Search This Blog

Showing posts with label impression management. Show all posts
Showing posts with label impression management. Show all posts
SKRIPSI IMPRESSION MANAGEMENT PENYIAR PRIA DI STATION RADIO

SKRIPSI IMPRESSION MANAGEMENT PENYIAR PRIA DI STATION RADIO

(KODE : ILMU-KOM-0077) : SKRIPSI IMPRESSION MANAGEMENT PENYIAR PRIA DI STATION RADIO



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Impression Management atau yang lebih dikenal dengan istilah pengelolaan kesan sering kali dilakukan oleh orang-orang yang memiliki profesi dan dituntut untuk memiliki self image yang positif. Salah satu profesi tersebut antara lain penyiar pria di station radio di Kota X.
Impression Management atau pengelolaan kesan di temukan dan dikembangkan oleh Erving Goffman pada tahun 1959, dan telah dipaparkan dalam bukunya yang berjudul "The Presentation of Self in Everyday Life". Pengelolaan kesan juga secara umum dapat didefinisikan sebagai sebuah teknik presentasi diri yang didasarkan pada tindakan mengontrol persepsi orang lain dengan cepat dengan mengungkapkan aspek yang dapat menguntungkan diri sendiri atau tim.
Menurut Goffman, Impression Management erat kaitannya dengan sebuah permainan drama, dimana aktor pelakunya dibentuk oleh lingkungan dan target penontonnya. Tujuannya tak lain ialah untuk memberikan penonton sebuah kesan yang konsisten yang dilandasi tujuan yang diinginkan oleh aktor itu sendiri.
Kehidupan yang dijalani oleh seorang individu dengan berbagai peran yang dijalaninya setiap hari, memiliki kesamaan dengan sebuah pementasan drama. Kehidupan diibaratkan sebuah teater, dimana interaksi sosial di atas panggung menampilkan peran-peran yang dimainkan oleh para aktor tersebut. Seringkali sang aktor tersebut tanpa sadar melakukan pengelolaan kesan (Impression Management), namun tak jarang pula aktor tersebut dengan sengaja melakukan pengelolaan kesan (Impression Management) tersebut.
Disadari atau tidak dalam kehidupan dan proses interaksinya sehari-hari, banyak individu yang melakukan pengelolaan kesan khususnya jika individu tersebut menjalani suatu profesi tertentu yang bersinggungan dengan khalayak ramai. Profesi tersebut juga menuntut individu memiliki citra positif di kalangan khalayak ramai seperti misalnya profesi sebagai seorang penyiar radio.
Profesi penyiar pria yang sedang berkembang hampir di seluruh station radio di kota X saat ini di tuntut memiliki self image yang baik dan positif. Self image tersebut dapat diraih salah satunya dengan cara pengelolaan kesan yang dilakukan oleh penyiar pria tersebut.
Pengelolaan kesan yang dilakukan oleh penyiar pria dilakukan atas dasar tujuan tertentu yakni untuk menciptakan suatu kesan tertentu yang dapat menambah citra positif dirinya di kalangan pendengar atau orang-orang yang berada di lingkungannya. Dimana pada akhirnya dapat menarik jumlah pendengar sebanyak mungkin.
Seorang penyiar khususnya penyiar pria wajib dapat melakukan tugasnya dengan baik sehingga dapat memperoleh jumlah pendengar yang sangat banyak atau sesuai dengan target dari station radio yang menaunginya. Dalam buku "Broadcasting Radio" karangan A. Y. Triartanto dikatakan bahwa, "secara umum penyiar adalah unsur utama yang terdengar dalam produk siaran (program). Penyiar adalah juru bicara perusahaan bagi khalayak atau pendengar. Penyiar juga merupakan alat atau pelaku untuk mencapai sasaran perusahaan, disamping sebagai anggota perusahaan yang dipersiapkan untuk ikut serta dalam fungsi manajemen."
Penyiar sebagai ujung tombak siaran, tentunya identik sebagai representasi stasiun radionya. Dengan kata lain penyiar dapat menjadi salah satu cermin identitas stasiun (station identity). Demikian pula penyiar radio dapat dikatakan sebagai profesi yang vital. Disamping itu, seorang penyiar perlu menyadari bahwa dirinya merupakan representasi dari isi siaran dan citra perusahaan.
