Search This Blog

Showing posts with label pembelajaran IPS. Show all posts
Showing posts with label pembelajaran IPS. Show all posts

SKRIPSI PGSD PERAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV

(KODE : PENDPGSD-0042) : SKRIPSI PGSD PERAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV

contoh skripsi pgsd kelas iv

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia untuk meningkatkan kualitas hidup dan kemampuannya agar berguna untuk diri maupun orang di sekitarnya. Pentingnya pendidikan tersebut tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
"Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan diri, masyarakat, bangsa dan negara" (Depdiknas 2010 : 12).
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang untuk mewujudkan harapan dan cita-cita demi kelangsungan hidupnya.
Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari peran guru sebagai pendidik. Menurut UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, "Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah". Di dalam proses pembelajaran, hal terpenting terletak pada interaksi guru dengan siswa. Guru mengharapkan siswa dapat berperan aktif, untuk mendukung pembelajaran yang interaktif.
Partisipasi siswa dalam pembelajaran tidak terlepas juga dari peran guru yang merupakan penentu keberhasilan pembelajaran di kelas. Hal tersebut juga terdapat dalam tujuan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, yang menyatakan bahwa seorang guru dalam menjalankan peranannya harus memiliki kemampuan untuk bisa mengembangkan setiap potensi yang ada pada peserta didik.
Proses pembelajaran di sekolah diharapkan dapat mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang berwawasan dan memiliki perilaku sosial yang tinggi. Pendidikan tentang sosial di sekolah bersinggungan dengan mata pelajaran yaitu IPS. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan (Sapriya, 2009 : 20). Dalam Pasal 37 UU Sisdiknas dikemukakan bahwa mata pelajaran IPS merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah Depdiknas (dalam Mulyasa, 2008 : 45). Pembelajaran IPS perlu diberikan kepada siswa SD karena IPS merupakan mata pelajaran yang mengajarkan siswa dalam mengenal lingkungan sosial di masyarakat, mengajarkan siswa agar lebih peka terhadap permasalahan yang ada di masyarakat, dan mengajarkan siswa mengenal nilai-nilai sosial di masyarakat, serta untuk mengajarkan siswa dalam mengatasi masalah yang terjadi di kehidupan sehari-hari.
Mengingat konteks mata pelajaran IPS sedemikian luasnya maka dalam pembelajaran IPS dibutuhkan peranan guru yang sangat baik sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Untuk itu guru harus mampu memiliki kompetensi dan peran yang sesuai dalam pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Secara konseptual peran guru dalam proses pembelajaran meliputi banyak hal antara lain informatory, organisator, motivator, direktor, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator (Sardiman, 2014 : 144-146). Akan tetapi kini guru hanya dipahami sebagai tenaga pengajar semata. Fenomena kurang pemahaman guru terhadap perannya perlu mendapat perhatian sehingga guru lebih optimal dalam menjalankan perannya. Guru sekarang dituntut lebih maju, lebih pintar, memahami hal-hal baru sesuai dengan perkembangan zaman. Terlebih dalam pembelajaran IPS guru harus kreatif dan memiliki inovasi dalam mengembangkan pembelajaran sehingga pembelajaran terlihat menyenangkan dan tidak membosankan.