Search This Blog

Showing posts with label skripsi PGSD. Show all posts
Showing posts with label skripsi PGSD. Show all posts
SKRIPSI KINERJA KEPALA SEKOLAH DALAM MENGELOLA DUA SEKOLAH SD

SKRIPSI KINERJA KEPALA SEKOLAH DALAM MENGELOLA DUA SEKOLAH SD

(KODE : PENDPGSD-0005) : SKRIPSI KINERJA KEPALA SEKOLAH DALAM MENGELOLA DUA SEKOLAH SD



BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang
Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat komplek karena sekolah sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedang sifat unik, menunjukkan bahwa sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi lain. Ciri-ciri yang menempatkan sekolah memiliki karakter tersendiri, dimana terjadi proses belajar mengajar, tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan umat manusia.
Di lingkungan dunia pendidikan diperlukan usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu, yang telah disepakati bersama. Salah satu bentuk itu di selenggarakan oleh lembaga pendidikan formal yang dipimpin oleh Kepala Sekolah.
Kepala Sekolah sebagai seorang pemimpin mempunyai tanggung jawab secara keseluruhan Administrasi sekolah antara lain bidang personalia. Tanpa personil yang professional program pendidikan yang di bangun di atas konsep-konsep yang bagus dan dirancang dengan teliti pun dapat tidak berhasil. Lingkungan yang mencerdaskan perlu diwujudkan dalam satuan pendidikan secara utuh dalam pelaksanaan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Pengembangan mutu sekolah merupakan upaya yang harus terus dilakukan di dalam upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan bangsa Indonesia. Kondisi tersebut dikarenakan meningkatnya mutu sekolah tentu akan berpengaruh langsung pada peningkatan kualitas pendidikan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas SDM pada suatu Negara. 
Namun demikian, peningkatan mutu sekolah bukanlah proses yang mudah dilakukan karena sangat terkait antara berbagai faktor yang mempengaruhi. Usaha-usaha peningkatan mutu itu dilaksanakan dengan pengawasan dan bimbingan yang teratur. Hal itu disebut sebagai supervisi pendidikan. Supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode-metode mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran.
Arti supervisi adalah sebagai berikut. "Supervision is a service activity that exists to help teacher do their job better." Seorang supervisor bekerja sama dengan guru-guru. Tugasnya adalah membantu guru dalam memecahkan masalah yang dihadapinya sehubungan dengan pelaksanaan tugasnya di kelas.
Guru-guru itu pun akan berusaha memperbaiki dan meningkatkan mutu pekerjaannya demi perkembangan jabatan dan karier masing-masing. Akhirnya, bantuan yang diberikan supervisor kepada guru-guru bertujuan agar terciptanya situasi belajar mengajar yang menyenangkan untuk mencapai hasil yang maksimal.
Munculnya sekolah unggulan dalam dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini merupakan perkembangan baru maka kita perlu berbangga dan bergembira. Ini menunjukkan makin banyaknya variasi dan alternatif pendidikan bagi anak-anak. Akan tetapi baru-baru ini ditemui sekolah-sekolah yang dijadikan satu oleh pemerintah karena dirasa banyak kekurangan siswa akibat keberhasilan KB dan banyaknya sekolah-sekolah swasta yang didirikan di sekitar masyarakat. Kondisi seperti ini ditemui di SDN X dan SDN Y ini terjadi karena banyaknya siswa yang terdapat dalam satu sekolah yaitu pada SDN Y akan tetapi di SDN ini sementara Kepala Sekolahnya pindah dan belum ada Kepala Sekolah pengganti, sedangkan pada SDN X siswa-siswinya semakin berkurang tetapi masih memiliki Kepala Sekolah yang mempunyai masa kerja yang panjang.
Kekurangan yang dimiliki dari masing-masing sekolah kemudian pemerintah memberikan alternatif yaitu dengan menggabungkan dua sekolah tersebut menjadi satu sehingga masing-masing sekolah bisa saling bekerja sama untuk menutupi kekurangan masing-masing dan bisa lebih mengembangkan kualitas sekolah dengan baik. Jarak tempuh kedua sekolah ini adalah 300 M dari jalan raya. Kedua sekolah ini dulunya adalah sekolah yang unggul, masing-masing sekolah memiliki kemampuan untuk bersaing antara keduanya, akan tetapi sepanjang berjalannya waktu salah satu sekolah ini semakin menurun kualitasnya begitupun siswanya. Penggabungan dua sekolah antara SDN X dan SDN Y ini dinamakan dengan istilah Merger. "Yakni sekolah yang hanya memiliki kurang dari 100 orang siswa, jarak antara sekolah yang satu dengan lainnya cukup dekat dan sekolah yang berada di bawah standar dalam hal persyaratan pengelolaan kelembagaannya," Dengan adanya penggabungan ini perlu menjadi sorotan penting. Dengan adanya dua sekolah ini berarti seorang Kepala Sekolah diberi wewenang dan kepercayaan oleh pemerintah. Oleh sebab itu perlu kerja keras dalam menangani dan melaksanakan tugas sekolah agar mendapatkan sekolah yang unggul.
