Search This Blog

Showing posts with label peran guru. Show all posts
Showing posts with label peran guru. Show all posts

SKRIPSI PGSD PERAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV

(KODE : PENDPGSD-0042) : SKRIPSI PGSD PERAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV

contoh skripsi pgsd kelas iv

BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia untuk meningkatkan kualitas hidup dan kemampuannya agar berguna untuk diri maupun orang di sekitarnya. Pentingnya pendidikan tersebut tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
"Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan diri, masyarakat, bangsa dan negara" (Depdiknas 2010 : 12).
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang untuk mewujudkan harapan dan cita-cita demi kelangsungan hidupnya.
Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari peran guru sebagai pendidik. Menurut UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, "Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah". Di dalam proses pembelajaran, hal terpenting terletak pada interaksi guru dengan siswa. Guru mengharapkan siswa dapat berperan aktif, untuk mendukung pembelajaran yang interaktif.
Partisipasi siswa dalam pembelajaran tidak terlepas juga dari peran guru yang merupakan penentu keberhasilan pembelajaran di kelas. Hal tersebut juga terdapat dalam tujuan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, yang menyatakan bahwa seorang guru dalam menjalankan peranannya harus memiliki kemampuan untuk bisa mengembangkan setiap potensi yang ada pada peserta didik.
Proses pembelajaran di sekolah diharapkan dapat mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang berwawasan dan memiliki perilaku sosial yang tinggi. Pendidikan tentang sosial di sekolah bersinggungan dengan mata pelajaran yaitu IPS. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan (Sapriya, 2009 : 20). Dalam Pasal 37 UU Sisdiknas dikemukakan bahwa mata pelajaran IPS merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah Depdiknas (dalam Mulyasa, 2008 : 45). Pembelajaran IPS perlu diberikan kepada siswa SD karena IPS merupakan mata pelajaran yang mengajarkan siswa dalam mengenal lingkungan sosial di masyarakat, mengajarkan siswa agar lebih peka terhadap permasalahan yang ada di masyarakat, dan mengajarkan siswa mengenal nilai-nilai sosial di masyarakat, serta untuk mengajarkan siswa dalam mengatasi masalah yang terjadi di kehidupan sehari-hari.
Mengingat konteks mata pelajaran IPS sedemikian luasnya maka dalam pembelajaran IPS dibutuhkan peranan guru yang sangat baik sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Untuk itu guru harus mampu memiliki kompetensi dan peran yang sesuai dalam pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Secara konseptual peran guru dalam proses pembelajaran meliputi banyak hal antara lain informatory, organisator, motivator, direktor, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator (Sardiman, 2014 : 144-146). Akan tetapi kini guru hanya dipahami sebagai tenaga pengajar semata. Fenomena kurang pemahaman guru terhadap perannya perlu mendapat perhatian sehingga guru lebih optimal dalam menjalankan perannya. Guru sekarang dituntut lebih maju, lebih pintar, memahami hal-hal baru sesuai dengan perkembangan zaman. Terlebih dalam pembelajaran IPS guru harus kreatif dan memiliki inovasi dalam mengembangkan pembelajaran sehingga pembelajaran terlihat menyenangkan dan tidak membosankan.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia, ternyata hanya 8 sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Selain itu, terdapat survey dari Political and Economic Risk Consultant (PERC) kualitas pendidikan Indonesia berada pada urutan ke 12 dari 12 negara di ASIA. Melihat kondisi seperti itu, untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia maka diperlukan usaha dan peran guru sebagai pendidik dalam mewujudkan suasana pembelajaran yang kondusif. Dengan optimalnya peran guru diharapkan siswa akan lebih aktif, kreatif, dan senang dalam mengikuti pembelajaran, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat terwujud.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dalam pembelajaran IPS guru sering menyampaikan materi dengan bermacam-macam metode agar siswa lebih memahami setiap pesan yang disampaikan oleh guru, guru juga memberikan motivasi kepada siswa ketika pembelajaran. Selain itu guru menggunakan media pembelajaran sebagai penunjang untuk memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan, dan ketika pembelajaran guru juga sudah membimbing siswa dengan baik sehingga pembelajaran berlangsung secara kondusif. Hal ini menunjukkan bahwa guru melakukan perannya diantaranya yaitu perencana, motivator, fasilitator, dan pembimbing.
Penelitian yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Nurul Hikmah, Yohanes Bahari, Imran pada tahun 2015 dengan judul "PERANAN GURU DALAM MEMBINA PERILAKU SISWA BERMASALAH PADA PROSES BELAJAR MENGAJAR SOSIOLOGI KELAS XI SMK NEGERI 01 PANGKALAN BUN" dengan hasil, adapun peranan guru dilihat dari tiga peranan penting yaitu, peranan guru sebagai teladan berupa menjadi contoh bagi siswa, menggunakan bahasa yang santun dan mendidik, mau bekerja keras, dan datang ke sekolah tepat waktu. Sebagai motivator berupa mendorong siswa untuk belajar sungguh-sungguh, memberikan penguatan kepada siswa, dan menanamkan disiplin bagi siswa untuk mengikuti pelajaran di kelas. Peranan guru sebagai pengawas berupa memberikan nasihat dan peringatan kepada siswa yang melakukan pelanggaran dan memberikan hukuman yang mengandung efek jera. 
Penelitian lain yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Veny Widayanti pada tahun 2014 dengan judul "PENGARUH PERAN GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATA PELAJARAN ALAT UKUR" dengan hasil, peran guru diukur dengan menggunakan enam indikator yaitu, memberikan bantuan kepada siswa dengan menceritakan sesuatu yang baik, memberikan jawaban langsung pada pertanyaan yang diminta oleh siswa, memberikan kesempatan untuk berpendapat/memberikan evaluasi, member kesempatan menghubungkan dengan pengalamannya sendiri, penerapan prinsip-prinsip kerja praktek otomotif, dan penerapan sebagai motivator. Secara keseluruhan tanggapan responden mengenai peran guru menunjukkan 38 siswa (48,7%) memiliki tanggapan cukup, 37 siswa (47,4%) memiliki tanggapan tinggi, 2 siswa (2,6%) memiliki tanggapan sangat tinggi, dan 1 siswa (1,3%) memiliki tanggapan rendah. Dapat disimpulkan sebagian besar siswa kelas X TKR SMK Ganesa Demak, yaitu 48,7% memiliki keyakinan bahwa selama ini guru mempunyai peran cukup tinggi dalam proses pembelajaran di kelas. 
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti mengkaji permasalahan tersebut melalui judul "PERAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV SD X".