Mulut dan suara merupakan senjata utama bagi seorang penyiar. Karena hanya dengan suara ia dapat menyampaikan informasi, pikiran, dan emosi kepada pendengarnya tanpa adanya gerak anggota tubuh lainnya yang terlihat sebagaimana penyiar televisi. Penyiar dapat juga disebut layaknya seorang aktor. Kacaunya suasana hati dan pikiran yang sedang dirasakan, tidak perlu diketahui bahkan dirasakan pula oleh pendengarnya. Selain memiliki suara yang standar, syarat utama lainnya untuk menjadi seorang penyiar antara lain, gemar berbicara, memiliki wawasan yang luas, memiliki kesukaan terhadap musik, menguasai alat-alat siaran, dan mengenali visi-misi, segmentasi pendengar serta program radio.
Trend profesi penyiar pria berkembang pesat setelah beberapa tahun terakhir ini banyak station radio siaran di kota X yang menjadikan wanita sebagai target utama pendengar dengan persentase lebih besar dari pada pendengar pria. Persentase tersebut memang relatif dan disesuaikan dengan segmentasi dan format radio siaran masing-masing. Dengan kata lain, persentase di suatu radio siaran bisa memiliki kesamaan antara satu station radio siaran dengan yang lainnya, namun juga bisa berbeda namun tetap pada koridor persentase lebih besar untuk pendengar wanita.
Keputusan yang diambil oleh hampir seluruh stasiun radio siaran menjadikan target pendengar wanita yang lebih besar dari pada pria didasari oleh sifat dasar wanita yang cenderung konsumtif dan cenderung sebagai decision maker (pembuat keputusan) dalam hal berbelanja. Inilah yang mengakibatkan banyak produsen yang menjadikan wanita sebagai target utama konsumen. 
Hal tersebut juga ditegaskan oleh seorang pakar di bidang broadcasting radio sekaligus pemilik dari sekolah siaran ternama DJ Arie mengatakan : 
"Karena sikap cewek yang cenderung konsumtif itulah banyak radio yang membidik cewek sebagai target pendengar utamanya. Target utama pendengar cewek itulah yang dijadikan sebagai daya tarik ke pemasang iklan mereka. Sebenarnya kalau cowok lebih konsumtif bisa jadi dijadikan target utama, tidak menutup kemungkinan, soalnya sekarang aja cowok udah suka gadget tapi cewek itu pernak-perniknya banyak. Dari situlah berawal pendengar cewek banyak dijadikan target utama, biarpun di setiap radio sebetulnya beda-beda. Yang akhirnya, banyak station radio memasang penyiar pria sebagai salah satu strateginya. Dan bisa jadi karena itu juga kenapa penyiar cowok jadi trend sekarang ini. Mungkin karena emang peluang jadi penyiar cowok lagi dibuka selebar-lebarnya sama station radio." 