Dengan adanya manajemen di sekolah, banyak sekolah baik yang negeri maupun swasta berlomba-lomba untuk mendapat predikat unggul, asumsinya bahwa sekolah unggulan akan menjadi favorit dan akan diminati masyarakat dalam mencerdaskan anak-anak mereka. Begitu pula sekolah-sekolah yang digabung oleh pemerintah yang ada di daerah, ini dimaksudkan agar menciptakan sekolah yang lebih bagus dan unggul seperti sekolah yang lain meski disini hanya terdapat seorang Kepala Sekolah saja, tentunya akan dipercaya banyak masyarakat.
Kepala Sekolah sebagai manajer merupakan pemegang kunci maju mundurnya sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat yang menyatakan, “principals is perhaps the most significant single factor in establishing an effective school" (Kepala Sekolah merupakan faktor yang paling penting di dalam membentuk sebuah sekolah yang efektif).
Dalam posisinya sebagai administrator dan manajer pendidikan, Kepala Sekolah diharapkan memiliki kemampuan profesional dan keterampilan yang memadai. Keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam mencapai keberhasilan sekolah, yaitu keterampilan konseptual, keterampilan hubungan dan keterampilan teknikal. Keterampilan konseptual meliputi; kemampuan melihat sekolah dan semua program pendidikan sebagai suatu keseluruhan. Keterampilan hubungan manusia meliputi; kemampuan menjalin hubungan kerjasama secara efektif dan efisien dengan personel sekolah, baik secara perorangan maupun kelompok. Keterampilan teknikal merupakan kecakapan dan keahlian yang harus dimiliki Kepala Sekolah meliputi metode-metode, proses-proses, prosedur dan teknik pengelolaan kelas.
Dengan kemampuan profesional manajemen pendidikan, Kepala Sekolah diharapkan dapat menyusun program sekolah yang efektif, menciptakan iklim sekolah yang kondusif dan membangun unjuk kerja personel sekolah serta dapat membimbing guru melaksanakan proses pembelajaran.
Faktor paling penting dalam pengembangan mutu sekolah adalah faktor kepemimpinan. Sebagai seseorang yang mempunyai wewenang paling tinggi di sekolah pemimpin sangat mungkin untuk mempengaruhi keseluruhan jalannya organisasi. Apalagi jika seorang pemimpin sekolah mengelola dua sekolah, kondisi seperti ini sangat jarang ditemui. Ini sangat berpengaruh terhadap perubahan-perubahan dalam manset orang-orang yang ada di sekolah akan menjadi titik awal dalam menuju peningkatan mutu sekolah yang kompetitif dan unggul. Pemimpin sekolah yang mengelola dua sekolah ini sangat jarang ditemui di kalangan dunia pendidikan. Melaksanakan wewenang sangat berat sekali butuh waktu yang lama untuk mencapai keberhasilan. Apalagi disini ditemui bahwa seorang pemimpin berwenang mengelola dua sekolah yang berbeda, hal ini perlu ekstra kerja keras dalam pengelolaan.
Seorang pemimpin harus memiliki karakter yang unggul untuk dapat mempengaruhi orang-orang yang ada di sekolah, sehingga dapat meningkatkan kualitas yang ada pada sekolah. Selain itu perlu adanya belajar dari sumber daya manusia yang ada di sekolah. Untuk menumbuhkan dan memfasilitasi sumber daya manusia di sekolah maka Kepala Sekolah perlu mendorong sumber daya manusia untuk belajar yang mana kemampuan dari orang-orang yang ada di sekolah tersebut, kemudian juga difasilitasi oleh pihak sekolah sehingga sekolah menjadi organisasi pembelajar.
Seperti penelitian sebelumnya yang membahas mengenai Konsep Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah oleh Subagio, yang isinya mengenai tugas dan tanggung jawab Kepala Sekolah untuk melakukan tugas dan tanggung jawab untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan. Penelitian ini sebagai acuan penulis untuk melakukan penelitian.
Berdasarkan kajian teoritis sebagaimana dijelaskan diatas, ada beberapa alasan yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini. Pertama, kemajuan dibidang pendidikan membutuhkan administrator pendidikan atau Kepala Sekolah yang mampu mengelola satuan pendidikan dan mampu meningkatkan kinerja guru dalam mencapai tujuan pendidikan, apalagi disini ditemui seorang Kepala Sekolah mengelola dua sekolah. Kedua, persepsi masyarakat selama ini memposisikan Kepala Sekolah sebagai pemegang penting dalam peningkatan kualitas pendidikan. Ketiga, kurangnya siswa yang menjadi pemicu digabungnya sekolah. Ketiga, kajian empiris dengan tema ini menarik untuk dilakukan mengingat perkembangan ilmu dan teori manajemen, khususnya manajemen pendidikan, yang berjalan dengan pesat.
Dengan kondisi demikian maka akan mempermudah menjalankan proses perubahan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan cita-cita yang diinginkan bagi pihak sekolah. Apalagi jika pengelolaan dua sekolah dilakukan atau dilaksanakan dengan baik. Beberapa fenomena yang dipaparkan diatas menjadi alasan ketertarikan penulis untuk meneliti tentang "KINERJA KEPALA SEKOLAH DALAM MENGELOLA DUA SEKOLAH DI SD NEGERI X DAN SD NEGERI Y".

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus penelitian dalam penelitian ini adalah : 
1. Bagaimana proses perencanaan Kepala Sekolah dalam mengatur waktu pengelolaan dua sekolah di SD Negeri X dan SD Negeri Y ?
2. Bagaimana kinerja Kepala Sekolah dalam mengelola dua sekolah di SD Negeri X dan SD Negeri Y ?
3. Faktor pendukung dan penghambat dalam mengelola dua sekolah di SD Negeri X dan SD Negeri Y ?