SKRIPSI PERAN GURU DALAM MENGENALKAN MAKANAN BERGIZI PADA ANAK KELOMPOK B PAUD

(KODE : PG-PAUD-0087) : SKRIPSI PERAN GURU DALAM MENGENALKAN MAKANAN BERGIZI PADA ANAK KELOMPOK B PAUD

contoh skripsi pgpaud
BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Sujiono, 2009 : 7). Usia ini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Anak berusia 4-6 tahun kebutuhan gizi sangat dibutuhkan. Karena pada usia ini anak sangat rentang terhadap penyakit. Banyak anak yang hanya mengkonsumsi makanan jajanan (makanan ringan) yang seharusnya tidak bisa dikonsumsi dalam jumlah yang banyak, sehingga mengakibatkan anak menjadi kudis, gatal-gatal, bisul, dll.
Makanan jajanan boleh diberikan hanya sebagai selingan, namun makanan tersebut harus mengandung zat gizi yang dibutuhkan. Pada usia ini, anak mulai dibiasakan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan segar untuk menambah asupan vitamin dan mineral, merangsang pertumbuhan anak dan memperlancar pencernaan. Dengan demikian, kebutuhan gizi anak akan terpenuhi dan seimbang. (Graaf, 2005 : 28)
Makanan yang bergizi dan seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Makanan yang diberikan kepada anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sebaiknya makanan bergizi, meliputi (1) bahan makanan pokok sebagai sumber zat tenaga, (2) bahan makanan lauk pauk sebagai sumber zat pembangun, (3) bahan makanan sayuran sebagai 1 zat pengatur, serta (4) susu dan telur (Santoso, 2008 : 11).  
Pemberian makanan bergizi ini sangat penting bagi anak usia dini. Karena untuk mengetahui sejauh mana perkembangan anak dalam mengkonsumsi makanan yang disesuaikan dengan usia anak. Tanpa ada pemberian makanan yang bergizi maka akan terganggu pertumbuhan anak baik fisik maupun mentalnya. Untuk itu sebagai pendidik maupun orang tua harus mengetahui cara pemberian gizi yang sehat terhadap anak pada setiap tahapan perkembangan anak.
Peran guru dalam mengenalkan makanan bergizi bagi anak usia dini sangatlah penting, agar anak dapat mengenal berbagai makanan bergizi sehingga anak tidak mudah terserang penyakit. Kebanyakan orang tua hanya memberikan uang saku kepada anak ke sekolah tanpa mengetahui jajanan yang dibeli oleh anak mengandung gizi atau tidak, karena anak-anak hanya tahu mengkonsumsi saja. Sehingga menjadi kewajiban guru dalam memberikan pembelajaran tentang pengenalan makanan bergizi kepada anak maupun orang tua murid.
Selain itu juga guru adalah seorang figur sentral dalam dunia pendidikan, khususnya saat terjalinnya proses interaksi belajar mengajar misalnya dalam pembelajaran mengenai pengenalan makanan yang bergizi kepada anak usia dini. Guru juga harus memiliki kompetensi profesional. Karena guru yang profesional itu adalah guru yang mempunyai tanggung jawab besar terhadap anak-anak didiknya, memiliki kemampuan mengembangkan diri dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan mendidik anak. Khususnya dalam mengenalkan makanan bergizi bagi anak, tugas guru disini adalah mengenalkan berbagai macam makanan bergizi untuk dapat dikonsumsi oleh anak, serta manfaat makanan bagi tubuh yang memiliki gizi seimbang untuk perkembangan dan pertumbuhan anak. (Saptawaty, 2010 : 33)
Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidup sehat secara optimal. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik, ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.
Anak usia dini tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan orang dewasa yaitu guru dan orang tua. Dalam hal ini dikaitkan dengan pemberian makanan bergizi kepada anak usia dini, sehingga menjadi anak yang sehat jasmani dan rohani. Maka peranan gurulah yang sangat berpengaruh terhadap anak-anak kelak. (Soedirman, 2000 : 121)
Berdasarkan hasil observasi awal masih banyak anak yang kurang mengenal makanan bergizi. Ini diduga karena kurangnya informasi dan komunikasi mengenai pemberian makanan dan ukuran dalam memberikan asupan gizi melalui media-media yang telah ada pada zaman sekarang ini seperti media televisi, majalah-majalah dan koran. Selain itu juga materi pembelajaran tentang gizi masih kurang diberikan kepada anak. Guru sebagai tenaga pendidik dalam proses belajar-mengajar mempunyai pengaruh terhadap anak-anak didiknya yang kadang-kadang lebih dituruti daripada orang tua. Sehingga sangat diperlukan pendidikan di sekolah mengenai pemenuhan kebutuhan gizi agar hidup anak usia dini menjadi sehat dan cerdas. 
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa dalam pemberian makanan bergizi ini harus disesuaikan dengan usia dan perkembangan anak. Maka harus memerlukan guru yang profesional terhadap perkembangan anak dalam memperkenalkan makanan yang sehat, agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Karena Pendidikan gizi harus ditanamkan kepada anak-anak sejak usia dini. Cara yang harus dilakukan oleh guru untuk memberikan pengenalan tentang makanan bergizi adalah (1) Menunjukkan macam-macam makanan bergizi; (2) bagaimana memilih makanan bergizi; dan (3) manfaat gizi bagi kehidupan. Sehingga apa yang diharapkan oleh guru untuk merealisasikan dan melakukannya sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia dini, (Saptawaty, 2010 : 35).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti berusaha untuk mencari solusi terhadap pemecahan masalah ini, melalui suatu kajian ilmiah berupa penelitian dengan judul : PERAN GURU DALAM MENGENALKAN MAKANAN BERGIZI PADA ANAK KELOMPOK B PAUD.
SKRIPSI PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN ANTI NARKOBA DI SD