Pernyataan DJ Arie tersebut didasarkan atas pengalamannya selama beberapa tahun terakhir saat menjabat sebagai program director dan manager on air di salah satu stasiun radio di Kota X. Selain itu, dia juga sering diminta untuk menjadi konsultan bagi beberapa stasiun radio di Kota X dan di beberapa kota lainnya. Berkaitan dengan hal tersebut, jika diamati lebih jauh banyak iklan yang diputar di station radio siaran merupakan iklan jenis produk yang menjadikan wanita sebagai target utama konsumennya. Pihak stasiun radio akan menyesuaikan format dari perkembangan dunia bisnis radio tersebut. Mengingat pendapatan sebuah radio siaran berasal dari pemasangan iklan di stasiun tersebut
Sebagaimana dari pernyataan DJ Arie diatas, dimana banyak stasiun radio yang memasang strategi untuk memperoleh jumlah pendengar khususnya pendengar wanita sebanyak-banyaknya. Salah satu strategi tersebut dengan cara menempatkan penyiar pria lebih banyak dibandingkan penyiar wanita. Hal tersebut dikarenakan wanita cenderung memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap lawan jenis begitupun terhadap penyiar. Penyiar pria pun dianggap memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan seorang penyiar wanita. Berdasarkan pengalamannya bertahun-tahun dalam mencetak penyiar-penyiar radio dan video jockey yang diantara telah yang menjadi broadcaster handal baik di ditingkat regional kota X maupun nasional, DJ Arie memiliki pandangannya mengenai kelebihan penyiar pria : 
"Kelebihan lainnya dari seorang penyiar cowok itu biasanya cowok lebih on beat”. Pendengar itu kan mendengarkan radio buat mendengarkan musik, nah mereka bakalan tambah senang kalau misalkan mendengarkan penyiar yang bisa on beat banget dengan musik. Nah kebetulan biasanya penyiar cowok yang lebih on beat. Karena cowok tuh biasanya lebih menghayati semua instrument dalam musik. Beda dengan penyiar cewek" 
Meski demikian, hal tersebut tidak berarti seorang penyiar pria memiliki pendengar yang terdiri wanita secara keseluruhan. Tidak menutup kemungkinan pendengar pria pun turut mendengarkan program siaran radio yang dibawakan oleh penyiar pria.
Berdasarkan perkembangan industri radio itulah, banyak stasiun radio di Kota X berlomba-lomba untuk menyuguhkan penyiar pria dengan kualitas dan performa (Air Personality) on air yang memukau.
Profesi penyiar radio dalam bidang komunikasi, termasuk seorang komunikator. Hal tersebut dikarenakan penyiar radio menyampaikan suatu pesan kepada pendengarnya yang dalam hal ini menempati posisi sebagai komunikan. Dan dalam upaya menyampaikan pesan secara optimal tersebut dan memenuhi target station radio yang menaunginya tersebut, mereka melakukan pengelolaan kesan agar tercipta air personality yang memukau. Pengelolaan kesan tersebut salah satunya dilakukan dengan mengelola kesan mereka melalui simbol verbal dan non verbal.
Pengelolaan kesan yang dilakukan penyiar pria tersebut sangat lumrah dilakukan dalam menjalani profesinya tersebut, guna menunjang air personality yang baik. Seorang penyiar pria jika telah berhasil menciptakan kesan di hadapan pendengarnya bahwa ia memiliki air personality yang baik, maka ia akan semakin disukai oleh pendengarnya.
Dari uraian yang telah penulis ungkapkan dalam latar belakang penelitian diatas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : "Bagaimana impression management seorang penyiar pria di station radio di Kota X (Studi dramaturgi tentang pengelolaan kesan di kehidupan panggung depan dan panggung belakang pada diri seorang penyiar pria di station radio kota X)?"

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengidentifikasi yang menjadi pokok masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut : 
1. Bagaimana impression management di kehidupan front stage (panggung depan) seorang penyiar pria di station radio Kota X?
2. Bagaimana impression management di kehidupan back stage (panggung belakang) seorang penyiar pria di station radio Kota X?
3. Bagaimana impression management seorang penyiar pria di station radio Kota X?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan mendeskripsikan tentang impression management di kalangan penyiar pria di station radio kota X.
2. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui impression management di kehidupan front stage (panggung depan) seorang penyiar pria di station radio Kota X.
b. Untuk mengetahui impression management di kehidupan back stage (panggung belakang) seorang penyiar pria di station radio Kota X.
c. Untuk mengetahui impression management seorang penyiar pria di station radio Kota X.

D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan Ilmu Komunikasi secara umum, khususnya mengenai bidang kajian Impression Management. Terlebih lagi mengenai impression management pada diri seorang penyiar radio.
2. Kegunaan Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi kepustakaan mengenai impression management dalam hal ini pada diri penyiar pria di station radio di Kota X, sehingga dapat berguna bagi mahasiswa secara umum, dan mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi pada khususnya. Serta sebagai literatur bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti kajian yang sama.
b. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang ingin mendapatkan informasi mengenai penyiar pria di kota X khususnya tentang impression management, sehingga diharapkan pula dapat memberikan pengaruh terhadap proses pembentukan persepsi pihak-pihak tersebut.
c. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam bidang komunikasi serta melatih kemampuan berfikir secara sistematis, juga sebagai proses belajar untuk dapat mempertajam daya nalar.