C. Tujuan
Berangkat dari fokus penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan;
1. Proses perencanaan Kepala Sekolah dalam mengatur waktu mengelola dua sekolah di SD Negeri X dan SD Negeri Y.
2. Kinerja Kepala Sekolah dalam mengelola dua sekolah di SD Negeri X dan SD Negeri Y.
3. Faktor pendukung dan penghambat dalam mengelola dua sekolah di SD Negeri X dan SD Negeri Y.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Bermanfaat untuk pengembangan ilmu. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi ilmu manajemen pendidikan khususnya dalam kinerja Kepala Sekolah dalam bentuk penajaman konsep serta aspek-aspek lain yang berkaitan dan mampu sebagai pengembangan sekolah. 
2. Sebagai bahan informasi untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya bidang manajemen pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu pada departemen pendidikan, dalam rangka menerapkan, meningkatkan, dan mengembangkan, kualitas kinerja Kepala Sekolah. 
3. Bagi lembaga pendidikan. Sebagai referensi bagi SD/MI negeri maupun swasta yang berada di kawasan penelitian ini. Untuk menjadi bahan pertimbangan dalam pengembangan mutu, program perencanaan dan pengawasan pendidikan sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas lembaga di masa yang akan datang.

SKRIPSI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI MI

SKRIPSI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI MI

(KODE : PENDPGSD-0004) : SKRIPSI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI MI



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perbincangan mengenai pendidikan karakter di Indonesia belakangan ini semakin menguat. Nampaknya, gerakan pendidikan karakter yang marak sekarang ini tidak lepas dari keprihatinan semua komponen bangsa ini yang menilai bahwa karakter bangsa ini semakin memudar. Sistem pendidikan dilihat seakan-akan tak mampu menjadi alat untuk menciptakan manusia Indonesia yang cerdas baik secara spiritual, sosial, maupun intelektual. Pendidikan kita, menurut sejumlah pemerhati pendidikan, belum mampu melahirkan pribadi-pribadi unggul, yang jujur, bertanggung jawab, berakhlak mulia serta humanis.
Dalam upaya pengembangan nilai-nilai keagamaan di lembaga pendidikan, seorang guru tidak hanya terfokus pada kegiatan proses belajar mengajar di kelas, tetapi juga harus mengarahkan kepada siswanya dalam bentuk implementasi keagamaan. Misalnya, para peserta didik diajak untuk mau memperingati hari-hari besar keagamaan dan kegiatan-kegiatan keagamaan dalam sekolah tersebut yang kemungkinan besar juga memberikan sumbangan informasi kepada siswa tentang materi-materi yang telah dipelajari di dalam kelas.
Seorang guru yang kreatif, selalu berupaya untuk mencari cara agar agenda kegiatan yang direncanakan dapat berhasil sesuai yang diharapkan. Guru harus mampu mengatasi masalah atau kendala yang dihadapi dan dapat menciptakan suasana sekolah sesuai yang diharapkan. Seperti dalam kegiatan-kegiatan keagamaan, perlu adanya solusi dan penanaman pendidikan karakter dalam pembinaan kegiatan keagamaan dan mengefektifkan semua siswa yang selalu tidak mau mengikuti kegiatan tersebut.
Dalam kegiatan keagamaan di Madrasah Ibtidaiah harus ditunjang dengan keteladanan atau pembiasaan tentang sikap yang baik dalam menanamkan pendidikan karakter terhadap siswa. Tanpa adanya pembiasaan dan pemberian teladan yang baik, pembinaan tersebut akan sulit mencapai tujuan yang diharapkan, dan sudah menjadi tugas guru terutama guru agama untuk memberikan keteladanan atau contoh yang baik dan membiasakannya bersikap baik pula.
Pendidikan karakter harus dilaksanakan secara integral dan holistik. Pendidikan karakter harus didukung oleh semua komponen masyarakat dan dilakukan di semua level dan ruang kehidupan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ki Hajar Dewantara yang menyatakan bahwa "Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak".
Dengan demikian, pendidikan karakter merupakan komponen penting dan mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembinaan kegiatan keagamaan. Karena dengan adanya pendidikan karakter dalam pembinaan kegiatan keagamaan siswa selain untuk memaksimalkan dan memudahkan proses pembinaan kegiatan keagamaan siswa, juga bertujuan untuk meningkatkan mutu guru agama Islam khususnya peningkatan cara mengajar pendidikan Islam. Untuk itulah, pendidikan karakter dalam Islam harus dapat diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan keagamaan yang nantinya dapat mewujudkan peserta didik yang berakhlakul karimah.
Dalam pembinaan kegiatan keagamaan di Madrasah Ibtidaiah, tentu masih membutuhkan bimbingan guru, dimana guru agama membimbing, menuntun, memberikan contoh, bahkan mengantarkan anak didiknya ke arah pada kedewasaan yang muslim.
Di MI X, sejalan dengan adanya program kegiatan keagamaan, para siswa ikut berperan aktif dalam kegiatan keagamaan. Akan tetapi, pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan terhadap siswa belum tertanam atau tumbuh dalam diri siswa. Oleh karena itu, perlu adanya pembinaan yang lebih intensif dari guru tentang pendidikan karakter siswa melalui kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada.
Kegiatan keagamaan yang ada di MI X, antara lain : 
1) Membaca surat-surat pendek sebelum belajar
2) Sholat duha pada jam istirahat
3) Sholat dhuhur berjamaah
4) Melaksanakan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)
5) Melaksanakan kegiatan manasik haji
6) Pesantren kilat
Berdasarkan Direktorat Pendidikan Madrasah Kementerian Agama, pembentukan karakter adalah bagian integral dari orientasi pendidikan Islam. Tujuannya adalah membentuk kepribadian seseorang agar : 
1) Memiliki karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya (karakter religius)
2) Memiliki karakter kemandirian dan tanggungjawab
3) Memiliki karakter kejujuran
4) Memiliki karakter hormat dan santun
5) Memiliki karakter dermawan, suka tolong-menolong dan kerjasama
6) Memiliki karakter percaya diri dan pekerja keras
7) Memiliki karakter kepemimpinan dan keadilan
8) Memiliki karakter baik dan rendah hati
9) Memiliki karakter toleransi, kedamaian dan kesatuan
Pada saat pelaksanaan kegiatan keagamaan di MI X, para siswa sangat antusias mengikutinya. Semua kegiatan dilaksanakan oleh seluruh siswa MI X dari kelas I-VI. Membaca surat-surat pendek sebelum belajar dilaksanakan setiap hari pada hari efektif yang diharapkan agar siswa memilki karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya serta karakter kemandirian dan tanggungjawab. Sholat duha pada jam istirahat diharapkan siswa memiliki karakter kemandirian dan tanggungjawab. Sholat dhuhur berjamaah diharapkan siswa memiliki karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya serta karakter dermawan, suka tolong-menolong dan kerjasama. Melaksanakan PHBI diharapkan memiliki karakter kepemimpinan dan keadilan serta karakter toleransi, kedamaian dan kesatuan. Melaksanakan manasik haji diharapkan memiliki karakter percaya diri dan pekerja keras, karakter baik dan rendah hati serta karakter toleransi, kedamaian dan kesatuan. Pesantren kilat diharapkan memiliki karakter kejujuran serta kemandirian dan tanggungjawab.
Kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di MI X tersebut di atas, menjadi sebuah pertanyaan "Apakah kegiatan tersebut dapat membentuk karakter siswa seperti yang tertuang dalam tujuan pembentukan karakter di atas ?"
Paparan di atas, menjadikan penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi untuk diangkat menjadi karya tulis skripsi dengan judul : "PENDIDIKAN KARAKTER SISWA MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI MI X" dengan tujuan memberi pemahaman kepada peserta didik dan lingkungan sekolah bahkan masyarakat setempat dan dari hasil penelitian tersebut diharapkan mampu menjadi tolak ukur serta tambahan wawasan bagi pengembangan pendidikan Islam ke depan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut : 
1. Bagaimana implementasi pendidikan karakter siswa melalui kegiatan keagamaan di MI X ?
2. Kendala apa yang dihadapi dan solusinya dalam menanamkan pendidikan karakter siswa melalui kegiatan keagamaan di MI X ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan : 
1. Untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan karakter siswa melalui kegiatan keagamaan di MI X. 
2. Untuk mendeskripsikan kendala dan solusinya dalam menanamkan pendidikan karakter siswa melalui kegiatan keagamaan di MI X.

