adalah guru yang mendominasi dalam proses pembelajaran tersebut. Guru secara pasti menjadi sumber ilmu yang paling utama dalam proses pembelajaran yang berlangsung, sehingga siswa hanya menjadi pendengar setia, dan tentunya tidak akan terjadi komunikasi yang baik antara keduanya, karena segalanya dikuasai oleh guru. Hal ini serupa dengan pendapat (Trianto, 2007 : 1) "bahwa dalam arti yang lebih substansial, proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berfikirnya". Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu situasi pendidikan atau pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan. Seorang guru harus di tuntut kemampuannya untuk menggunakan berbagai metode, model, dan media mengajar secara bervariasi.
Belajar PKn pada umumnya terlihat mudah, karena mata pelajaran PKn tidak terdapat materi hitung menghitung. Dengan pandangan bahwa secara umum proses hitung menghitung kebanyakan adalah hal yang tidak disukai oleh siswa, padahal sebenarnya belajar PKn cenderung rumit dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Pembelajaran PKn adalah pembelajaran yang membutuhkan ketelitian dan konsentrasi tinggi, karena konsep pembelajaran PKn itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari apa yang seharusnya dilakukan dalam kehidupan nyata, jadi memerlukan konsentrasi dan pemahaman materi yang tinggi, dan juga menjadikan keharusan bagi guru untuk menyampaikan materi secara benar, sehingga tidak terjadi salah konsep dalam penyampaiannya kepada peserta didik. Kesalahan konsep dari guru dalam penyampaian materi PKn akan berakibat fatal bagi proses kehidupan dan interaksi sosial dari peserta didik, baik untuk saat itu maupun kehidupan siswa ke depan. Fakta yang ada, siswa bahkan guru sering menganggap remeh pelajaran PKn, masih menganggap sebagai mata pelajaran yang mudah. Hal inilah yang nantinya akan menimbulkan berbagai masalah.
Berdasarkan observasi di SDN X, hasil belajar mata pelajaran PKn masih rendah dibandingkan mata pelajaran yang lain. Menurut guru kelas V di SD tersebut, siswa seringkali merasa jenuh, terlebih di waktu menjelang akhir pembelajaran dan dengan otomatis kejenuhan tersebut menjadikan siswa menyepelekan pembelajaran. Banyak siswa acuh tak acuh, tidak memperhatikan guru dan pembelajaran, bahkan hanya tidur-tiduran sampai sibuk sendiri dengan teman sebangkunya. Saat proses pembelajaran berlangsung, sebagian anak sering bercanda sendiri di belakang dan tidak mendengarkan penjelasan dari guru, sehingga pelajaran kurang efektif, secara otomatis akan mengganggu konsentrasi siswa yang lain. Hal ini dikarenakan kurangnya ketertarikan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang disajikan oleh guru dengan pembelajaran yang berbasis ceramah saja, sehingga mengakibatkan siswa bosan dalam mengikuti pelajaran. Secara pasti hal ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai siswa dalam mata pelajaran PKn.
Sebenarnya mata pelajaran PKn sangat membutuhkan konsentrasi yang lebih dibandingkan mata pelajaran yang lain baik dari pihak guru ataupun siswa sendiri, karena kebanyakan materi mata pelajaran PKn adalah sesuatu yang akan dialami dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya hak dan kewajiban sebagai warga negara, perilaku yang tepat dalam kehidupan, membahas tentang norma, adat istiadat dan sebagainya. Itu semua adalah materi penting, jadi harus dipelajari sefokus mungkin agar siswa tidak salah tangkap atau salah persepsi dengan materi yang diajarkan oleh guru.