SKRIPSI STUDI DESKRIPTIF TENTANG IMPRESSION MANAGEMENT PEMIMPIN DI PT X

SKRIPSI STUDI DESKRIPTIF TENTANG IMPRESSION MANAGEMENT PEMIMPIN DI PT X

(KODE : ILMU-KOM-0071) : SKRIPSI STUDI DESKRIPTIF TENTANG IMPRESSION MANAGEMENT PEMIMPIN DI PT X



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Manusia di dunia ini tidak bisa hidup sendiri, ia mengembangkan hubungan dengan orang lain. Hubungan yang diciptakan tentunya mempunyai tujuan yang baik. Dimana setiap orang akan berlomba-lomba untuk menampilkan sesuatu yang terbaik dari dirinya untuk diperlihatkan di hadapan orang lain. Untuk itu seseorang seringkali peduli dengan image yang ditampilkan kepada orang lain. Kepedulian akan hal ini menuntun seseorang untuk berusaha mengontrol apa yang orang lain pikir tentang diri orang tersebut. Image yang coba ditampilkan ini dapat berbeda-beda dari satu situasi ke situasi yang lain tergantung dari tujuannya.
Orang lain akan menilai pribadi seseorang berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan, dan dari hasil penilaian itulah mereka memperlakukan orang tersebut. Bila orang lain menilai seseorang berstatus rendah, maka orang tersebut tidak akan mendapatkan pelayanan istimewa. Dan bila dianggap bodoh, kemungkinan orang lain akan mengatur orang tersebut. Untuk itu, setiap orang sengaja menampilkan diri (self-presentation) seperti yang dikehendaki.
"Peralatan lengkap yang digunakan untuk menampilkan diri ini biasa disebut dengan front. Dari front ini terdiri dari panggung (setting), penampilan (appearance), dan gaya bertingkah-laku (manner)". (Rakhmat, 2005: 96)
Menurut Erving Goffman yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat dalam buku Psikologi Komunikasi mengatakan, "Impression Management (pengelolaan kesan) sebagai, kecermatan persepsi interpersonal dimudahkan oleh petunjuk-petunjuk verbal dan nonverbal, dan dipersulit oleh faktor-faktor personal penanggap. Kesulitan persepsi juga timbul karena persona stimuli berusaha menampilkan petunjuk-petunjuk tertentu untuk menimbulkan kesan tertentu pada diri penanggap. (Rakhmat, 2005 : 96)
Menanggapi perilaku orang lain, menerangkan sifat-sifatnya, mengambil kesimpulan tentang penyebab perilakunya, dan menentukan apakah petunjuk-petunjuknya yang tampak itu orisinal atau hanya polesan saja. Ternyata hal itu tidak hanya untuk menanggapi orang lain, namun juga untuk mempersepsikan diri.
Persepsi terhadap manusia ternyata lebih sulit dilakukan daripada kepada objek lainnya. Pertama, manusia itu senantiasa berubah, karenanya tidaklah mudah melakukan persepsi terhadap manusia akibat perubahan yang dilakukan manusia dari waktu ke waktu. Disini dapat dilihat ketika mempersepsi orang lain, tidak bisa dihindari faktor-faktor personal juga ikut berpengaruh, karena itu sangat mungkin untuk terjadi kekeliruan.
Perilaku seseorang dalam komunikasi interpersonal sangat dipengaruhi oleh persepsi interpersonalnya. Persepsi tentang orang lain umumnya stabil. Padahal, seperti yang sudah diketahui pada penjelasan diatas, manusia selalu berubah. Perubahan persepsi tidak dapat dilakukan semua orang dan dalam segala situasi.