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia, ternyata hanya 8 sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Selain itu, terdapat survey dari Political and Economic Risk Consultant (PERC) kualitas pendidikan Indonesia berada pada urutan ke 12 dari 12 negara di ASIA. Melihat kondisi seperti itu, untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia maka diperlukan usaha dan peran guru sebagai pendidik dalam mewujudkan suasana pembelajaran yang kondusif. Dengan optimalnya peran guru diharapkan siswa akan lebih aktif, kreatif, dan senang dalam mengikuti pembelajaran, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat terwujud.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dalam pembelajaran IPS guru sering menyampaikan materi dengan bermacam-macam metode agar siswa lebih memahami setiap pesan yang disampaikan oleh guru, guru juga memberikan motivasi kepada siswa ketika pembelajaran. Selain itu guru menggunakan media pembelajaran sebagai penunjang untuk memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan, dan ketika pembelajaran guru juga sudah membimbing siswa dengan baik sehingga pembelajaran berlangsung secara kondusif. Hal ini menunjukkan bahwa guru melakukan perannya diantaranya yaitu perencana, motivator, fasilitator, dan pembimbing.
Penelitian yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Nurul Hikmah, Yohanes Bahari, Imran pada tahun 2015 dengan judul "PERANAN GURU DALAM MEMBINA PERILAKU SISWA BERMASALAH PADA PROSES BELAJAR MENGAJAR SOSIOLOGI KELAS XI SMK NEGERI 01 PANGKALAN BUN" dengan hasil, adapun peranan guru dilihat dari tiga peranan penting yaitu, peranan guru sebagai teladan berupa menjadi contoh bagi siswa, menggunakan bahasa yang santun dan mendidik, mau bekerja keras, dan datang ke sekolah tepat waktu. Sebagai motivator berupa mendorong siswa untuk belajar sungguh-sungguh, memberikan penguatan kepada siswa, dan menanamkan disiplin bagi siswa untuk mengikuti pelajaran di kelas. Peranan guru sebagai pengawas berupa memberikan nasihat dan peringatan kepada siswa yang melakukan pelanggaran dan memberikan hukuman yang mengandung efek jera. 
Penelitian lain yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Veny Widayanti pada tahun 2014 dengan judul "PENGARUH PERAN GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATA PELAJARAN ALAT UKUR" dengan hasil, peran guru diukur dengan menggunakan enam indikator yaitu, memberikan bantuan kepada siswa dengan menceritakan sesuatu yang baik, memberikan jawaban langsung pada pertanyaan yang diminta oleh siswa, memberikan kesempatan untuk berpendapat/memberikan evaluasi, member kesempatan menghubungkan dengan pengalamannya sendiri, penerapan prinsip-prinsip kerja praktek otomotif, dan penerapan sebagai motivator. Secara keseluruhan tanggapan responden mengenai peran guru menunjukkan 38 siswa (48,7%) memiliki tanggapan cukup, 37 siswa (47,4%) memiliki tanggapan tinggi, 2 siswa (2,6%) memiliki tanggapan sangat tinggi, dan 1 siswa (1,3%) memiliki tanggapan rendah. Dapat disimpulkan sebagian besar siswa kelas X TKR SMK Ganesa Demak, yaitu 48,7% memiliki keyakinan bahwa selama ini guru mempunyai peran cukup tinggi dalam proses pembelajaran di kelas. 
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti mengkaji permasalahan tersebut melalui judul "PERAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV SD X".