D. Manfaat Penelitian
Dari tujuan penelitian tersebut di atas, diharapkan penelitian ini mampu memberikan manfaat bagi beberapa pihak, diantaranya adalah sebagai berikut : 
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan untuk menanamkan pendidikan karakter siswa melalui kegiatan keagamaan. Sehingga pada pelaksanaannya tidak bersifat teoritis saja melainkan bagaimana penerapannya di lapangan dan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Lembaga
Sebagai barometer tingkat keberhasilan seorang guru, menjadi petunjuk dan pedoman bagi sekolah yang bersangkutan dalam pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan di MI X. Sekaligus dapat digunakan sebagai referensi untuk mengevaluasi pembinaan yang selanjutnya dapat digunakan untuk membangun dan meningkatkan pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan yang lebih efektif. 
3. Bagi Peneliti
Untuk memperkaya khasanah pemikiran dan memperluas wawasan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam Pendidikan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Keagamaan dan sekaligus sebagai langkah untuk meraih gelar S1.

SKRIPSI HUBUNGAN DISIPLIN BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS V

SKRIPSI HUBUNGAN DISIPLIN BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS V

(KODE : PENDPGSD-0003) : SKRIPSI HUBUNGAN DISIPLIN BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS V



BAB I
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat. Akibat dari fenomena ini antara lain munculnya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan diantaranya bidang pendidikan. Untuk menghadapinya dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, salah satu cara yang ditempuh adalah melalui peningkatan mutu pendidikan. Berbicara mengenai mutu pendidikan tidak akan lepas dari kegiatan belajar dimana aktivitas belajar siswa menunjukkan indikator lebih baik. Untuk mencapai pokok materi belajar siswa yang optimal tidak lepas dari kondisi dimana kemungkinan siswa dapat belajar dengan efektif dan dapat mengembangkan daya eksplorasinya baik fisik maupun psikis. Menumbuhkan motivasi belajar pada siswa di saat pembelajaran tidaklah mudah, banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain pendidik, orang tua, dan siswa. Sehingga siswa memegang peranan dalam mencapai disiplin belajar. Sebab itulah sebagai pendidik haruslah dapat menumbuhkan motivasi siswanya agar siswa juga memiliki rasa disiplin dalam belajarnya sehingga hasil belajar juga akan meningkat.
Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003 bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal memiliki tujuan yang sama dengan tujuan pendidikan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut tidak selalu berjalan dengan lancar karena penyelenggaraan pendidikan bukan suatu yang sederhana tetapi bersifat kompleks. Banyak faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan baik faktor dari peserta didik maupun dari pihak sekolah. Salah satu faktor yang berasal dari diri peserta didik yaitu disiplin belajar yang rendah. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pendidikan salah satunya yaitu dengan meningkatkan disiplin belajar pada peserta didik. Agar proses belajar mengajar lancar maka seluruh siswa harus mematuhi tata tertib dengan penuh rasa disiplin yang tinggi. Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan atau keterikatan terhadap sesuatu peraturan tata tertib.
Di samping itu pendidikan anak dalam keluarga sering kali berlangsung secara tidak sengaja, dalam arti tidak direncanakan atau dirancang secara khusus guna mencapai tujuan-tujuan tertentu dengan metode-metode tertentu seperti dalam pendidikan di sekolah. Pendidikan dalam keluarga sering kali dilaksanakan secara terpadu dengan pelaksanaan tugas atau kewajiban orang tua terhadap anak. 
Orang tua memegang peranan untuk menimbulkan motivasi belajar dalam diri siswa. Karena keberhasilan siswa dalam meningkatkan motivasi belajar tidak hanya ditentukan oleh kegiatan belajar mengajar di sekolah saja, tetapi juga perlu didukung dengan kondisi dan perlakuan orang tua (pola asuh di rumah) yang dapat membentuk kebiasaan belajar yang baik. Dari pengertian tersebut tampak jelas bahwa disiplin merupakan sikap moral seseorang yang tidak secara otomatis ada pada dirinya sejak ia lahir, melainkan dibentuk oleh lingkungannya melalui pola asuh serta perlakuan orang tua, guru, serta masyarakat. Individu yang memiliki sikap disiplin akan mampu mengarahkan diri dan mengendalikan perilakunya sehingga akan menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban terhadap peran-peran yang ditetapkan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SD X, masih banyak siswa yang kurang disiplin terhadap peraturan sekolah yang tidak boleh datang terlambat atau membuat gaduh kelas saat pelajaran berlangsung. Saat upacara hari Senin masih ada saja yang terlambat dan lupa tidak membawa perlengkapan upacara. Lupa tidak mengerjakan tugas, lupa tidak membawa buku pelajaran dan masih banyak lagi. Hal seperti itu merupakan tugas guru dan orang tua untuk memperbaiki disiplin anak. Selain disiplin, anak sering kurang berminat terhadap belajar.