SKRIPSI PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN ANTI NARKOBA DI SD

(KODE : PENDPGSD-0008) : SKRIPSI PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN ANTI NARKOBA DI SD



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Setiap orang menyadari bahwa harapan di masa yang akan datang terletak pada putra putrinya. Sehingga hampir setiap orang berkeinginan agar putra putrinya kelak menjadi orang yang berguna. Oleh karena itu perlu pembinaan yang terarah bagi putra putrinya sebagai generasi penerus bangsa, sehingga mereka dapat memenuhi harapan yang di cita-citakan. Pembinaan dan pengembangan generasi muda dilakukan secara nasional, menyeluruh dan terpadu. Pembinaan dan pengembangan generasi muda merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, keluarga, masyarakat, pemuda dan pemerintah, di mana hal itu semua bertujuan untuk meningkatkan kualitas generasi muda.
Remaja merupakan masyarakat yang akan datang. Dapat di perkirakan bahwa gambaran kaum remaja sekarang adalah pencerminan masyarakat yang akan datang, baik buruknya bentuk dan susunan masyarakat, bangunan moral dan intelektual, dalam penghayatan terhadap agama, kesadaran kebangsaan, dan derajat kemajuan prilaku dan kepribadian antara sesama masyarakat yang akan datang tergantung pada remaja sekarang.
Pembangunan Nasional di Negara Indonesia tidak akan berjalan dengan seimbang jika tidak diimbangi dengan pembinaan terhadap para remaja. Mengingat bahwa remaja adalah merupakan bagian dari masyarakat yang akan datang. Remaja adalah sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa yang merupakan sumber daya manusia Indonesia yang sangat berguna bagi pembangunan nasional. Dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, diperlukan bimbingan dan pembinaan secara intensif serta perlindungan dari segala hal yang dapat membahayakan pertumbuhan dan perkembangan baik mental, fisik dan sosial mereka dan bangsa di masa depan.
Dalam berbagai hal upaya pembinaan dan perlindungan tersebut terdapat banyak sekali masalah yang dijumpai dalam masyarakat dan kadang-kadang masalah tersebut dijumpai pada anak yang menyimpang pola tingkah lakunya. Bahkan lebih dari itu terdapat anak yang melakukan perbuatan melanggar hukum yaitu dalam hal ini adalah sebagai pecandu narkoba yang belum cukup umur tanpa mengenal status sosial dan ekonominya.
Perbuatan melanggar hukum yang dilakukan para pecandu narkoba yang belum cukup umur tersebut disebabkan oleh banyak faktor, antara lain adanya dampak negatif dari perkembangan pembangunan yang terlalu cepat, arus globalisasi dibidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang tua telah membawa perubahan sosial yang mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku pecandu narkoba yang belum cukup umur.
Sebenarnya penggunaan narkoba sudah dikenal sejak jaman dahulu yakni dalam bentuk candu yang digunakan oleh orang tua yang kebanyakan berasal dari keturunan Tionghoa.
Narkoba, selain mempunyai manfaat dalam penggunaannya terutama untuk dunia pengobatan, penelitian ilmu pengetahuan dan sebagainya, namun jauh yang lebih besar adalah bahayanya apabila digunakan tidak berdasarkan petunjuk atau dengan kata lain bila disalahgunakan. Bahayanya akan berakibat pada kematian, karena yang bersangkutan akan menjadi tergantung pada narkoba dan menjadi lemah baik secara jasmani maupun rohani, merusak etika moral, hukum, sosial dan agama.
Sebagaimana disebutkan bahwa narkoba pada dasarnya boleh dipakai atau digunakan oleh para dokter dalam kepentingan medis. Untuk kepentingan itu agama Islam memperbolehkannya karena tidak akan menimbulkan kemudaratan bagi pasien yang diobati bahkan akan memberikan kesembuhan. Tetapi pada akhir-akhir ini para remaja, orang tua, eksekutif, artis bahkan pejabat yang beragama Islam banyak yang menyalahgunakan narkoba, untuk itu agama Islam melarang keras perbuatan tersebut bahkan mengharamkannya, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah ay at 90-91.