SKRIPSI PELAKSANAAN KETERAMPILAN BERTANYA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV

(KODE : PENDPGSD-0022) : SKRIPSI PELAKSANAAN KETERAMPILAN BERTANYA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV


contoh skripsi pgsd

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pelaksanaan pendidikan, seluruh aspek mulai dari guru, siswa, orang tua, dan juga pemerintah memiliki peran masing-masing untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Namun aspek terpenting dalam pelaksanaan pendidikan adalah guru dan siswa, dimana guru berperan sebagai pemberi ilmu pengetahuan dan siswa sebagai penerima ilmu pengetahuan dalam proses pendidikan. UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan pendidikan itu sendiri adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Demi mewujudkan tujuan pendidikan, pelaksanaan pendidikan mulai dari jenjang dasar sudah diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan di Indonesia, antara lain pada Bab VI pasal 14 dijelaskan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Untuk kurikulum pendidikan dasar dan menengah telah dijelaskan pada Bab X pasal 37 ayat 1 bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat : pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal. Serta dengan lahirnya Permendiknas RI Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah menyebutkan bahwa melalui mata pelajaran IPS siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Dengan berlandaskan berbagai peraturan tersebut maka untuk mencapai tujuan pendidikan, pemerintah memberikan mata pelajaran IPS dalam pelaksanaan pendidikan di jenjang Sekolah Dasar (SD) sebagai bekal mereka untuk melaksanakan kehidupan bermasyarakat nantinya serta didukung dengan adanya peran aktif guru, siswa, orang tua, maupun pemerintah.
Istilah IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu social, humaniora, sains, bahkan berbagai isu dan masalah social kehidupan (Sapriya, 2015 : 20). Menurut Saidiharjo (dalam Taneo, 2010 : 1.8) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan politik. Mata pelajaran tersebut memiliki ciri-ciri yang sama, oleh karena itu dipadukan menjadi satu bidang studi yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial. Hal ini ditegaskan lagi oleh Hidayati (2008 : 1.7) bahwa IPS adalah fusi dari disiplin-disiplin ilmu sosial. Pengertian fusi disini adalah bahwa IPS merupakan bidang studi utuh yang tidak terpisah-pisah dalam kotak disiplin ilmu yang ada. Artinya bahwa bidang studi IPS tidak lagi mengenal adanya pelajaran geografi, ekonomi, sejarah secara terpisah melainkan semua disiplin tersebut diajarkan secara terpadu.
Taneo (2010 : 1.14) IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu social dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan bidang studi yang didalamnya terkandung beberapa mata pelajaran cabang-cabang ilmu social yang masih berkaitan satu sama lain.
Tujuan IPS yang tercantum dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 adalah; (a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya (b) Memilki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan social (c) Memilki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan (d) Memilki kemampuan untuk berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global.
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut : a) Manusia, tempat, dan lingkungan, b) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan c) Sistem sosial dan budaya, d) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan (Permendiknas No 22 tahun 2006). Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat.
Suyono (2014 : 9) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakekat belajar. Peran aktif siswa dalam pembelajaran sangat penting dalam rangka menumbuhkan sikap kritis dan kreatif yang nantinya akan berdampak pada keberlangsungan hidupnya bersama orang lain.
Aktivitas belajar tidak hanya mencakup pada pengetahuan, akan tetapi juga mencakup sikap dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran, siswa hendaknya tidak sekedar menerima informasi, mengingat, dan menghafal, tetapi siswa dituntut untuk terampil berbicara, terampil untuk bertanya, mengemukakan pendapat dan gagasan di muka forum, melibatkan diri secara aktif, serta memperkaya diri dengan ide-ide. Guru berperan sebagai pengajar bertugas untuk membantu siswa yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami mated yang dipelajari. Sehubungan dengan hal tersebut, guru harus membuat sesuatu lebih jelas bagi siswa, dan bemsaha terampil dalam memecahkan masalah. Guru dituntut untuk menjelaskan berbagai informasi secara jelas dan terang, memberikan layanan variatif, menciptakan momentum, dan mendorong semua siswa untuk berpartisipasi.