Berdasarkan berita di media cetak Kompas, di daerah Jogjakarta terjaring 14 pelajar yang membolos dari sekolah. Para siswa membolos ke tempat hiburan dan obyek wisata seperti area permainan playstation dan swalayan. Dengan berita itu membuktikan bahwa ketertarikan mereka terhadap belajar itu kurang. Melihat banyak siswa yang membolos saat pelajaran itu merupakan tugas guru untuk memperbaiki metode saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, agar siswa tidak bosan dan termotivasi untuk belajar. Sebagai orang tua juga harus memantau bagaimana perilaku anaknya saat di sekolah ataupun di rumah. Dan orang tua juga harus bisa memotivasi anaknya agar semangat dalam belajarnya.
Sikap disiplin dan motivasi belajar yang tinggi penting dimiliki oleh setiap siswa karena dengan disiplin dan motivasi belajar yang tinggi akan memudahkan siswa dalam belajar secara terarah dan teratur. Siswa yang menyadari bahwa belajar tanpa adanya suatu paksaan, siswa menunjukkan perilaku yang memiliki kecenderungan disiplin yang tinggi dalam dirinya disamping itu juga akan timbul suatu motivasi dalam diri siswa. Mereka menyadari bahwa dengan disiplin belajar dan juga adanya motivasi belajar dalam dirinya akan mempengaruhi hasil belajar mereka. Hal ini terjadi karena dengan disiplin rasa segan, rasa malas, dan rasa membolos akan teratasi. 
Siswa memerlukan disiplin belajar dan adanya motivasi dalam belajar supaya dapat mengkondisikan diri untuk belajar sesuai dengan harapan-harapan yang terbentuk dari masyarakat. Siswa dengan disiplin belajar dan adanya motivasi yang tinggi akan cenderung lebih mampu memperoleh hasil belajar yang baik dibanding dengan siswa yang disiplin belajar dan kurangnya motivasi belajarnya rendah. Khususnya dalam mendalami pelajaran IPA, karena materi yang harus dipelajari cukup banyak dan IPA mencangkup beberapa pokok bahasan yang saling berhubungan satu sama lain, sehingga dibutuhkan disiplin serta motivasi yang tinggi dari dalam diri siswa.
Siswa yang disiplin dalam belajar dan juga adanya motivasi belajar senantiasa bersungguh-sungguh dan berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran di kelas, siswa datang ke sekolah tepat waktu dan selalu mentaati tata tertib sekolah, apabila berada di rumah siswa belajar secara teratur dan terarah. Upaya untuk mengetahui tingginya tingkat disiplin belajar dan motivasi belajar siswa, peneliti mencoba untuk melaksanakan penelitian. Judul penelitian yang penulis angkat dalam penelitian ini yaitu "HUBUNGAN ANTARA DISIPLIN BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI X".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 
1. Apakah ada hubungan signifikan antara disiplin belajar dengan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri X.
2. Apakah ada hubungan signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri X.
3. Apakah ada hubungan signifikan antara disiplin belajar dengan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri X.
4. Apakah ada hubungan signifikan antara disiplin belajar dan motivasi belajar dengan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri X.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : 
1. Untuk membuktikan terdapat tidaknya hubungan yang signifikan antara disiplin belajar dengan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri X.
2. Untuk membuktikan terdapat tidaknya hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri X.
3. Untuk membuktikan terdapat tidaknya hubungan yang signifikan antara disiplin belajar dengan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri X.
4. Untuk membuktikan terdapat tidaknya hubungan yang signifikan antara disiplin belajar dan motivasi belajar dengan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri X.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu : 
1. Manfaat Akademik
Sebagai sumber informasi dan menambah pengetahuan baru bagi peneliti khususnya yang berkaitan dengan hubungan antara disiplin belajar dan motivasi belajar siswa dengan hasil belajar.
2. Manfaat Praktis
Memberi masukan kepada siswa akan pentingnya disiplin belajar dan motivasi belajar, bagi pihak sekolah akan pentingnya peraturan yang mengatur kedisiplinan siswa, dan bagi pihak orang tua untuk mendorong siswa untuk mempunyai motivasi belajar yang baik dan berdisiplin dalam belajar.