Mengacu pada berbagai macam aspek pembelajaran tersebut guru harus memilih dan menggunakan inovasi-inovasi pembelajaran yang tepat untuk menumbuhkan minat dan ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran, sehingga diharapkan juga hasil belajar akan meningkat. Salah inovasi yang harus dilakukan guru yaitu dengan menggunakan model dan media pembelajaran yang menarik. Model dan media pembelajaran seharusnya tidak hanya disamakan semua, karena setiap media dan model pembelajaran mempunyai fokus dan tujuan pembelajaran yang berbeda. Tingkat ketertarikan yang rendah dalam mengikuti pembelajaran pada anak bukan semata-semata akibat dari guru atau komponen sekolah saja, namun dari pihak keluarga (orangtua) juga ikut berperan aktif dalam menumbuhkan atau menjaga ketertarikan, semangat, serta motivasi belajar anak-anak mereka. Peran aktif keluarga (orangtua) sendiri adalah dengan cara selalu menanyakan apa yang didapatkan anak saat berada di sekolah serta mendampingi anak-anaknya dalam belajar, hal ini selaras dengan pendapat Li em Hwie Nio dalam (Kartono, 1985 : 89) Pentingnya belajar di rumah setiap hari semakin terasa, yaitu saat anak-anak mulai menggunakan sebagian daya ingatnya, untuk belajar menghitung, menghafalkan sesuatu lebih banyak serta sedikit berfantasi untuk mempermudah menangkap nilai kehidupan yang belum terjangkau oleh panca inderanya.
Orangtua selayaknya selalu mendampingi anak-anak mereka dalam belajar, sehingga mereka dapat mengetahui perkembangan-perkembangan apa yang terjadi pada anak-anak mereka setiap harinya. Memang bukan hal mudah bagi orangtua untuk mendampingi anaknya belajar di rumah, mungkin karena kesibukan masing-masing, namun memang tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini sangat penting untuk menjaga keinginan, semangat dan motivasi belajar anak baik di sekolah maupun di tempat lain. Jadi untuk menumbuhkan dan menjaga semangat belajar anak peran aktif orangtua dan guru sangat diperlukan.
Piaget (dalam Fatimah, 2006 : 25) menyatakan bahwa kecakapan intelektual yang diperoleh seseorang pada umumnya akan berhubungan dengan proses mencari keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan mereka ketahui pada satu sisi dengan apa yang mereka lihat suatu fenomena bam sebagai pengalaman atau persoalan. Dari pendapat tersebut berarti bahwa proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam hidupnya.
Model pembelajaran mind map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan "memetakan" pikiran-pikiran kita (Buzan, 2009 A). Mind map sendiri secara sederhana dapat diartikan sebagai cara mencatat yang cerdas. Maksudnya adalah sistem menulis yang cerdas dengan cara memikirkan dan menulis sub bab atau hal-hal penting dalam suatu tema, sehingga dapat mengingat dengan mudah. Mengapa harus mind map? karena model pembelajaran ini dikira cukup baik dan cocok untuk digunakan dalam pembelajaran PKn, karena konsep dasar mind map sendiri adalah membuat cabang-cabang yang bertuliskan kalimat-kalimat penting atau kalimat pokok dari suatu tema yang ada atau ditentukan, jadi akan memudahkan siswa untuk mengembangkan pikirannya masing-masing, serta mengurangi kemungkinan siswa lupa tentang apa yang akan dikatakan atau dikembangkannya.
Pada kenyataannya ketertarikan siswa dalam belajar PKn rendah dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain, Hal ini mungkin karena ada anggapan dari guru bahwa pelajaran PKn adalah pembelajaran yang mudah, dengan cara sederhanapun siswa akan paham dengan materi yang dijelaskan, berbeda dengan mata pelajaran yang lain yang mungkin sedikit banyak sudah mendapatkan sentuhan-sentuhan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. Mungkin ada anggapan mata pelajaran yang lain lebih penting, atau mungkin ada alasan yang lain. Cenderung ada pengecualian untuk mata pelajaran PKn sendiri. Anggapan seperti inilah yang seharusnya dihilangkan, pengecualian dalam sebuah pembelajaran itu tidak seharusnya ada, karena semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah itu sama pentingnya, sehingga harus mendapatkan porsi yang sama dalam pelaksanaannya.
Berdasarkan rumusan di atas, penggunaan model pembelajaran mind map dalam pembelajaran PKn, sangat membantu menumbuhkan kreativitas anak dalam berpikir dan mencatat, sehingga sedikit banyak akan berpengaruh dengan hasil belajar yang akan dicapai siswa. Untuk itu peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran mind map untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V di SDN X.