Dalam buku terbitan Badan Narkotika Nasional yang berjudul Materi advokasi Pencegahan Narkoba juga mengutip salah satu hadits Rasulullah SAW yang berbunyi : "kullu muskirin khomrun wa kullu khomrin haraamun". Artinya : "setiap zat atau bahan yang dapat memabukkan dan melemahkan adalah khamar dan setiap khamar adalah haram" (H.R. Abdullah Ibnu Umar r.a).
Pemerintah juga memiliki Undang-undang yang mengatur tentang Narkoba. Dalam kitab UU tentang Narkoba tersebut juga memuat hukuman pidana bagi siapa saja yang tersangkut dengan masalah narkoba. Sebagai contoh pada BAB XV Ketentuan Pidana pasal 111 ayat (1) dijelaskan bahwa setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
Pada pasal tersebut diatas masih hanya untuk pelanggaran Narkotika Golongan I yaitu : tanaman Papaver Somniferum L, Opium, Candu, Tanaman koka, Kokain, Ganja, dan masih banyak jenis yang lainnya. Masih berat lagi bagi para pelanggar Narkotika pada golongan II dan III. Tetapi para pecandu atau yang terlibat dalam masalah narkoba ini masih sangat banyak karena masih minimnya pengetahuan tentang Narkoba, bahaya dan akibatnya.
Perlunya perhatian khusus bagi pecandu narkoba yang belum cukup umur khususnya dalam hal pendidikan dan kesehatan yang melibatkan aparat kepolisian dan pihak sekolah yang bertujuan menghilangkan ketergantungan pecandu narkoba dan mengantisipasi adanya pecandu baru yang belum cukup umur.
Usaha penanggulangan penyebaran narkoba oleh Polresta X yang dilakukan lewat berbagai razia, operasi dan penggerebekan. Tetapi semua yang sudah dilaksanakan oleh Polresta X tersebut tidak memberikan hasil yang maksimal. Sebaliknya, semakin lama jumlah pecandu narkoba yang belum cukup umur malah semakin meningkat.
Dalam hasil wawancara peneliti dengan narasumber dari salah satu anggota Sat Reskoba Polresta X yang menangani kasus tentang narkoba. Beliau menyatakan bahwa saat ini di Indonesia dalam kurun waktu dua tahun sudah tercatat ada sekitar sepuluh anak usia sekolah dasar yang terdeteksi telah terlibat dalam obat-obatan terlarang tersebut. Untuk di wilayah kota X sampai saat ini belum terdeteksi anak usia sekolah dasar yang menggunakan obat-obatan terlarang tersebut. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa sebenarnya sudah ada anak usia sekolah dasar yang sudah menggunakan obat-obatan terlarang tersebut, tetapi tidak ada yang melaporkan ke pihak berwajib, dalam hal ini adalah Sat Reskoba Polresta X.
Kerja sama antara aparat kepolisian dengan pihak sekolah (SD Negeri X) dalam mengatasi masalah kenakalan remaja yang imbasnya pada pemakaian obat-obatan terlarang khususnya narkoba adalah sangat perlu untuk dilaksanakan. Karena masalah narkoba dan penyalah gunaan obat-obatan terlarang harus kita hadapi bersama secara realistis. Yaitu dengan cara memberikan informasi yang lengkap tentang narkoba dan obat-obatan terlarang khususnya kepada generasi muda selaku penerus cita-cita bangsa dan kepada masyarakat pada umumnya.
Salah satu penyebab meningkatnya penyalahgunaan narkoba adalah, kurangnya pendidikan dan informasi tentang bahaya narkoba baik di kalangan orang tua, masyarakat, pelajar maupun anak-anak. Saat ini masih banyak orang tua yang tidak menyadari pengaruh dan bahaya narkoba. Dalam berbagai bentuk, narkoba dapat menjadi berbagai ancaman yang sangat mengerikan bagi siapa saja, terutama bagi pelajar baik di lingkungan rumah, lingkungan bermain maupun lingkungan sekolah.
Kota X merupakan salah satu kota yang banyak disoroti oleh masyarakat khususnya bidang pendidikannya. Karena di kota ini terdapat banyak sarana pendidikan, mulai dari Play Group, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar hingga Sekolah Tinggi yang kebanyakan merupakan sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang mempunyai akreditasi baik bahkan sangat baik. Sangat ironi sekali jika kota X yang terkenal dengan sebutan kota pendidikan diwarnai dengan berbagai permasalahan dari dampak narkoba terutama bagi para peserta didik dan mahasiswa sebagai para generasi muda yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa.