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS TINGGI SD

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS TINGGI SD

(KODE : PENDPGSD-0002) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS TINGGI SD



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Bab I, pasal 2 ayat (3) Undang-undang Sisdiknas No. 20/2003., Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam diri peserta didik sebenarnya sudah terdapat banyak kemampuan yang dimiliki, namun sebagai guru kadang kita lupa dan mengabaikan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Dalam memasuki era globalisasi pada saat ini, peran membaca sangat penting dalam segala hal. Melihat pentingnya membaca untuk mencapai kemajuan dan kesuksesan, maka minat baca harusnya mulai ditanamkan sejak dini. Sebab, minat baca pada anak tidak terbentuk dengan sendirinya, tetapi sangat dipengaruhi oleh stimulus yang diperoleh dari lingkungan anak. Keluarga yang merupakan lingkungan anak pertama adalah salah satu hal yang mempengaruhinya. Selain itu sekolah juga merupakan faktor yang penting.
Sekolah merupakan tempat dimana proses transfer ilmu berlangsung, peranan tenaga pendidik yang ada di sekolah, sangat menentukan arah transfer ilmu yang sedang dan akan berjalan. Sekolah dituntut untuk dapat memfasilitasi. Sehingga hasil akhir yang didapat, sekolah tersebut memilki siswa-siswa yang unggul dan berprestasi. Pastinya, bukan hanya para guru saja yang harus banyak berperan, tetapi juga sarana pendukung yang dapat membantu para siswanya di dalam hal kegiatan belajar-mengajar, mutlak disediakan oleh sekolah, seperti perpustakaan dan laboratorium pendukung.
Perpustakaan sekolah misalnya, merupakan sarana yang melayani siswa dalam mencari segala informasi dalam belajarnya. Perpustakaan sekolah didirikan untuk menunjang pencapaian tujuan sekolah, yaitu pendidikan dan pengajaran seperti digariskan dalam kurikulum sekolah. Sebagai sebuah lembaga yang memberikan kontribusinya dalam bidang pendidikan, maka perpustakaan memiliki nilai-nilai pendidikan, edukatif dan ilmu pengetahuan. Orang yang mau membaca dan belajar, dapat memanfaatkan Perpustakaan sebaik-baiknya. Pendek kata, siapapun yang ingin pandai, menambah pengetahuan, keterampilan, dan wawasannya mesti belajar (membaca),
Mendasarkan pada hasil penelitian Programme for International Student Assessment, diketahui minat baca siswa di Indonesia rendah dibandingkan dengan negara-negara di Asia Timur. Karena dari 42 negara yang menjadi responden, siswa Indonesia menduduki peringkat ke-39, sedikit di atas Albania dan Peru. Demikian juga dengan penguasaan materi dari bacaan, siswa Indonesia hanya mampu menyerap 30% dari materi bacaan yang tersaji dalam bahan bacaan. Kusuma (dalam http://suherlicentre.blogspot.com).
Fakta di atas menunjukkan bahwa di Indonesia, menumbuhkan minat membaca pada siswa menjadi kebutuhan yang mendesak dan penting. Kebutuhan ini didasarkan pada kenyataan bahwa di sekolah, sebagian besar interaksi belajar mengajar dilakukan dengan pemberian tugas-tugas yang melibatkan buku-buku yang harus dibaca siswa. Soewarso dan Widiarto (2010 : 91), menegaskan, khusus pada mata pelajaran IPS, dalam interaksi belajar mengajar, hampir seluruhnya tergantung pada bacaan. Dalam IPS kegiatan mengumpulkan berbagai informasi mutlak untuk dilakukan, dan untuk mendapatkan informasi ini diperoleh dari kegiatan membaca.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.
Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi : Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
Dalam ilmu sosial terdapat ketrampilan-ketrampilan yang mutlak harus dimiliki, yaitu bertanya, menggali, menyajikan dan menganalisis informasi. mengembangkan dan menguji generalisasi serta membaca dan menulis secara kritis.
Salah satu tujuan pembelajaran IPS SD adalah memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan ketrampilan dalam kehidupan sosial. Bekal untuk mencapai tujuan tersebut salah satunya siswa harus membaca buku-buku dan informasi bacaan lainnya. Kegiatan ini penting untuk membantu memberikan informasi bagi pembaca, yang mendorong pembaca berpikir kritis dengan keingintahuan yang tinggi sehingga secara tidak langsung akan mencapai kompetensi yang diharapkan yang ditunjukkan oleh tingginya hasil belajar IPS yang dicapai.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di SDN X, menurut catatan jurnal harian perpustakaan diketahui bahwa rata-rata hanya 20 sampai 25 siswa atau sekitar 35 % dari jumlah keseluruhan siswa SDN X yang aktif dalam kegiatan membaca maupun meminjam buku-buku atau koleksi bacaan lainnya, pada saat jam istirahat pertama maupun jam istirahat kedua. Itu pun yang banyak melakukan adalah kelas tinggi. Selain hal tersebut, di SDN X menetapkan nilai KKM untuk mata pelajaran IPS adalah 60, sedangkan berdasarkan hasil ulangan harian pertama pada mata pelajaran IPS ,28 dari 39 siswa kelas IV yang nilai diatas KKM yang ditetapkan. selebihnya ada 11 siswa yang nilainya belum memenuhi KKM. Sedang untuk kelas V dari 33 siswa 11 siswa tidak tuntas dan kelas VI dari 36 ada 6 siswa yang kurang dari KKM. Hal tersebut bisa saja dipengaruhi oleh faktor minat membaca seperti yang dituturkan salah satu guru di SDN X. 
“Untuk memahami pelajaran IPS diperlukan banyak informasi yang harus diserap oleh anak, jika hanya bergantung pada saat pelajaran saja maka kurang, dengan kegiatan membaca di luar jam pelajaran maka anak akan belajar mencari sendiri informasi-informasi yang ada di buku yang dibutuhkan untuk meningkatkan hasil belajar IPS-nya”.
Berlatar belakang dari uraian tersebut serta berbagai hasil penelitian sebelumnya membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "HUBUNGAN ANTARA MINAT BACA DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS TINGGI SEKOLAH DASAR NEGERI X”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : adakah hubungan antara minat baca dan hasil belajar IPS bagi siswa kelas tinggi Sekolah Dasar Negeri X.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara minat baca dan hasil belajar IPS bagi siswa kelas tinggi SDN X.