Tidak semua orang dapat menyadari bahwa persepsinya tentang orang lain mungkin salah. Padahal, berusaha memahami orang lain sebagai makhluk yang secara terus menerus berubah adalah salah satu kunci keberhasilan komunikasi antar pribadi. Makin dapat memahami seseorang, makin besar kemungkinan untuk menafsirkan pesan dari orang itu secara benar. Akibatnya, tingkat keberhasilan komunikasi semakin tinggi. Proses dalam persepsi ini terjadi karena manusia yang menjadi objek stimuli seringkali melakukan impression management (pengelolaan kesan). Dimana manusia selalu berusaha membuat kesan tertentu pada diri orang lain dengan menampilkan petunjuk-petunjuk tertentu.
Pengelolaan kesan seperti ini digunakan untuk membuat suatu perilaku atau kepribadian yang konsisten dengan persepsi di luar tentang bagaimana seseorang harus bertindak atau berperilaku. Cukup mempresentasikan bagian yang tidak terpisahkan dalam mengembangkan pengelolaan kesan ini. Individu harus memilih metode mana yang ingin mereka gunakan ketika menampilkan diri untuk orang lain, baik dalam situasi bisnis atau sosial. Seperti yang dikutip melalui internet yaitu mediadictionary.com pun mengatakan "Impression Management the art of presenting yourself to others, highlighting your most attractive features and hiding others (pengelolaan kesan merupakan seni menampilkan diri untuk orang lain, menyoroti fitur Anda yang paling menarik dan bersembunyi lainnya).
Pengelolaan Kesan (Impression Management) yang dimaksud dalam penelitian ini dimaksudkan kepada pemimpin yang berada di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang harian umum surat kabar yang ada di X.
Pemimpin merupakan orang yang membantu orang lain untuk memperoleh hasil-hasil yang diinginkan. Pemimpin disini bertindak dengan cara-cara yang memperlancar produktivitas, moral tinggi, respons yang energik, kecakapan kerja yang berkualitas, komitmen, efisiensi, sedikit kelemahan, kepuasan, kehadiran, dan kesinambungan dalam organisasi.
Dan menurut Alo Liliweri (2004) yang dikutip oleh Dewi K. Soedarsono dalam bukunya Sistem Manajemen Komunikasi, yang menyebutkan :
"Pemimpin biasanya berada pada suatu kedudukan formal tertentu sehingga orang yang berada pada posisi itu memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi orang lain dan kepemimpinan terbentuk akibat pengaruh suatu proses sosial. Dengan demikian, seseorang mungkin dapat dianggap sebagai manajer sekaligus pemimpin, namun tidak semua manajer adalah pemimpin, atau memiliki sifat-sifat kepemimpinan." (Soedarsono : 2009, 73)
Menurut R. Wayne Pace & Don F. Faules, kepemimpinan itu sendiri diwujudkan melalui gaya kerja (operating style) atau cara bekerja sama dengan orang lain yang konsisten. Melalui apa yang dikatakannya (bahasa) dan apa yang diperbuatnya (tindakan), seseorang membantu orang-orang lainnya untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Cara seseorang berbicara kepada yang lainnya dan cara seseorang bersikap di depan orang lain merupakan suatu gaya kerja.
Konsep gaya ini menunjukkan bahwa hal ini ada kaitannya dengan kombinasi bahasa dan tindakan, yang tampaknya menggambarkan suatu pola yang konsisten. Pola bahasa dan tindakan yang tanpa pertimbangan pada suatu cara pandang tertentu, terdapat beberapa pendekatan yang berbeda yang meliputi:
1) mengendalikan atau mengarahkan orang lain,
2) memberi tantangan atau rangsangan kepada orang lain,
3) menjelaskan atau memberi instruksi kepada orang lain,
4) mendorong atau mendukung orang lain,
5) memohon atau membujuk orang lain,
6) melibatkan atau memberdayakan orang lain, dan
7) memberi ganjaran atau memperkuat orang lain.
(Mulyana, 2005:276-277)
Dari gambaran seorang pemimpin tersebut diatas, dapat diketahui bahwa kepemimpinan adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh seorang untuk mempengaruhi orang lain agar berbuat sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini, seseorang diberikan kekuasaan dan wewenang untuk bertindak dengan cara mempengaruhi antar perseorangan (interpersonal) lewat proses komunikasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Hal diatas akan sangat mempengaruhi sikap dari bawahan atau karyawan yang dipimpin dalam sebuah perusahaan. Sikap (attitudes) ditunjukkan secara jelas dan didasari oleh individu saat melakukan aktivitas (berbicara, menyapa, berkaca, dll) dan ditempa sepanjang pengalaman hidup individu.
