Search This Blog

Showing posts with label kreativitas anak usia dini. Show all posts
Showing posts with label kreativitas anak usia dini. Show all posts

SKRIPSI POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENUMBUHKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

(KODE : PG-PAUD-0089) : SKRIPSI POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENUMBUHKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

contoh skripsi pgpaud
BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu selama hidup di dunia, pendidikan menjadi suatu faktor yang paling penting atau utama diantara kebutuhan manusia lainnya.
Jalur pendidikan di negara kita tentang Sistem Pendidikan Nasional terdiri atas jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan formal dilaksanakan melalui lembaga-lembaga pendidikan (sekolah) sedangkan jalur pendidikan nonformal di dapat melalui lembaga-lembaga di masyarakat yang bertujuan untuk memberikan pendidikan, serta pendidikan informal didapat dari keluarga.
Pemerintah mengelompokkan bentuk satuan pendidikan anak usia dini menjadi tiga, yaitu : Pertama, jalur pendidikan formal, terdiri atas Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Atfal. Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Atfal dapat diikuti anak usia lima tahun ke atas. Kedua, jalur pendidikan nonformal, terdiri atas Penitipan Anak, Kelompok Bermain dan satuan Pendidikan usia Dini. Kelompok Bermain dapat diikuti anak usia dua tahun ke atas, sedangkan Penitipan Anak dan satuan Pendidikan Usia dini diikuti anak sejak usia empat sampai enam tahun. Ketiga, jalur pendidikan informal, terdiri atas pendidikan yang diselenggarakan di keluarga dan lingkungan tetangga. Ini menunjukan bahwa pemerintah melindungi hak anak untuk mendapatkan layanan pendidikan, meskipun mereka tidak masuk ke lembaga pendidikan anak usia dini, baik formal maupun informal.
Dengan demikian keluarga memegang peranan dan posisi penting dalam membentuk kepribadian anak seperti membentuk karakter, sifat, pengetahuan, penalaran dan sebagainya, sehingga lingkungan keluarga di rasakan penting, karena kehidupan keluarga sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat, keadaan serta perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar di samping berpengaruh terhadap pendidikan keluarga. Keluarga mempunyai fungsi sebagai pendorong anaknya menjadi anak yang mandiri, karena itu keluarga merupakan sasaran agar dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, pendidikan keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak, maka dalam keluargalah upaya orang tua untuk menumbuhkan kreatifitas anak
Menurut Djuju Sudjana (1996 : 48) bahwa pendidikan kehidupan keluarga muncul didasarkan atas dua fenomena. Pertama, kehidupan keluarga berpengaruh pada kehidupan masyarakat dan kedua, keadaan yang terjadi di lingkungan sekitar mempunyai pengaruh pula pada kehidupan keluarga. Kedua fenomena diatas menunjukan bahwa kehidupan keluarga senantiasa berhadapan dengan berbagai macam permasalahan yang tumbuh di lingkungan sekitar, yang satu sama lain saling berkaitan dan saling mempengaruhi.
Apabila keluarga dibina dengan baik maka kehidupan masyarakat akan baik pula. Upaya pembinaan keluarga ini tergantung pada kearifan para anggota keluarga (terutama orang tuanya) dalam mengembangkan kehidupan keluarga.
Upaya yang efektif untuk mengembangkan kehidupan keluarga tersebut adalah melalui pendidikan. Maraknya pelanggaran nilai moral dan keterbelakangan oleh remaja dapat di pandang sebagai perwujudan rendahnya kreatifitas pada anak. Di duga pemicu utamanya adalah pola asuh orang tua dalam menumbuhkan kreatifitas anak.
Kondisi dalam keluarga yang mempengaruhi kreatifitas pada anak diantaranya adalah pola asuh yang diterapkan orang tua. Pada umumnya pola asuh yang diterapkan oleh orang tua terhadap anaknya dapat digolongkan dalam bentuk pola asuh otoriter, laizez faire (acuh tak acuh), memanjakan dan pola asuh demokratis. Setiap pola asuh memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dari akibat yang dihasilkan melalui sifat dan tingkah laku yang ditampilkan sehari-hari.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, pola asuh orang tua yang diterima oleh anak, akan mengembangkan kreatifitas dirinya untuk membentuk sikap dan tingkah laku tertentu sesuai dengan pola asuh yang terapkan oleh orang tua.
Pola asuh orang tua yang cenderung otoriter, memanjakan, laizes faire serta orang tua yang memberi kebebasan penuh kepada anak-anaknya diduga menjadi faktor pendorong bagi anak untuk berprilaku agresif. Sedangkan pola asuh orang tua yang cenderung demokratis di duga tidak memberikan andil terhadap prilaku anak untuk agresif melainkan sebagai pendorong terhadap perkembangan anak ke arah yang lebih positif.
Sebagai orang tua yang mempunyai anak, kewajiban mendidik itu merupakan salah tugas utama. Orang tua akan merasa sangat senang bila melihat putra putrinya kreatif dalam segala hal. Tentu tingkat kreatifitas ini disesuaikan dengan umur dan tingkat kedewasaannya.
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua dalam menumbuhkan kreatifitas anak sangat penting, maka penulis merasa tertarik untuk lebih memahami dan mengetahui tentang pola asuh yang diterapkan orang tua (keluarga). Khususnya pola asuh secara Demokratis, sehingga penulis merasa perlu untuk di adakan penelitian tentang “POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENUMBUHKAN KREATIFITAS ANAK”.
SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI DALAM PEMBELAJARAN SAINS MELALUI METODE DISCOVERY-INQUIRY

SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI DALAM PEMBELAJARAN SAINS MELALUI METODE DISCOVERY-INQUIRY

(KODE : PTK-0123) : SKRIPSI PTK MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI DALAM PEMBELAJARAN SAINS MELALUI METODE DISCOVERY-INQUIRY (PGTK)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Usia dini berada pada masa peka dalam pertumbuhan, yaitu masa yang tepat untuk meletakkan dasar pertama dalam pengembangan aspek-aspek perkembangan (Depdiknas, 2004). Pada periode ini proses perkembangan sangat pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya, maka untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan dilakukan pada usia dini.
Salah satu bentuk lembaga pendidikan yang menangani anak usia dini yaitu Taman Kanak-kanak (TK). Ruang lingkup program kegiatan belajar di TK dalam Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini-TK dan RA (Depdiknas, 2003) meliputi aspek-aspek perkembangan anak dengan dipadukan dalam bidang pengembangan yang utuh mencakup bidang pengembangan pembentukan perilaku melalui pembiasaan (meliputi pengembangan moral dan nilai-nilai agama, serta pengembangan sosial, emosional dan kemandirian) dan bidang pengembangan kemampuan dasar (meliputi pengembangan kemampuan berbahasa, kognitif, fisik-motorik, dan seni). Apabila pada anak usia TK tidak memperoleh rangsangan yang dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangannya sesuai dengan tujuan program pembelajaran TK tersebut, maka akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya.
Pendidikan pada tataran kedua setelah pendidikan di keluarga yang tidak kalah penting adalah pendidikan prasekolah selanjutnya pendidikan di sekolah. Sehingga orangtua dan guru perlu dituntut untuk memperhatikan dan memperlakukan anak secara khusus dan individual karena perkembangan kemampuan tidak dapat mencapai tahap optimal apabila proses perkembangannya tidak dituntut dan didesain secara sistematis juga memperhatikan karakteristik anak usia dini yang sangat bervariasi baik dalam kecakapan, sikap maupun minat-minatnya (Brenner dalam Solehuddin, 1997).
Pendidikan TK bertujuan untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak secara terpadu, maka pendidikan juga memiliki tugas untuk dapat mengembangkan potensi kreatif anak (Rachmawati, dan Kurniati, 2005). Upaya yang dilakukan pendidikan TK untuk merangsang kreativitas anak di usia dini sangatlah penting. Seperti yang dipaparkan oleh Sumiyati (2009) kreativitas anak bukanlah produk instan melainkan proses pembelajaran yang terus-menerus dan dimulai sedini mungkin, dan untuk memunculkan anak yang kreatif kita harus menggali kreativitas anak sejak dini.
Dalam upaya menggali dan mengembangkan potensi kreatif sejak dini maka anak senantiasa membutuhkan aktivitas yang penuh dengan ide-ide kreatif (Rachmawati, dan Kurniati, 2005). Berbagai kegiatan dapat berkontribusi dalam upaya tersebut, seperti juga dengan kegiatan sains untuk anak usia dini. Hasil penelitian Susanti juga menunjukkan bahwa kreativitas dapat meningkat melalui pembelajaran sains (Susanti, 2008). Pengembangan aspek sains pada anak dapat mengundang dan menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi serta merangsang anak untuk memunculkan pertanyaan yang tak terduga sebagai wujud dari berfikir dan belajar kreatif yang nyata (Nugraha, 2008).
Bila dihubungkan dengan kedudukan sains yang menjunjung tinggi "keaslian-orisinalitas", maka kreativitas sesungguhnya merupakan tujuan alamiah dalam suatu pendidikan sains (Nugraha, 2008). Pendidikan sains diarahkan untuk "mencari tahu" dan "berbuat" sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas 2005). Oleh karena itu, metode yang diterapkan dalam pembelajaran sains adalah memadukan antara pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains dalam bentuk pengalaman langsung.