SKRIPSI PENDIDIKAN PKN KEEFEKTIFAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK BERBANTU MEDIA BENDERA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN PESERTA DIDIK KELAS IV

(KODE : PEND-PKN-0019) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN KEEFEKTIFAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK BERBANTU MEDIA BENDERA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN PESERTA DIDIK KELAS IV

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Menurut UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 1 pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Namun hingga saat ini penerapan UU tersebut belum diterapkan pada kenyataannya, sebagian besar peserta didik merasa bosan oleh pembelajaran konvensional yang membatasi pendidik untuk mengeksplorasi potensi yang ada di dalam di dirinya, realita yang ada di lapangan, guru masih bertindak sebagai peran utama dalam pembelajaran dengan menjadikan peserta didik sebagai penerima informasi dari guru, akhirnya hasil lulusan peserta didik tidak sesuai yang di harapkan
Selain hal tersebut munculnya peristiwa sosial dan budaya yang terjadi di dunia pendidikan cukup menjadi pukulan yang memprihatinkan dalam dunia pendidikan dan masyarakat, tindakan kekerasan serta berbagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilakukan pelajar misalnya tawuran antar pelajar itu menunjukan turunnya perilaku moral dan runtuhnya semangat budi pekerti, kedisiplinan tergambarkan dalam berbagai media masa baik elektronik maupun media cetak sehingga Kemendiknas menekankan pentingnya pendidikan karakter peserta didik dan juga karakter bangsa Indonesia melalui pendidikan karakter. untuk menuju bangsa Indonesia yang bermartabat.
Kondisi demikian dengan menurunnya kualitas pendidikan, pendidikan karakter peserta didik dan karakter bangsa harus bisa menjadi tantangan guru profesional untuk menumbuhkan kembali kualitas pendidikan juga pendidikan karakter peserta didik, Pembelajaran yang diterapkan guru secara inovasi dan kreasi diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, sistem pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan diharapkan merubah pembelajaran konvensional yang sering dilaksanakan guru.
Keadaan pembelajaran konvensional yang telah diuraikan terkesan kaku dan cenderung membosankan peserta didik, Guru menjadi peran utama yaitu menyampaikan informasi yang dibacanya dari buku sementara peserta didik hanya mendengarkan dan mencatat tanpa adanya interaksi dalam proses pembelajaran. Kondisi seperti ini sering terlihat di dalam proses pembelajaran di sekolah dasar khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, saat guru menyajikan materi PKn terlihat membosankan dan kurang menarik dan peserta didik memandang PKn sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Padahal pelajaran PKn mengajarkan tentang perilaku peserta didik sebagai warga negara.
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Hal ini yang perlu diperhatikan guru dalam mengajar PKn agar dengan cermat bisa menyampaikan tujuan sesuai dengan tujuan pembelajaran PKn bukan tugas yang mudah, tugas ini memerlukan kecermatan dari guru untuk merancang pembelajaran supaya berjalan dengan cukup baik, di sisi lain kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan kurikulum kurang berjalan dengan baik (KTSP, 2011).
Peneliti sebagai mahasiswa PGSD merasa tergerak untuk membantu guru dalam mengefektifkan pembelajaran PKn di sekolah dasar. Hal ini disebabkan perolehan hasil belajar peserta didik yang belum optimal berdasarkan wawancara yang sudah peneliti lakukan dengan guru kelas IVA dan Kelas VIB SDN X didapat bahwa perolehan hasil belajar PKn pada nilai rata-rata ulangan tengah semester 1 akhir bulan november kelas IV sebesar 65 padahal Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran PKn sebesar 70.