Dalam kehidupan psikis anak terdapat pola kegiatan yang maju dan meningkat seperti yang sering terlihat pada tingkah laku atau ulah seorang anak yang mencampakkan alat permainannya yang baru dibelikan kepadanya beberapa hari yang lain. Pada anak itu timbul perasaan bosan dan alat permainan itu tidak menarik lagi. Ia ingin alat permainan yang baru. Hal tersebut di atas merupakan perwujudan bahwa pada usia ini peserta didik memiliki rasa bosan yang temponya cepat. Dan ia memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar terhadap sesuatu yang baru ia kenal.
Dengan demikian pada usia ini kita selaku pendidik harus dapat mengarahkan para peserta didik kita untuk tidak terjerumus pada barang-barang atau sesuatu yang dapat merusak masa depan mereka. Dengan melalui pendidikan dan bimbingan serta arahan yang baik, kita akan menjauhkan mereka pada hal-hal yang membahayakan masa depannya.
Menurut islam pendidikan adalah pemberi corak hitam putihnya perjalanan hidup seseorang. Sebab manusia diciptakan dalam keadaan suci (fitrah) bersih dari segala daya-daya yang ada. Dan pendidikan berlangsung seumur hidup semenjak dari buaian hingga ajal datang (al Hadits).
Sebagaimana Islam mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu, pemerintah juga mewajibkan kepada warga negaranya untuk menempuh pendidikan. Kunci utama terbentuknya sumber daya manusia yang kompeten dalam membangun suatu bangsa adalah pendidikan. Dalam undang-undang Indonesia no 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional telah disebutkan bahwa : 
"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab." 
Berkaitan dengan uraian di atas, maka penulis terdorong untuk menyusun skripsi dengan judul "PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN ANTI NARKOBA DI SD NEGERI X".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut : 
1. Apa peran guru SD Negeri X dalam pelaksanaan pendidikan anti narkoba ?
2. Bagaimana cara guru dalam memasukkan Pendidikan Anti Narkoba dalam pendidikan di sekolah ?
3. Berapa persen kah peserta didik di SD Negeri X dapat memahami Pendidikan Anti Narkoba ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dengan memperhatikan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 
1. Untuk mengetahui sejauh mana peran guru SD Negeri X dalam pelaksanaan Pendidikan Anti Narkoba.
2. Untuk mengetahui cara guru dalam memasukkan Pendidikan Anti Narkoba dalam pendidikan di sekolah.
3. Untuk mengetahui berapa persen peserta didik dapat memahami Pendidikan Anti Narkoba.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 
1. Bagi Orang Tua/Wali Peserta Didik
Dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat khususnya bagi orang tua/wali dari peserta didik khususnya dalam hal pengetahuan tentang NARKOBA dan bahayanya. Selain itu dengan penelitian ini diharapkan akan dapat membantu para orang tua/wali peserta didik dalam memberikan informasi kepada anaknya tentang bahaya NARKOBA sedini mungkin.
2. Bagi Instansi Sekolah (SD Negeri X)
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam penyediaan fasilitas dan pemberian dukungan untuk layanan bimbingan dan konseling khususnya masalah narkoba.
3. Bagi Universitas 
Dapat memberikan informasi dan pengetahuan serta referensi yang relevan tentang narkoba dan bahayanya bagi pihak yang terkait dalam bidang akademis Universitas. Sehingga diharapkan di kemudian hari ada kerja sama antara pihak Universitas dengan Polresta Kota X untuk bersama-sama dalam upaya menangani kasus-kasus narkoba bagi para pecandu serta upaya pencegahan dan pemberantasan peredaran narkoba di wilayah kota X dan sekitarnya.
4. Bagi Penulis
Sebagai latihan penulis untuk menyusun karya tulis ilmiah dan rasa kepedulian sosial terhadap perkembangan pendidikan, mengingat latar belakang pendidikan penulis adalah berbasis pendidikan.