Namun pada saat ini, ada beberapa permasalahan dalam pendidikan anak usia dini yang berkaitan dengan pengembangan kreativitas. Orang tua yang bermaksud baik dengan dalih menanamkan disiplin dan kepatuhan, tidak memberi kesempatan kreativitas anak untuk tumbuh dan berkembang. Selain itu masih ada kecenderungan orangtua pada pendidikan di instansi pendidikan anak usia dini seperti TK yang menginginkan anak belajar hal-hal akademis sebagai tuntutan agar anaknya lebih unggul dengan persiapan dini. Orangtua menuntut dengan mempertanyakan dan memprotes kegiatan yang dilakukan anak di TK yang hanya diajarkan menggambar, mewarnai, menggunting, tidak diajarkan membaca-menulis-berhitung, tanpa mereka ketahui ada beberapa aspek pengembangan harus distimulasi agar dapat berkembang baik pada anak usia TK yang jauh lebih penting dan dibutuhkan ketimbang diajarkan calistung (dalam Fatimah, 2010).
Begitupun dalam pelaksanaan pembelajaran kegiatan sains yang diyakini dapat meningkatkan kreativitas anak masih memiliki hambatan, seperti dalam penggunaan metode secara tepat untuk anak usia dini yang masih belum merangsang kreativitas anak dan pembelajaran cenderung masih berpusat pada guru. Seperti hasil penemuan Yossi (dalam Susanti, 2009) menjelaskan bahwa guru masih kurang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan ide dan gagasan secara variatif dan original, sehingga jawaban yang dihasilkan anak cenderung sama. Dari permasalahan tersebut sama dengan ungkapan Semiawan (2007) yaitu ketika guru yang memberikan pertanyaan yang menuntut banyak jawaban tapi menganggap salah jawaban anak yang tidak sesuai dengan keinginan guru maka sikap guru ini mengunci kreativitas anak. 
Senada dengan sebagian permasalahan-permasalahan tersebut, hasil observasi yang dilakukan pada kelompok B di TK X untuk dapat mengembangkan kreativitas anak dengan optimal dalam pembelajaran sains, dalam pemilihan kegiatan dengan metode yang menarik bagi anak, dapat lebih dikembangkan lagi dengan memanfaatkan fasilitas lingkungan sekolah yang cukup menunjang. Pembelajaran sains di TK masih menekankan pada tujuan pengembangan produk atau hasil karya dari anak yang berupa prestasi akademik anak didik yang mengedepankan potensi kecerdasan anak didik. Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran masih berpusat pada guru. Kegiatan sains yang seharusnya bisa memfasilitasi dan mengembangkan sikap ilmiah anak seperti yang dipaparkan Nugraha (2008) yaitu sikap rasa ingin tahu anak, tekun, kritis, berhati-hati, bertanggungjawab, bekerjasama, mandiri, serta membantu melatih anak untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, dengan sikap-sikap tersebut dapat meningkatkan perkembangan kreativitas anak merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh TK X ini.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan pada paragraf sebelumnya, sudah saatnya guru dan orangtua memfasilitasi peserta didiknya agar berhasil menjadi anak yang kreatif. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kreativitas anak dalam pembelajaran sains melalui penggunaan metode pembelajaran sains yang dalam proses pembelajarannya didasarkan oleh aktivitas langsung atau pengalaman langsung (hands on experience) , dimana anak diberikan kesempatan untuk bereksplorasi yaitu metode discovery-inquiry. Metode ini merupakan metode penemuan yang cara penyajian pelajarannya banyak melibatkan siswa dalam proses-proses mental, dalam rangka penemuannya banyak menuntut aktifitas berpikir dan bahkan tidak jarang pula menuntut aktifitas fisik (Dharmawan, 2008).
Discovery-Inquiry berasal dari keyakinan bahwa siswa memiliki kebebasan untuk belajar (Amien dalam Sulistyastuti, 2009). Dalam metode pembelajaran ini keinginan anak dapat dipergunakan karena Inquiry akan membantu anak mengembangkan keterampilan berpikirnya seperti dalam mengajukan pertanyaan dan menemukan (mencari) jawaban yang berawal dari keingintahuan anak. Hal ini bisa menjadi pembelajaran yang menyenangkan, juga dapat membuka intelegensi anak dan mengembangkan kreativitasnya.
Dengan demikian perlu adanya perbaikan dalam pembelajaran sains untuk anak sebagai upaya meningkatkan pengembangan kreativitas anak usia dini di TK. Maka, penelitian ini mencoba untuk melihat sejauh mana penggunaan metode pembelajaran discovery-inquiry sebagai alternatif metode pada pembelajaran sains terhadap peningkatan kreativitas anak usia dini pada kelompok B TK X. Dengan judul MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI DALAM PEMBELAJARAN SAINS MELALUI METODE DISCOVERY-INQUIRY.