Dalam kenyataan sekarang ini pembelajaran PKn guru harus mempunyai kompetensi untuk mengajar PKn. Guru harus melakukan perubahan dalam pembelajaran dengan menggunakan atau memodifikasi metode pembelajaran inovasi. Metode pembelajaran merupakan komponen yang sangat berpengaruh di dalam proses pembelajaran yang menjadi salah satu faktor penentu berhasil atau tidak berhasilnya pembelajaran yang sudah dilaksanakan untuk tersampaikannya tujuan pembelajaran kepada peserta didik. Pada saat ini banyak berbagai metode inovasi pembelajaran yang bertujuan untuk menunjang proses pembelajaran agar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Peneliti menggunakan pembelajaran Talking Stick berdasarkan kelebihan metode Talking Stick dan berdasarkan pada penelitian yang relevan yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Pembelajaran menggunakan metode Talking Stick hasil belajarnya meningkat. Kelebihan metode Talking Stick yang digunakan diharapkan peserta didik bisa mengikuti pembelajaran dengan baik dan peserta didik juga menikmati pembelajaran yang sedang dilaksanakan melalui bantuan media bendera gambar membuat peserta didik akan lebih tertarik dalam pembelajaran yang dilaksanakan sehingga tujuan pembelajaran dari guru akan tercapai dengan baik.
Penelitian yang relevan yang sudah dilakukan peneliti sebelumnya juga mendasari peneliti untuk menggunakan metode Talking Stick pada pembelajaran yang digunakan. Penelitian yang mendasari penelitian yang akan dilaksanakan peneliti melihat dari Penelitian yang dilakukan Purwaningtias mengenai Metode Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) penerapan metode pembelajaran Talking Stick pada siswa kelas X Pemasaran di SMK Islam Batu, (2) hasil belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran Talking Stick pada siswa kelas X Pemasaran di SMK Islam Batu. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan prestasi belajar. Metode pembelajaran Talking Stick juga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Melalui pre test dan post test diperoleh hasil : (1) rata-rata skor test siswa pada siklus I adalah 68,28 dengan skor tertinggi 80 dan jumlah siswa yang tuntas belajar (Skor > 70) sebanyak 27 siswa, rata-rata skor post test meningkat menjadi 89,71 dengan skor tertinggi sebesar 100 dan jumlah siswa yang tuntas belajar (skor > 70) sebanyak 33 siswa. (2) rata-rata skor pre test siswa pada siklus II adalah 80 dengan skor tertinggi 90 dan jumlah siswa yang tuntas belajar (Skor > 70) sebanyak 33 siswa, rata-rata skor post test siswa meningkat menjadi 86,57 dengan skor tertinggi 100 dan jumlah siswa yang tuntas belajar (Skor > 70) sebanyak 34 siswa.. (http://karya-ilmiah.um.ac.id).
Penelitian yang dilakukan Putri dengan judul Penggunaan Metode Pembelajaran Talking Stick dalam Meningkatkan Hasil Belajar PKn bagi Siswa Kelas VII-D di SMP Negeri 19 Malang menunjukan penelitian yang berhasil yakni : pada tahap siklus I penggunaan metode pembelajaran Talking Stick secara individu sedangkan pada siklus II menggunakan metode pembelajaran Talking Stick secara kelompok. Pada siklus I untuk mengetahui hasil belajar pada mata pelajaran PKn di kelas VII-D yaitu pada akhir pelajaran, peneliti memberikan post test dan siswa yang sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu berjumlah 10 orang (23,3%) sedangkan yang tidak memenuhi berjumlah 33 orang (76,7%). Hasil belajar pada penelitian siklus II secara kelompok sudah meningkat, yaitu dengan siswa yang memenuhi KKM berjumlah 42 orang sedangkan siswa yang tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) berjumlah 1 orang. Pada siklus II siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar dan percaya diri mencapai 71,4% atau 10 kelompok dari 14 kelompok yang menjawab pertanyaan sedangkan yang tidak menjawab yaitu dengan prosentase 28,5% atau berjumlah 4 kelompok. Hasil belajar pada siklus II sudah mengalami peningkatan yaitu dengan prosentase 48,1%. (http://karya-ilmiah.um.ac.id)

SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH SISWA KELAS IV

(KODE : PEND-PKN-0018) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH SISWA KELAS IV

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Salah satu ruang lingkup mata pelajaran PKn adalah globalisasi, yang meliputi globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional dan mengevaluasi globalisasi (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Dalam buku PKn kelas IV SD pokok bahasan globalisasi ada tiga, yaitu pengaruh globalisasi, budaya Indonesia dalam misi kebudayaan internasional dan menyikapi pengaruh globalisasi.
Tujuan pembelajaran PKn tentang budaya Indonesia dalam misi kebudayaan internasional yaitu agar siswa mampu mengenal jenis-jenis budaya dan kesenian di Indonesia dengan baik, tidak hanya itu saja tetapi agar siswa mempunyai tanggung jawab untuk melestarikan kesenian dan kebudayaan daerah masing-masing. Hal tersebut dilakukan agar kebudayaan tetap lestari dan berkembang sampai negara lain. Jangan sampai budaya dan kesenian kita direbut atau bahkan diakui oleh negara lain karena pengaruh globalisasi. Diharapkan siswa mampu memilih, memilah dan menyaring budaya luar yang tidak pantas masuk ke Indonesia.
Fakta yang peneliti temukan di lapangan, yaitu di SDN X bahwa hasil belajar PKn siswa kelas IV khususnya materi budaya Indonesia dalam misi kebudayaan internasional masih dalam kategori rendah. Hal itu dapat dibuktikan dari dokumentasi hasil tes ulangan harian PKn siswa. Dari dokumen tersebut, dapat diketahui bahwa dari keseluruhan siswa kelas IV SDN X yang berjumlah 34 siswa, 2 siswa memperoleh nilai 40 (5,8 %), 4 siswa memperoleh nilai 45 (11,8), 6 siswa memperoleh nilai 50 (17,6), dan 4 siswa memperoleh nilai 60 (11,8). Jadi, sebanyak 16 siswa (47%) kelas IV SDN X tidak tuntas dalam pembelajaran PKn. KKM mata pelajaran PKn kelas IV SDN X adalah 67.
Hasil wawancara peneliti dengan guru kelas IV SDN X bahwa hasil belajar PKn siswa rendah karena siswa masih bingung dan belum mengerti tentang jenis budaya dan kesenian berbagai daerah di Indonesia. Hal ini dikarenakan beragamnya budaya dan kesenian yang ada di Indonesia. Bagi siswa yang kurang cerdas sangat sulit untuk memahami jenis-jenis budaya dan kesenian di Indonesia. Permasalahan lain yang dihadapi siswa dalam materi budaya Indonesia dalam misi kebudayaan internasional yaitu kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran. Pembelajaran di kelas dirasa membosankan, jenuh dan tidak menyenangkan. Banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, ada yang berbicara sendiri, mengantuk, atau bahkan bermain-main dengan teman sebangkunya.
Setelah melakukan wawancara dengan guru kelas, peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamati proses pembelajaran guru kelas IV SDN X dalam mengajar mata pelajaran PKn. Ternyata, guru masih menerapkan pendekatan Teacher Center Learning yang artinya pembelajaran berpusat pada guru. Guru menempatkan dirinya sebagai pusat dari segala pengetahuan dan informasi kepada siswa. Guru banyak berceramah di depan, menjelaskan semua materi kepada siswa tanpa dilengkapi dengan alat peraga dan media pembelajaran. Guru juga tidak melakukan diskusi kelompok yang seharusnya dilakukan agar pembelajaran tidak terkesan monoton dan menjenuhkan. Wajar jika banyak siswa yang kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan baik dan menyebabkan hasil belajar PKn-nya rendah.
Berdasarkan pada masalah di atas, maka diperlukan model pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan menyenangkan agar siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran dan menghasilkan nilai yang bagus dalam setiap ulangan. Banyaknya ragam model pembelajaran PKn menuntut kejelian guru untuk dapat memilih model pembelajaran yang tepat sesuai materi dan karakteristik siswa. Salah satu model pembelajaran yang tepat digunakan dalam mata pelajaran PKn materi budaya Indonesia dalam misi kebudayaan internasional yaitu model pembelajaran kooperatif tips Make a Match.
Model Make a Match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan model ini dimulai dari teknik yaitu siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi skor/poin. Salah satu keunggulan model pembelajaran ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. 
Penerapan metode Make a Match dapat membangkitkan keingintahuan dan kerja sama di antara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan tuntutan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa pelaksanaan proses pembelajaran mengikuti standar kompetensi, yaitu : berpusat pada siswa; mengembangkan keingintahuan dan imajinasi; memiliki semangat mandiri, bekerja sama, dan kompetensi; menciptakan kondisi yang menyenangkan; mengembangkan beragam kemampuan dan pengalaman belajar; karakteristik mata pelajaran.
Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi guru dan siswa dalam mata pelajaran PKn materi budaya Indonesia dalam misi kebudayaan internasional. Dari penerapan model tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang nantinya akan mempengaruhi hasil belajar siswa untuk dapat meningkat juga.
Penerapan model pembelajaran Make a Match dalam mata pelajaran PKn kelas IV pada kompetensi dasar mengidentifikasi budaya Indonesia yang pernah tampil dalam misi kebudayaan internasional sebelumnya pernah dilakukan oleh Aminah (2010). Penelitiannya menunjukkan bahwa model Make a Match ini dapat meningkatkan motivasi atau minat belajar dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Karangharjo Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang.
Berpijak dari hal tersebut peneliti semakin optimis bahwa model pembelajaran Make a Match dirasa mampu merangsang motivasi belajar siswa. Hal itu mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang “PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH” siswa kelas IV SDN X khususnya pada materi budaya Indonesia dalam misi kebudayaan internasional.