D. Sistematika Pembahasan
Pendahuluan adalah bab pertama dari skripsi ini. Bab pertama ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup pembahasan serta sistematika pembahasan. Uraian pada bab satu ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum tentang isi keseluruhan skripsi serta metode pendekatan yang digunakan dalam pembahasannya.
Pada BAB II Kajian Pustaka akan dijelaskan mengenai tinjauan kepustakaan dari pendidikan anti narkoba, pengertian, dasar dan tujuan pendidikan anti narkoba, peran Polresta X dalam rangka pembinaan dan penyuluhan terhadap pecandu narkoba. Pembahasan pada bab dua ini dimaksudkan sebagai konsep dasar dalam pembahasan-pembahasan selanjutnya.
Dalam BAB III ini berisi tentang metodologi penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam meneliti suatu objek permasalahan. Meliputi : lokasi penelitian, jenis penelitian, data dan sumber data, analisis data dan sebagainya.
Pada BAB IV berisi uraian tentang data dan temuan yang diperoleh dengan menggunakan metode dan prosedur yang diuraikan dalam bab tiga. Dalam bab ini peneliti telah menemukan hasil penelitian dan membahas usaha guru Madrasah Ibtidaiah dan Polresta X dalam Pendidikan Anti Narkoba.
BAB yang terakhir dalam skripsi ini adalah BAB V yaitu berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan pembahasan skripsi dan juga saran dari peneliti kepada lembaga yang menjadi objek penelitian juga kepada masyarakat pada umumnya.