Pembelajaran yang bermutu tercermin pada respon siswa selama proses pembelajaran berlangsung, siswa akan aktif dan focus pada mated yang disampaikan oleh guru. Guru harus mampu mengkondisikan kegiatan belajar mengajar agar mampu mendorong kreativitas siswa secara keseluruhan, membuat siswa aktif, mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan pembelajaran berlangsung dalam kondisi menyenangkan (Suyono, 2011 : 207). Pembelajaran dikatakan berhasil manakala tujuan dad pembelajaran tersebut dapat tercapai. Kondisi seperti ini akan tercipta jika guru memiliki keprofesionalan dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
Menurut Saud (2010 : 55) guru professional adalah guru yang dapat melakukan tugas mengajarnya dengan baik. Dalam mengajar diperlukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk kelancaran proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Keterampilan guru dalam proses belajar mengajar antara lain : (1) keterampilan bertanya, (2) keterampilan memberi penguatan, (3) keterampilan mengadakan variasi, (4) keterampilan menjelaskan, (5) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (6) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, (7) keterampilan mengelola kelas (8) keterampilan mengajar perorangan dan kelompok kecil.
Keterampilan-keterampilan tersebut akan memunculkan aktualisasi diri siswa, salah satunya adalah keterampilan bertanya. Dalam setiap kesempatan pastilah muncul berbagai macam pertanyaan yang terlontar dari siswa, untuk itu guru harus mampu memfasilitasinya melalui keterampilan bertanya yang dimilikinya. Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai guru untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru menentukan kualitas jawaban peserta didik (Mulyasa, 2015 : 70). Dalam kegiatan pembelajaran, bertanya memiliki peranan penting. Pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik melontarkan pertanyaan yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap aktivitas belajar siswa seperti meningkatnya partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, mengembangkan pola pikir dan cara belajar aktif siswa. Dengan aktif bertanya, mengemukakan pendapat, gagasan, saran, dan ide-ide diharapkan guru mampu mendiagnosis kesulitan-kesulitan yang menghambat belajar siswa.
Berbagai hasil penelitian relevan yang memperkuat kegiatan yang akan peneliti lakukan antara lain penelitian yang dilakukan oleh Asemanyi Abena, Abokom (2015) dengan judul "An Assessment of Student's Performance in Communication Skills" menyatakan bahwa komunikasi efektif antara guru dan siswa akan menumbuhkan sikap saling pengertian dan meningkatkan pembelajaran. Komunikasi yang dilakukan dengan cara guru memberikan pertanyaan kepada siswa ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung dimana siswa diberi durasi waktu tiga detik untuk memberikan respon terhadap pertanyaan yang diajukan oleh guru. Penelitian tentang pentingnya keterampilan bertanya dalam pembelajaran juga dilakukan oleh Naz, Arab dkk (2013) dengan judul "Teacher's Questioning Effects on Students Communication in Classroom Performance". Naz mengungkapkan bahwa berbagai jenis pertanyaan yang dilontarkan oleh guru kepada siswa akan berpengaruh pada kemampuan komunikasi siswa di dalam kelas, dalam hal ini partisipasi siswa dalam kegiatan yang bersifat akademis. Pemberian pertanyaan kepada siswa secara berkala akan mempercepat pemahaman siswa. Dari kedua penelitian tersebut dapat kita ketahui bahwa keterampilan bertanya guru dalam pembelajaran dapat diterapkan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang akan mengasah kemampuan akademik siswa sehingga siswa aktif dalam mengikuti kegiatan belajar.
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di 5 SD Gugus, peneliti melihat bahwa guru masih kesulitan dalam menyampaikan pertanyaan yang mampu memancing siswa sehingga sebagian besar siswa masih bersikap pasif saat pembelajaran berlangsung, artinya siswa hanya mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru, tidak ada respon lebih lanjut. Setelah guru menjelaskan materi dan memberi kesempatan siswa untuk bertanya maupun mengungkapkan pendapat, hanya beberapa siswa saja yang berani melakukannya.
Keterampilan bertanya yang baik seharusnya memberikan pengaruh positif bagi respon siswa terhadap pertanyaan yang diajukan oleh guru. Namun dalam pelaksanaannya, masih ada beberapa komponen keterampilan bertanya yang belum diterapkan oleh guru sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana pelaksanaan keterampilan bertanya dasar dan lanjut pada pembelajaran IPS kelas IV di SD Gugus X dan bagaimana respon siswa terhadap pelaksanaan keterampilan bertanya dasar dan lanjut pada pembelajaran IPS kelas IV di SD X.