Sikap merupakan salah satu faktor yang menentukan perilaku manusia, karena sikap berhubungan dengan persepsi, kepribadian, dan motivasi individu dalam aktivitas sehari-hari, baik di lingkungan sosial maupun organisasi. Sejalan dengan wacana penerapan sistem manajemen komunikasi di perusahaan, sikap merupakan salah satu faktor internal individu dalam melaksanakan aktivitas di perusahaan.
"W. J. Thomas memberikan batasan sikap sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial. Sikap seseorang selalu diarahkan terhadap sesuatu hal atau objek tertentu. Dengan kata lain, tidak ada satu sikap pun yang tanpa objek". (Ahmadi dalam Soedarsono, 1999:162).
Disini peran seseorang yang mempunyai kewenangan dan keleluasaan dalam memengaruhi anggota perusahaan untuk mau melakukan pekerjaan sesuai dengan kebijakan perusahaan sangatlah besar. Aspek kepemimpinan merupakan salah satu aspek untuk dapat menggerakkan aktivitas perusahaan agar efektif. Salah satu dari sekian tugas pemimpin adalah memberikan instruksi kepada bawahannya untuk melakukan pekerjaan. Oleh sebab itu, menjadi pemimpin dituntut untuk bisa membimbing bawahannya agar dapat melaksanakan pekerjaannya lebih baik.
Untuk itu agar karyawan yang berada dalam sebuah perusahaan merasa nyaman dan mempunyai kedekatan dengan pimpinannya, maka pemimpin disini bemsaha menampilkan dan mengolah kesan yang baik agar karyawan memberikan sikap yang positif kepada pimpinan maupun perusahaan. Perusahaan seperti harian umum surat kabar yang memberikan berita-berita dan informasi pengetahuan setiap harinya ini diharapkan dapat bermanfaat bagi khalayak. Disinilah peran karyawan atau staff sangat dibutuhkan, untuk itu sikap positif yang diharapkan ini seperti halnya pemberian ide-ide, saran-saran, pendapat atau opini, dan rekomendasi yang membangun bagi kemajuan kinerja karyawan yang dimotori dari perintah pemimpinnya dapat diapresiasikan dengan baik.
Dalam perusahaan harian umum surat kabar ini para pekerja atau karyawannya sebagian berasal dari latar pendidikan jurnalistik, dimana orang-orang jurnalistik ini tidak mengacu pada keformalan, namun untuk pencapaian hasil kerja tetap mengutamakan dan menggunakan cara kerja formal pada umumnya. Seperti pada pemberian perintah dari atasan ke bawahan, mereka bisa saja menggunakan cara-cara formal seperti pada perusahaan kebanyakan, yang harus menggunakan memo atau pertemuan tatap muka langsung dalam ruangan bahkan instruksi tertulis lainnya yang digunakan dalam komunikasi ke bawah. Namun, pada perusahaan harian umum surat kabar ini mereka bisa saja sedikit santai yang dalam artian tidak terlalu formal tetapi hal itu tidak selalu dilakukan, karena memang prosedural komunikasi dari atasan ke bawahan seharusnya tidak begitu.
Sikap yang positif ini mempunyai korelasi dengan apa yang dihasilkan oleh karyawan kepada perusahaannya, baik itu dalam semangat kerja dan motivasi untuk memajukan perusahaan. Hal ini tidak semata-mata muncul begitu saja dari seorang karyawan, namun andil besar dari seorang pemimpin yang menjabat sebagai manajer sangat mendominasi disini.
Pemimpin yang bijaksana, berwibawa, dan adil akan sangat disukai oleh karyawannya, sedangkan untuk seorang pemimpin yang pemarah, galak, dan selalu merasa dirinya benar akan membuat kinerja dari karyawan itu buruk. Cara kerja maupun hasil kerja yang buruk ini akan berdampak tidak baik pada perusahaan. Disinilah peran pemimpin diperlukan guna memotivasi para karyawan untuk terus bekerja dengan baik.