SKRIPSI PENDIDIKAN PKN KEEFEKTIFAN MODEL MAKE A MATCH BERBANTUAN METODE CERAMAH TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS IV

(KODE : PEND-PKN-0015) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN KEEFEKTIFAN MODEL MAKE A MATCH BERBANTUAN METODE CERAMAH TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS IV

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam bidang pendidikan. Akibat pengaruh tersebut pendidikan di Indonesia semakin mengalami kemajuan. Sehingga mutu pendidikan di Indonesia menjadi berkualitas. Hal ini tidak terlepas dari peran seorang guru dalam mengajar atau memberikan pembelajaran kepada siswa. Untuk menciptakan suatu pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan diperlukan adanya berbagai keterampilan mengajar. Menurut Indianti dan Sumardiyani (2011 : 19) Ada delapan keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, membuat variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi, mengelola kelas, mengajar kelompok kecil dan perorangan, serta keterampilan memberikan penguatan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengajar tersebut harus terintegrasi antara yang satu dengan yang lainnya sehingga akan terjadi proses pembelajaran yang baik. Keterampilan mengajar tersebut harus dapat dikuasai oleh guru dengan baik sehingga dalam proses pembelajaran menjadi efektif Tetapi kenyataan di lapangan masih ada guru yang belum menguasai keterampilan-keterampilan tersebut khususnya di SD Negeri X.
Menurut Kepala Sekolah SD Negeri X ada beberapa guru yang belum menguasai semua keterampilan-keterampilan tersebut. Khususnya guru kelas IV yang belum bisa menguasai keterampilan mengelola kelas dan menjelaskan dengan baik. Hal itu terlihat dari kondisi kelasnya yang selalu ramai pada saat pembelajaran.
Menurut beberapa siswa kelas IV SD Negeri X. Guru kelas IV dalam memberikan penjelasan kurang jelas, kurang menarik, serta kurangnya interaksi antara siswa dan guru. Penggunaan model pembelajaran yang masih konvensional yaitu metode ceramah tanpa ada variasi metode, tidak ada penggunaan media untuk memudahkan siswa dalam proses pembelajaran, serta referensi yang kurang. Sehingga siswa menjadi kurang aktif, merasa bosan serta jenuh ketika pembelajaran. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa yang rendah terutama pada mata pelajaran yang bersifat hafalan seperti mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn rendah dikarenakan materi yang ada pada mata pelajaran tersebut terlalu banyak, sifatnya hafalan, anak tidak begitu senang dalam menghafal, serta cara guru yang kurang kreatif dalam memberikan materi tersebut kepada siswa. Dari beberapa mata pelajaran yang diajarkan di kelas IV SD Negeri X PKn merupakan salah satu pelajaran yang bermasalah karena hasil belajarnya rendah. Terlihat dari hasil ulangan tengah semester (UTS) yang diperoleh siswa. Dari 34 siswa hanya 14 siswa yang mencapai criteria ketuntasan minimal (KKM). Rata-rata siswa hanya mendapat nilai 60 sedangkan KKM nya 65. (Guru kelas IV SD X)
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan program pendidikan yang memuat bahasan tentang masalah kebangsaan, kewarganegaraan dalam hubungan nya dengan negara, demokrasi, Hak Asasi Manusia (HAM) dan Masyarakat Madani yang dalam implementasinya menerapkan prinsip-prinsip pendidikan demokratis dan humanis. (Rosyada, 2005 : 9). 
Dengan demikian maka PKn sangat penting diberikan kepada siswa sejak SD karena PKn merupakan pendidikan yang mengajarkan tentang negara, kewarganegaraan, kebangsaan dan HAM. Agar mereka memahami dan melaksanakannya sejak dini sehingga menjadi warganegara yang baik.
Menurut beberapa siswa kelas IV SD Negeri X PKn merupakan mata pelajaran yang sulit dan membosankan karena materinya yang banyak dan merupakan pembelajaran hafalan. Berawal dari kondisi yang ada itulah, guru diharapkan dapat segera mengatasi masalah-masalah dalam pembelajaran. Supaya dampak dari masalah yang timbul itu tidak berlarut dan menjadi masalah yang berkepanjangan. Guru harus segera menciptakan inovasi-inovasi yang mampu mengintegrasikan proses pembelajaran PKn yang biasanya membosankan menjadi suatu pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.
Banyak alternatif yang bisa dilakukan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada pembelajaran PKn. Salah satunya adalah dengan menggunakan model-model pembelajaran yang bervariasi dan inovatif dalam proses pembelajaran di kelas. Seperti model-model pembelajaran Kooperatif. karyawisata, simulasi, Teams Games Tournament, Number Head Together, Role Playing, dan Make a Match yang sesuai dengan pelajaran PKn. Dari semua model pembelajaran yang ada peneliti memilih model kooperatif tipe make a match dengan berbantuan metode ceramah karena model kooperatif tipe make a match ini sangat menyenangkan di dalam proses pembelajarannya, sehingga dapat membuat siswa lebih aktif, bertanggung jawab, kerja keras dan membuat siswa merasa membutuhkan orang lain ada di dalam kehidupannya. Model ini sangat sesuai dengan nilai-nilai di dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Di dalam proses pembelajarannya akan digunakan sebuah kartu-kartu yang berisi suatu topik atau bahasan mengenai materi tersebut. Kartu tersebut bisa berupa kartu soal dan kartu jawaban hal ini akan memudahkan siswa dalam mengingat materi yang diajarkan.
Dengan demikian, siswa lebih mudah mempelajari materi PKn dan pembelajaran PKn tidak membosankan, akhirnya siswa akan merasa tertarik dan termotivasi untuk belajar PKn sehingga hasil belajar PKn juga akan mengalami peningkatan, dengan adanya perubahan model pembelajaran yang inovatif dan kreatif yang digunakan oleh guru untuk mengantisipasi permasalahan dalam pembelajaran PKn.
Berdasarkan uraian di atas maka siswa diharapkan akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap materi PKn. Sehingga hasil belajar siswa meningkat dan tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik.

SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) TERHADAP HASIL BELAJAR PKN KELAS IV

(KODE : PEND-PKN-0014) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) TERHADAP HASIL BELAJAR PKN KELAS IV

contoh skripsi pendidikan pkn

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan zaman yang semakin modern menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kwalitas sumber daya manusia merupakan pra syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Kemajuan suatu bangsa tidak lepas dari kwalitas pendidikan itu sendiri. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia melalui pengajaran.
Undang -Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang bertakwa Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Sejalan dengan hal tersebut, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945. 
Di Sekolah Dasar mata pelajaran PKn memiliki tujuan agar siswa dapat berpikir secara kritis dan kreatif, serta berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab. Pada masa ini, proses pembelajaran, salah satunya pembelajaran PKn, masih banyak ditemui seorang guru dalam mengajar hanya mengandalkan metode konvensional. Dengan guru hanya mengandalkan model konvensional, siswa menjadi tidak aktif dalam pembelajaran. 
Hal tersebut berpengaruh pada hasil belajar siswa. Maka dari itu, pada kegiatan pembelajaran guru perlu menerapkan strategi pengajaran yang tepat. Strategi pengajaran terdiri atas metode dan teknik yang menjamin siswa mencapai tujuan. Dengan strategi yang tepat, hasil belajar siswa akan dapat meningkat.
Berdasarkan wawancara dengan guru kelas IV hasil belajar siswa kelas IV di SDN X pada mata pelajaran PKn rendah, setelah diadakan ulangan diketahui bahwa dari 32 siswa yang nilai ulangannya memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) hanya 5 siswa saja. Guru kelas IV menetapkan KKM untuk mata pelajaran PKn yaitu 65. Selain itu guru kelas juga menyampaikan jadwal mata pelajaran PKn pada jam terakhir. Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan diatas, maka harus segera dilakukan tindakan agar permasalahan pembelajaran dapat terselesaikan. Salah satu solusinya adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat yaitu yang mampu melibatkan seluruh siswa dalam kegiatan pembelajaran, mampu menjalin kerjasama yang baik antar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh guru di SDN X guna untuk melihat pengaruh model atau metode pembelajaran terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran PKn yaitu menggunakan metode pembelajaran kooperatif NHT (Numbered Heads Together).

SKRIPSI PENDIDIKAN PKN KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE TALKING STICK TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR PKN KELAS IV