B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah
Proses identifikasi terhadap faktor-faktor yang bisa mempengaruhi permasalahan yang sedang diteliti di lapangan sehingga bisa lebih jelas dan mudah sangat diperlukan dalam suatu penelitian. Oleh karena itu, peneliti mengidentifikasi masalah yang ada di lapangan tersebut dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut : 
1. Keterbatasan guru untuk memilih, memahami, dan mempergunakan metode yang tepat dalam pembelajaran sains.
2. Pembelajaran sains di TK masih menekankan pada tujuan pengembangan produk yang berupa hasil karya anak dan prestasi akademik anak didik. Hal ini berarti baru potensi kecerdasan anak didik yang dikedepankan.
3. Proses ilmiah, khususnya kreativitas anak didik belum dikembangkan seoptimal mungkin.
4. Aktivitas guru dan siswa belum optimal, sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru.
Dari latar belakang dan identifikasi permasalahan yang ada di lapangan maka perumusan masalah yang harus dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : "Apakah metode Discovery-Inquiry dalam pembelajaran sains anak usia dini dapat meningkatkan kreativitas anak ?".
Perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dengan maksud untuk mempermudah penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 
1 Bagaimana kondisi objektif kegiatan pembelajaran sains anak kelompok B di TK ?
2 Bagaimana kreativitas anak dalam pembelajaran sains pada kelompok B di TK sebelum diberikan metode Discovery-Inquiry ?
3 Bagaimana implementasi pembelajaran sains dengan metode Discovery-Inquiry dalam meningkatkan kreativitas anak pada kelompok B di TK ?
4 Bagaimana peningkatan kreativitas anak pada kelompok B di TK dalam pembelajaran sains dengan menggunakan metode Discovery-Inquiry ?
5 Kendala-kendala apa yang dihadapi dalam proses pembelajaran sains dengan menggunakan metode Discovery-Inquiry untuk meningkatkan kreativitas anak kelompok B di TK ?

C. Tujuan penelitian
Dengan adanya rumusan masalah yang telah dipaparkan maka penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan umum untuk mengetahui pengaruh metode Discovery-Inquiry dalam pembelajaran sains terhadap tingkat aspek perkembangan kreativitas anak usia dini kelompok B di TK. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini yaitu : 
1. Mengetahui kondisi objektif kegiatan pembelajaran sains pada kelompok B di TK.
2. Untuk mengetahui kreativitas anak dalam pembelajaran sains kelompok B di TK sebelum menggunakan metode Discovery-Inquiry.
3. Mengetahui implementasi pembelajaran sains dengan metode Discovery-Inquiry yang dapat meningkatkan kreativitas anak kelompok B di TK.
4. Untuk mengetahui peningkatan kreativitas anak kelompok B di TK selama menggunakan metode Discovery-Inquiry dalam pembelajaran sains.
5. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran sains dengan menggunakan metode Discovery-Inquiry untuk meningkatkan kreativitas anak kelompok B di TK.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai penggunaan metode Discovery-Inquiry dalam pembelajaran sains untuk anak usia dini terhadap tingkat aspek perkembangan kreativitas anak usia dini. Dan bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini ataupun menjadi bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.
2. Bagi Guru
Memberikan masukan alternatif metode dalam mengenalkan atau mengajarkan sains pada anak usia dini yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak (di dalamnya dapat meningkatkan kreativitas anak usia dini).
3. Bagi Anak Didik
Anak Didik dapat berekspresi kreatif sesuai dengan potensi kreativitasnya, sehingga mengurangi rasa ketakutan untuk berbeda pendapat karena di dalam kreativitas memungkinkan adanya keberagaman, membantu anak memahami konsep sains sederhana, membantu anak memecahkan suatu masalah sederhana, dan membantu anak mengelompokkan benda menurut ciri-cirinya.
4. Yayasan Lembaga Pendidikan Taman Kanak-kanak
Penelitian Tindakan Kelas ini merupakan aset penting, karena hal ini dalam rangka meningkatkan kreativitas anak dan sebagai acuan jika akan melakukan kegiatan sejenis.