Uraian yang telah penulis ungkapkan dalam latar belakang penelitian tersebut diatas, maka penulis merumuskan masalah penelitian adalah "Bagaimana Pengelolaan Kesan (Impression Management) Pemimpin di PT X (Studi Deskriptif tentang Pengelolaan Kesan (Impression Management) Pemimpin PT X dalam Pembentukan Sikap Positif Karyawannya)?".

B. Identifikasi Masalah
Pada penelitian ini, peneliti merinci secara jelas pertanyaan pada rumusan masalah yang masih bersifat umum. Dengan subfokus-subfokus yang terpilih, sehingga dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka, identifikasi masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana panggung (setting) pemimpin di PT X dalam pembentukan sikap positif karyawannya?
2. Bagaimana penampilan (appearance) pemimpin di PT X dalam pembentukan sikap positif karyawannya?
3. Bagaimana gaya bertingkah laku (manner) pemimpin di PT X dalam pembentukan sikap positif karyawannya?
4. Bagaimana keterlibatan dalam peran pemimpin di PT X dalam pembentukan sikap positif karyawannya?
5. Bagaimana Pengelolaan Kesan (Impression Management) Pemimpin di PT X dalam pembentukan sikap positif karyawannya?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Maksud Penelitian
Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih jelas bagaimana pengelolaan kesan (impression management) pemimpin di PT X (studi deskriptif tentang pengelolaan kesan (impression management) pemimpin PT X dalam pembentukan sikap positif karyawannya).
2. Tujuan Penelitian
Dari berbagai permasalahan seperti yang terdapat pada identifikasi masalah tersebut di atas dan sebagai arah peneliti pada penelitian ini. Maka, tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui panggung (setting) pemimpin di PT X dalam pembentukan sikap positif karyawannya.
2. Untuk mengetahui penampilan (appearance) pemimpin di PT X dalam pembentukan sikap positif karyawannya.
3. Untuk mengetahui gaya bertingkah laku (manner) pemimpin di PT X dalam pembentukan sikap positif karyawannya.
4. Untuk mengetahui keterlibatan dalam peran pemimpin di PT X dalam pembentukan sikap positif karyawannya.
5. Untuk mengetahui Pengelolaan Kesan (Impression Management) Pemimpin di PT X dalam pembentukan sikap positif karyawannya.

D. Kegunaan Penelitian
Dalam suatu penelitian diharapkan dapat memberikan suatu manfaat atau kegunaan yang dapat digunakan oleh masyarakat luas, adapun kegunaan penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis dan praktis, yaitu sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan Ilmu Komunikasi secara umum, sedangkan kegunaan teoritis secara khusus diharapkan dapat meningkatkan pengembangan keilmuan mengenai Pengelolaan Kesan (Impression Management) seorang pemimpin.
2. Kegunaan Praktis
Adapun hasil penelitian ini secara praktis, diharapkan bisa memberikan suatu masukan atau referensi tambahan yang dapat diaplikasikan dan menjadi pertimbangan. Dan kegunaan secara praktis pada penelitian ini sebagai berikut:
a. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan bahan referensi sebuah pengetahuan dan pengalaman serta penerapan ilmu yang diperoleh selama studi yang diterima oleh peneliti adalah secara teori. Dalam hal ini khususnya mengenai "Pengelolaan Kesan (Impression Management) Pemimpin di PT X (studi deskriptif tentang Pengelolaan Kesan (Impression Management) pemimpin PT X dalam pembentukan sikap positif karyawannya)".
b. Bagi Akademik
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa secara umum, dan mahasiswa Ilmu Komunikasi dengan konsentrasi Humas secara khusus. Yang dapat dijadikan sebagai literatur dan referensi tambahan terutama bagi peneliti selanjutnya, yang akan melakukan penelitian pada kajian yang sama.
c. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pemimpin perusahaan yang belum mengetahui apa dan bagaimana Impression Management seorang pemimpin dalam pembentukan sikap positif karyawannya. Yang secara khusus bisa memberikan saran dan referensi tambahan bagi pemimpin di PT X yang menjadi tema pada penelitian ini.