SKRIPSI PERAN GURU DAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN BUDI PEKERTI PADA ANAK USIA DINI

SKRIPSI PERAN GURU DAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN BUDI PEKERTI PADA ANAK USIA DINI

(KODE : PG-PAUD-0063) : SKRIPSI PERAN GURU DAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN BUDI PEKERTI PADA ANAK USIA DINI



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses tiada henti sejak manusia dilahirkan hingga akhir hayat. Bahkan banyak pendapat mengatakan bahwa pendidikan sudah dimulai sejak manusia masih berada dalam kandungan (pre-natal). Pastinya proses pendidikan akan dan harus dialami dan dijalani oleh setiap manusia di setiap waktu.
Masa anak usia dini adalah salah satu fase yang dijalani oleh manusia. Masa ini merupakan masa pendidikan yang terfokus pada psikomotorik anak serta penanaman akhlak dan sikap hidup anak didik. Di masa kanak-kanak, anak belum memiliki kemampuan untuk berpikir dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Untuk itu, peranan orang tua dengan memberikan teladan berupa budi pekerti yang baik akan membantu proses belajar anak. Kesan-kesan yang baik, yang diberikan orang tua kepada anak akan membantu mendorong berkembangnya kepribadian anak ke arah yang baik.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sekolah adalah fase kedua dari pendidikan pertama dalam keluarga, karena pendidikan pertama dan utama diperoleh anak dari keluarganya. Pada masa inilah peletakan pondasi belajar harus tepat dan benar.
Dalam perkembangannya, seorang anak selain membutuhkan perhatian dari keluarga dan sekolah juga membutuhkan perhatian dari lingkungan masyarakat. Lingkungan ini nantinya akan memberi pengaruh terhadap perkembangan jiwa anak. Seperti yang diungkapkan oleh Suhartono (2008 : 50) bahwa lingkungan masyarakat adalah kegiatan pendidikannya berpusat pada bimbingan potensi moral. Masyarakat secara kodrat bertanggung jawab atas pencerdasan emosional. Peran masyarakat terhadap pendidikan amat menentukan. Tanpa pelibatan masyarakat, pendidikan sekolah tidak bisa berlangsung. Oleh sebab itu, agar peran masyarakat terhadap pendidikan lebih efektif, setiap faksi sosial perlu membangun kembali visinya dengan menanamkan kependidikan sebagai landasan dasar kemajuan. Bahwa kemajuan kehidupan masyarakat tanpa spirit pendidikan tidaklah mungkin. Karena pendidikan pada hakikatnya adalah upaya mempertumbuhkan nilai kemanusiaan. Jika nilai kemanusiaan tumbuh, maka tidak mungkin terjadi kerusakan moral, kerusakan alam, dam kerusakan spiritual (Suhartono, 2008 : 52).
Pendidikan anak usia dini perlu dilakukan dengan terarah ke pengembangan segenap aspek pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak serta dilaksanakan secara terintegrasi dalam suatu kesatuan program yang utuh dan proporsional. Secara makro, prinsip ini juga memiliki makna bahwa penyelenggaraan pendidikan anak usia dini (PAUD) dilakukan secara terintegrasi dengan si stem sosial yang ada di masyarakat dan menyertakan segenap komponen masyarakat sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangannya. Hal ini memerlukan keselarasan antara pendidikan yang dilakukan dalam berbagai lembaga; keluarga, sekolah dan masyarakat (Siti Aisyah, dkk., 2008 : 1.23).
Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini di negara maju telah berlangsung lama sebagai bentuk yang berbasis masyarakat (community based education), akan tetapi gerakan untuk menggalakkan pendidikan ini di Indonesia baru muncul beberapa tahun terakhir. Hal ini didasarkan akan pentingnya pendidikan untuk anak usia dini dalam menyiapkan manusia Indonesia seutuhnya (MANIS) serta membangun masa depan anak-anak dan masyarakat Indonesia seluruhnya (MASIS). Namun sejauh ini jangkauan pendidikan anak usia dini masih terbatas dari segi jumlah maupun eksistensinya, misalnya; penitipan anak dan kelompok bermain masih terkonsentrasi di kota-kota. Padahal bila dilihat dari tingkat kebutuhannya akan perlakuan sejak dini, anak-anak usia dini di pedesaan dan dari keluarga miskin jauh lebih tinggi guna mengimbangi miskinnya rangsangan intelektual, sosial dan moral dari keluarga dan orang tua.
Pemerintah telah menunjukkan kemauan politiknya dalam membangun sumber daya manusia sejak dini. Seperti yang disampaikan Ibu Megawati Soekarno Putri (Wakil Presiden saat itu) saat membuka Konferensi Pusat I Masa Bakti VII Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia. Beliau menegaskan pentingnya pendidikan anak usia dini dalam konsep pembinaan dan pengembangan anak dihubungkan pembentukan karakter manusia seutuhnya. Lebih jauh lagi beliau menyatakan sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan bagi anak usia dini merupakan basis penentu pembentukan karakter manusia Indonesia di dalam kehidupan berbangsa.
Pernyataan ini menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini sangat penting bagi kelangsungan bangsa dan perlu menjadi perhatian serius dari pemerintah. Pendidikan anak usia dini merupakan strategi pembangunan sumber daya manusia harus dipandang sebagai titik sentral mengingat pembentukan karakter bangsa dan kehandalan SDM (sumber daya manusia) ditentukan sebagaimana penanaman sejak usia dini. Pentingnya pendidikan pada masa ini sehingga sering disebut dengan masa usia emas (the golden age).
Dalam merealisasikan upaya tersebut pemerintah berupaya keras untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah telah menerapkan 8 (delapan) standar nasional pendidikan, salah satunya standar nasional pendidikan yang dinilai paling berperan terhadap peningkatan mutu pendidikan adalah standar pendidik dan standar kependidikan. Standar pendidik dan tenaga kependidikan mencakup jalur pendidikan formal dan pendidikan non formal. Semua upaya pemerintah tersebut dimaksudkan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Adapun tujuan pendidikan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia seutuhnya. Dalam hal ini menekankan pada peningkatan kualitas manusia. Ngalim Purwanto (2006 : 37), menegaskan bahwa hal tersebut didasarkan atas tuntutan perkembangan kehidupan masyarakat dan negara dalam pengembangan ilmu dan teknologi yang sangat diperlukan dalam kehidupan dunia yang sedang mengalami era industrialisasi, informasi dan globalisasi. Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, maka diupayakanlah suatu penyelenggaraan pendidikan yang bersifat formal mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Segala aktivitas yang berlangsung di dalamnya memerlukan sarana dan prasarana yang memadai seperti pendidik yang kompeten, laboratorium dan perpustakaan yang baik.
Ki Hajar Dewantara, selaku Bapak Pendidikan Indonesia menegaskan bahwa : "Pendidikan harus dilakukan secara kooperatif antara keluarga, terpenting, karena kelurga lah pondasi utama pembentukan Intelligence Quotient (IQ) dan Emotional Quotient (EQ)”.
Bertolak dari latar belakang tersebut, peneliti bermaksud untuk mengupas lebih lanjut pokok persoalan tentang "PERAN GURU DAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN BUDI PEKERTI PADA ANAK USIA DINI (STUDI PADA TAMAN KANAK-KANAK X)".