SKRIPSI PTK PENERAPAN PENDEKATAN PAKEM DENGAN METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

SKRIPSI PTK PENERAPAN PENDEKATAN PAKEM DENGAN METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

(KODE : PTK-0137) : SKRIPSI PTK PENERAPAN PENDEKATAN PAKEM DENGAN METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR (IPS KLS IV)



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang memikirkan bagaimana menjalani kehidupan ini untuk mempertahankan hidup yang mengemban tugas dari Sang Khaliq untuk beribadah. Manusia merupakan makhluk yang diberi kelebihan dari Allah SWT dalam bentuk akal. Untuk mengolah akal pikirannya diperlukan suatu pola pendidikan melalui proses pembelajaran.
Berdasarkan Undang-undang RI No. 19 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara.
Selain itu pada peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 19 ayat 1, disebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (Rosdijati,2010 : 30-31)
Mata Pelajaran IPS di SD mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai. Selain itu pelajaran IPS juga berfungsi untuk pembangunan jati diri bangsa pada peserta didik yang menuju tercapainya integrasi bangsa (Supriatna, 2007 : 10)
Tujuan Pembelajaran IPS adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Kurikulum tahun 2006 di tingkat SD menyatakan bahwa pengetahuan sosial bertujuan untuk : (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global. (BSNP 2006 : 82)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menitik beratkan proses pembelajaran pada upaya mengembangkan kompetensi para siswa. Keberhasilan siswa ditentukan dari ketercapaian kompetensi-kompetensi yang disyaratkan sebagai mata pelajaran. Untuk mencapai itu, model pembelajaran yang monologis dan cenderung hanya ceramah menjadi tidak cukup memadai lagi. Sekolah dituntut mengembangkan pembelajaran aktif yang bisa menumbuh kembangkan kompetensi para siswanya. Salah satu pendekatan pembelajaran aktif yang banyak dikembangkan di tingkat SD dan MI adalah pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM).
Strategi pembelajaran aktif seperti PAKEM tidak menjadikan metode ceramah menjadi tidak penting lagi. Ceramah hanya menjadi salah satu metode, bukan satu-satunya. Metode ceramah tetap dibutuhkan, namun porsinya dikurangi. Titik tolak untuk penentuan strategi atau metode belajar yang dipakai oleh setiap guru tetaplah harus didasarkan pada tujuan pembelajarannya. Seperti halnya metode demonstrasi yang akan digunakan untuk pembelajaran IPS dalam penelitian ini.
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan sesuatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang diajarkan. (Muhibbin, 2000 : 230)
Dengan metode demonstrasi siswa diajak untuk aktif dalam pembelajaran yang sudah dirancang oleh guru mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Metode ini dirancang agar siswa dapat melihat secara langsung kegiatan pembelajaran yang akan mereka lalui. Selain itu agar siswa dapat mempraktikkannya secara langsung sehingga mereka tidak hanya belajar secara abstrak tetapi mengalaminya sendiri. Hal ini akan membangun pengetahuan siswa secara kongkrit dan siswa tidak akan cepat lupa terhadap materi yang sudah dipelajari.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat praktik mengajar di kelas IV SDN X khususnya pada saat pembelajaran IPS berlangsung terlihat bahwa guru dalam memberikan penjelasan materi sangatlah singkat, siswa disuruh untuk membaca yang lebih lengkap dalam lembar kerja siswa dengan pembatasan waktu 15 menit tanpa adanya bimbingan yang lebih intensif dari guru. Setelah siswa selesai membaca materi guru memberikan tugas untuk mengerjakan soal-soal dalam lembar kerja siswa tersebut. Setelah itu guru mencocokkannya dengan cara menukar lembar kerja siswa satu bangku dengan bangku yang lain.
Dengan kondisi tersebut siswa kelas IV SDN X mengalami penurunan prestasi belajar khususnya mata pelajaran IPS yang pencapaian nilainya dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah 60. Data hasil belajar diperoleh nilai terendah 30 dan nilai tertinggi 70. Dengan persentase yang tuntas hanya 23% sedangkan yang tidak tuntas mencapai 77% dengan jumlah siswa 13 orang.
Dari paparan hasil penelitian tersebut memperkuat peneliti untuk mengkaji permasalahan yang ada di kelas IV SDN X menggunakan pendekatan PAKEM dengan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPS. Dengan pendekatan PAKEM yang dapat dilakukan di dalam kelas dan di luar kelas akan membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti pelajaran, karena pendekatan PAKEM menekankan pada 4 aspek dalam pembelajaran yang sesuai dengan karakter anak SD.
Pendekatan PAKEM mengajak siswa untuk aktif dan kreatif dalam pembelajaran, guru dapat merancang pembelajaran yang sederhana tetapi efektif bagi siswa sehingga pembelajaran akan menyenangkan. Melalui demonstrasi siswa dapat melihat secara langsung praktik yang dilakukan oleh guru dan siswa dapat melakukannya secara langsung. Sehingga penekanan aspek yang menjadi kesulitan siswa dapat dilakukan dengan berulang dan bervariasi sehingga pengertian siswa menjadi jelas.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diajukan judul penelitian sebagai berikut : “PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SDN X”.