(KODE : PEND-PKN-0012) : SKRIPSI PENDIDIKAN PKN KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE TALKING STICK TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR PKN KELAS IV

contoh skripsi pkn

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan pendidikan dilakukan dalam bentuk kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan. Pendidikan itu lebih menitik beratkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian, jadi mengandung pengertian yang lebih luas sedangkan latihan lebih menekankan pada pembentukan keterampilan (Hamalik, 2011 : 55). Menurut Undang- Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 menyatakan bahwa : Pendidikan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (http://inherent-dikti.net/files/sisdiknas).
Belajar, perkembangan dan pendidikan merupakan hal yang menarik untuk di pelajari, ketiga gejala tersebut terkait dengan pembelajaran, belajar dilakukan oleh siswa sedangkan pendidikan merupakan kegiatan interaksi (Dimyati, 2009 : 5). Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010 : 2).
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. 
Mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran pengetahuan tentang kewarganegaraan serta moral dan perilaku bangsa, tetapi banyak siswa di Sekolah Dasar (SD) yang kurang memahami mata pelajaran tersebut. PKn juga berfungsi membantu generasi muda memperoleh pemahaman cita-cita nasional atau tujuan negara. Pembelajaran PKn tentang Globalisasi diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan perkembangan teknologi berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil ilmu teknologi manusia.
Banyak siswa kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru, minat belajar siswa juga kurang sekali dalam belajar maka dari itu, rata-rata nilai sekolah siswa banyak dibawah rata-rata kelas. Berbagai latar belakang siswa, banyak dari orang tua siswa yang kurang memperhatikan pendidikan siswa, maka dari itu guru tidaklah mudah dalam mengemas suatu bahan pelajaran agar materi tersebut mampu diterima oleh siswa. Guru harus bisa memahami siswa agar lebih mudah dalam menyampaikan materi pembelajaran, karena siswa yang mau benar-benar mengikuti kegiatan belajar masih dikatakan sedikit, sebagian siswa malas mengikuti pelajaran dan kurang berminat dalam mengikuti proses pembelajaran.
Realita di lapangan berdasarkan hasil observasi di SDN X telah menunjukkan bahwa selama ini pelaksanaan proses pembelajaran yang terjadi di SDN X banyak sekali masalah yang terjadi. Bermacam-macam tingkah laku siswa yang tidak sesuai dengan harapan guru dan para orang tua, pada waktu proses pembelajaran berlangsung, kondisi kelas ramai, mereka sering bergurau, masih banyak siswa yang tidak memperhatikan saat guru menerangkan materi pembelajaran, bicara dengan temannya, hanya diam saat diberi pertanyaan, siswa cenderung pasif. Orang tua hanya mengandalkan belajar di sekolah saja dan tidak menyediakan fasilitas yang baik untuk siswa dengan les di rumah. Minat belajar siswa juga kurang karena tidak diperhatikan oleh orang tua, padahal pantauan orang tua sangat berpengaruh terhadap siswa tersebut. Akibatnya pada waktu proses pembelajaran berlangsung, kondisi kelas ramai, siswa sering bergurau, masih banyak yang tidak memperhatikan saat guru menerangkan materi pembelajaran.
Permasalahan yang terjadi di SDN X menurut guru kelas IV dalam proses pembelajaran metode yang digunakan kurang bervariasi, minat belajar siswa menjadi kurang sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Bermacam-macam tingkah laku siswa yang tidak sesuai dengan harapan guru dan para orang tua, pada waktu proses pembelajaran berlangsung, kondisi kelas ramai, mereka sering bergurau, masih banyak siswa yang tidak memperhatikan saat guru menerangkan materi pembelajaran, bicara dengan temannya, hanya diam saat diberi pertanyaan, siswa cenderung pasif. Pada kenyataannya saat diadakan ulangan harian hasilnya jauh dad yang diharapkan, sebagian besar siswa masih banyak yang nilainya di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu di bawah 70. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh hanya 56,5 siswa yang mendapat nilai di atas KKM hanya 9 orang dari 20 siswa lainnya nilainya dibawah KKM dan yang mendapat nilai terendah adalah 49.
Supaya minat belajar siswa dapat meningkat dan hasil belajar siswa dapat mencapai nilai diatas KKM yang telah ditetapkan yaitu 70, dan tentunya agar siswa memperhatikan guru menerangkan senang, tidak cepat bosan, jenuh, selalu bersemangat, dalam pembelajaran maka peneliti menggunakan salah satu model pembelajaran kooperatif, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Talking Stick. Penerapan model Pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik atau materi pelajaran selain itu juga membuat siswa bersemangat serta memperhatikan penjelasan dari guru, karena dalam pembelajaran Talking Stick masing-masing siswa dalam proses pembelajaran tidak jenuh karena model ini membuat siswa lebih menyenangkan saat belajar, tidak monoton karena dalam pembelajaran siswa juga bermain tetapi sambil belajar. Model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick juga mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapatnya.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba melakukan penelitian tentang KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE TALKING STICK TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS IV SDN X.