B. Rumusan Masalah
Untuk membuat permasalahan menjadi lebih spesifik dan sesuai dengan titik tekan kajian, maka harus ada rumusan masalah yang benar-benar fokus. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan dalam penelitian ini, tidak melebar dari apa yang dikehendaki. Dari latar belakang yang telah disampaikan di atas, ada beberapa rumusan yang bisa diambil : 
1. Sejauh mana peran guru dan orang tua dalam menanamkan budi pekerti pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak X serta di lingkungan keluarga ?
2. Faktor-faktor apakah yang mendorong dan menghambat guru dalam menanamkan budi pekerti pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak X ?
3. Faktor-faktor apakah yang mendorong dan menghambat orang tua dalam menanamkan budi pekerti pada anak usia dini di lingkungan keluarga ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan penelitian di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 
1. Untuk mengetahui sejauh mana peran guru dan orang tua dalam menanamkan budi pekerti pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak X serta di lingkungan keluarga.
2. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat guru dalam menanamkan budi pekerti pada anak usia dini di Taman Kanak-kanak X.
3. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat orang tua dalam menanamkan budi pekerti pada anak usia dini di lingkungan keluarga.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian kualitatif ini meliputi dua, yaitu : 
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi khasanah ilmu, terutama bagi jurusan Pendidikan Anak Usia Dini dalam memberikan gambaran yang jelas mengenai peran guru dan orang tua dalam mendidik budi pekerti anak usia dini Taman Kanak-kanak.
2. Manfaat Praktis
Bagi orang tua dan guru di Taman Kanak-kanak X, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang dapat digunakan dalam upaya peningkatan pembinaan budi pekerti pada anak usia dini.

MAKALAH PERAN GURU

MAKALAH PERAN GURU


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan belajar di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk yang lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian peserta didik, ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.
Maka dari itu, dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai peran guru dalam pembelajaran sebagai acuan untuk memahami sebuah profesi kependidikan.

1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peran guru dalam pembelajaran di sebuah sekolah ataupun dalam sebuah lembaga pendidikan formal. 


BAB II
PEMBAHASAN

A. Guru sebagai pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa dan disiplin.
Berkenaan dengan wibawa; guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, intelektual dalam pribadinya, serta memiliki kelebihan dan pemahaman ilmu pengetahuan, teknologi an seni sesuai dengan bidang yang dikembangkan.
Sedangkan disiplin dimaksudkan bahwa guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten, atas kesadaran profesional karena mereka bertugas unutk mendisiplinkan peserta didik didalam sekolah, terutama dalam pembelajaran. Oleh karena itu menanamkan disiplin guru harus memulai dari dirinya sendiri, dalam berbagai tindakan dan perilakunya.

B. Guru sebagai Pengajar
Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari.
Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang bertugas menyampaikan materi pelajaran menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan dalam belajar. Hal ini dimungkinkan karena perkembangan teknologi menimbulkan banyak buku dengan harga relatif murah, kecuali atas ulah guru.
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik, rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Apabila faktor tersebut dipenuhi, maka pembelajaran akan berlangsung dengan baik. Untuk itu, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan guru dalam pembelajaran yaitu :
1. Membuat ilustrasi
2. Mendefinisikan
3. Menganalisis
4. Mensintesis
5. Bertanya
6. Merespon
7. Mendengarkan
8. Menciptakan kepercayaan
9. Memberikan pandangan yang bervariasi
10. Menyediakan media untuk mengkaji materi standar
11. Menyesuaikan metode pembelajaran
12. Memberikan nada perasaan

C. Guru sebagai pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab ata kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.
Guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan peranya sebagai pembimbing yaitu : Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai. Tugas guru adalah menetapkan apa yang telah dimiliki peserta didik sehubungan dengan latar belakang dan kemampuannya, serta kompetensi apa yang mereka diperlukan untuk dipelajari dalam mencapai tujuan. Untuk merumuskan tujuan, guru perlu melihat dan memahami seluruh aspek perjalanan. Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis. Guru harus memaknai kegiatan belajar. Hal ini mungkin merupakan tugas yang paling sukar tetapi penting, karena guru harus memberikan kehidupan dan arti terhadap kegiatan belajar mengajar. Guru harus melaksanakan penilaian. Penilaian yang dilakukan harus mencakup selurus proses kegiatan belajar mengajar.

D. Guru sebagai pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampila, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, karena tanpa latihan seorang peserta didik tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar, dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar.
Pelatihan yang dilakukan, disamping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus memperhatikan perbedaan individual peserta didik, dan lingkungannya. Untuk itu, guru harus banyak tahu meskipun tidak mencakup semua hal, dan tidak setiap hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah mungkin.
Pelaksanaan fungsi guru sebagai pelatiah tidak harus mengalahkan fungsi lain, ia tetap sadar bahwa walaupun tahu, tidak harus memberitahukan semua yang diketahuinya. Secara didaktis, guru menciptakan situasi agar peserta didik berusaha menemukan sendiri apa yang diketahui.