B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah 
1. Rumusan Masalah
a. Apakah penerapan Pendekatan PAKEM dengan Metode Demonstrasi dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan keterampilan guru kelas IV SDN X ?
b. Apakah penerapan Pendekatan PAKEM dengan Metode Demonstrasi dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas IV SDN X ?
c. Apakah penerapan Pendekatan PAKEM dengan Metode Demonstrasi dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN X ? 
2. Pemecahan Masalah
Dari rumusan masalah diatas, maka peneliti merencanakan pemecahan masalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPS Melalui Pendekatan PAKEM dengan Metode Demonstrasi dalam Kompetensi Dasar 2.1 mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya.
Langkah-langkah pemecahan masalah tersebut direncanakan sebagai berikut : 
1) Merencanakan Pembelajaran
2) Jam datang siswa
3) Sarapan Pagi
4) Kartu kata hasil dari sumber daya alam
5) Kotak sumber daya alam
Pada rencana pembelajaran melalui Pendekatan PAKEM dengan metode Demonstrasi langkah-langkahnya antara lain : 
a) Guru menjelaskan dan mendemonstrasikan cara menempelkan potongan-potongan tempat dari sumber daya alam pada stereo foam.
b) Setelah potongan-potongan tersusun guru mengambil kartu kata dalam kardus, kartu kata yang sesuai dengan nama tempat tersebut dipasang pada bagian atas tempat tersebut.
c) Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 siswa.
d) Guru membagikan potongan-potongan tempat sumber daya alam kepada masing-masing kelompok.
e) Tempat sumber daya alam yang didapat menjadi nama kelompok
f) Guru meminta tiap kelompok untuk berlomba memasangkan potongan-potongan tempat sumber daya alam ke dalam stereo foam.
g) Setelah selesai barulah mencari kartu kata tersebut dalam kotak sumber daya alam dan menempelkannya dibawah tempat sumber daya alam.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian antara lain : 
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui kualitas pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN X.
2. Tujuan khusus
a) Meningkatkan keterampilan guru melalui pendekatan PAKEM dengan Metode Demonstrasi pada siswa kelas IV SDN X.
b) Meningkatkan aktivitas siswa melalui pendekatan PAKEM dengan Metode Demonstrasi pada siswa kelas IV SDN X.
c) Meningkatkan prestasi belajar melalui pendekatan PAKEM dengan Metode Demonstrasi pada siswa kelas IV SDN X.

D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi pada ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya. Selain itu dapat memberikan manfaat bagi : 
1) Bagi Guru
a. Meningkatkan penggunaan pendekatan pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan.
b. Guru dapat memilih metode dan media yang cocok untuk pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar IPS.
2) Bagi Siswa
a. Melatih siswa untuk belajar bekerja sama dalam kelompok dengan teman sebayanya.
b. Meningkatkan aktivitas belajar siswa.
c. Meningkatkan prestasi belajar siswa.
3) Bagi Sekolah
a. Menambah pendekatan dan model-model pembelajaran yang inovatif.
b. Meningkatkan kreativitas pembelajaran.
c. Meningkatkan kualitas hasil belajar.