D. Manfaat Penelitian 
1. Dari segi Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan penelitian lebih lanjut. 
2. Dari segi Praktis : 
Bagi guru hasil penelitian diharapkan memberi wawasan untuk mengembangkan pembelajaran dengan mendorong minat baca siswa melalui tugas-tugas pembelajaran IPS. Sedangkan bagi siswa hasil penelitian diharapkan dapat membuat siswa mencintai kegiatan membaca, dan memanfaatkan perpustakaan. Bagi lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar, diharapkan penelitian ini dapat membuat menyadarkan bahwa minat baca perlu dikembangkan dalam diri peserta didik.

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA, KECERDASAN VERBAL LINGUISTIK DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA, KECERDASAN VERBAL LINGUISTIK DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV

(KODE : PENDPGSD-0001) : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA, KECERDASAN VERBAL LINGUISTIK DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV



BAB I 
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Membaca merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting pada manusia yaitu berbahasa. Berbahasa merupakan kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi. Di sekolah dasar. pengajaran membaca merupakan salah satu aspek pokok pengajaran bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan sistem bunyi dan makna, unsur-unsur bahasa yang dipilih secara acak tanpa dasar atau tidak ada hubungan logis antara bunyi dengan maknanya, berbentuk ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, berfungsi selama manusia memanfaatkannya, sebagai penyatu keluarga. masyarakat, dan bangsa dalam kegiatannya. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam bereksplorasi di lingkungan akademik maupun kehidupan sosial. Kegemaran membaca sebaiknya dilatihkan kepada anak sejak usia dini yaitu pada tingkat sekolah dasar. Pembelajaran bahasa mencerminkan pengenalan diri dan budaya. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia menekankan pembelajaran yang melibatkan pengalaman siswa pada empat keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, menulis dan membaca. Dalam proses belajar mengajar, membaca mempunyai peranan yang sangat penting. Bahkan membaca merupakan faktor penentu bagi keberhasilan belajar seseorang.
Wiranto (2008) mengatakan guru mengeluhkan macetnya komunikasi guru dengan siswa yang disebabkan pasifnya siswa dengan sikap yang diam dalam seribu bahasa. Guru tersebut kesal bila dalam proses belajar mengajar dan bertanya untuk mendapatkan umpan balik tidak ada jawaban dari siswanya. Kesulitan siswa dalam memahami pelajaran dan pasifnya siswa dalam berkomunikasi secara lisan dan tulisan adalah karena siswa lemah dalam kemampuan membaca. Penyebabnya adalah karena mereka tidak terlatih atau membiasakan diri membaca sejak dini.
Membaca dalam kehidupan sehari-hari tidak harus membaca buku pelajaran saja tetapi bisa juga membaca novel, buku cerita, ensiklopedi, kamus, koran, maupun komik. Banyak orang bertanya, apa keuntungan yang kita dapatkan dari membaca novel, buku cerita, ensiklopedi, kamus, komik maupun koran. Menurut pendapat Elena (2007) mungkin pikiran pertama yang muncul dibenak orang mengenai manfaat membaca buku cerita maupun novel adalah untuk mendapatkan hiburan dari alur ceritanya. Tapi bukan itu saja, membaca buku dapat membantu memaparkan orang berbagai jenis kata dan kalimat baru, dan ini pun nantinya bisa memperkaya vokab orang tersebut dan meningkatkan kemampuan berkomunikasinya.
Membaca meningkatkan cara berpikir, membaca juga meningkatkan memori seseorang serta kemampuannya memahami teks. Membaca merangsang otak untuk berimajinasi. Penelitiannya menemukan bahwa pada saat menonton televisi tidak banyak bagian otak yang merespon, sedangkan pada saat orang membaca, bagian-bagian otak yang berbeda akan merespon. Hal itu disebabkan oleh imajinasi otak yang pada saat membaca dapat membayangkan hal-hal yang terjadi di dalam buku. Dari pernyataan Elena (2007) maka dapat disimpul-kan bahwa dengan kegiatan membaca novel, buku cerita, ataupun komik akan membantu merangsang otak untuk berkonsentrasi dan berimajinasi. Dengan demikian maka apabila otak sudah terbiasa berkonsentrasi dan berimajinasi akan memper-mudah seseorang untuk belajar.
Menurut Nadia (2005) kebiasaan membaca sejak dini ternyata dapat menggali bakat dan potensi anak. Membaca juga dapat memacu day a nalar dan melatih konsentrasi. Menurut pengalamannya, dengan mengenalkan buku bacaan pada anaknya sejak kecil dapat meningkatkan prestasi anaknya di sekolah. Terbukti anaknya sudah bisa membaca pada usia 4 tahun dan mampu mengarang dengan baik pada saat berusia 7 tahun. Nadia juga menegaskan bahwa peran orang tua sangat penting untuk mendampingi anak dalam membaca. Orang tua harus mengawasi buku apa saja yang mereka baca. Jangan sampai buku tersebut berdampak negatif pada anak dan menjadikan anak malas untuk belajar. Anak-anak boleh membaca komik tetapi hanya sekedar untuk hiburan saja dan memacu daya imajinasinya. Dengan memperhatikan kebiasaan membaca yang baik dan penggunaan metode membaca maka dapat dipastikan kita akan memahami isi dari bacaan yang nantinya juga akan berpengaruh pada hasil belajar, karena tinggi rendahnya hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang menurut Merson (dalam Tulus, 2004) adalah faktor kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motif, cara belajar dimana kebiasaan membaca yang baik termasuk dalam cara belajar dari seorang siswa, faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah. Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa kebiasaan membaca dan kecerdasan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
Melalui kegiatan membaca seseorang dapat menambah informasi dan memperluas ilmu pengetahuan. Dengan membaca membuat orang menjadi cerdas, kritis dan mempunyai daya analisa yang tinggi. Melalui kegiatan membaca juga selalu tersedia waktu untuk merenung, berfikir dan mengembangkan kreativitas berfikir. Bila seorang siswa tidak memiliki kebiasaan membaca serta perhatian yang besar terhadap membaca maka sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun dan memperoleh hasil yang baik dari pelajaran. Sebaliknya, apabila kegiatan membaca tersebut disertai dengan kebiasaan membaca serta perhatian besar terhadap obyek yang dipelajari, maka hasilnya diperoleh lebih baik. Tetapi tidak semua siswa mempunyai kesamaan kebiasaan dan kemampuan, dan tidak semua dari siswa belajar dengan cara yang sama. Setiap siswa memiliki kecerdasan berbeda-beda. Kecerdasan adalah kemampuan umum setiap individu dalam berbagai tingkat. Kecerdasan juga merupakan salah satu faktor utama penentu sukses atau gagalnya peserta didik belajar di sekolah. Peserta didik mempunyai taraf kecerdasan rendah atau di bawah normal sukar diharapkan berprestasi tinggi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis akan sukses belajar di sekolah.
Teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences/Ml) seperti yang dicerminkan dalam namanya, merupakan suatu kompetensi kognitif (belajar, memahami) manusia lebih baik diuraikan dalam arti kumpulan kemampuan, bakat, atau keterampilan mental yang disebut "kecerdasan" Gardner (Saputri, 2006 : 2). Setiap individu memiliki kecerdasan majemuk namun kadar yang dimiliki berbeda-beda, ada yang hanya memiliki beberapa kecerdasan majemuk dan buta pada kecerdasan majemuk lain, tetapi gabungan dari beberapa kecerdasan majemuk itulah yang membuat adanya keunikan tersendiri pada tiap individu Gardner (Arunita, 2009 : 1). 
Kecerdasan Verbal-Linguistic adalah kecerdasan yang terkait dengan kata-kata dan secara luas komunikasi. Kecerdasan ini menggambarkan kemampuan memakai bahasa melalui membaca, menulis, mendengar dan berbicara. Kemampuan untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan berbagai pengalaman sebelumnya, juga merupakan komponen penting dari kecerdasan ini. Orang yang berkecerdasan linguistik mampu membentuk dan mengenali kata dan polanya dengan penglihatan, pendengaran dan dalam beberapa kasus persentuhan. Orang berkecerdasan ini mampu menghasilkan dan menghaluskan bahasa dan menggunakan banyak bentuk dan format. Di ruang kelas, kecerdasan linguistik dirangsang melalui kegiatan bercerita, berdebat, berpidato dan bersandiwara. Membaca dan merespon berbagai variasi teks, juga menulis bermacam tema esai, cerita, surat, dan lelucon (English, 2005 : 24).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di SDN X, menurut catatan jurnal harian perpustakaan diketahui bahwa rata-rata hanya 20 sampai 25 siswa atau sekitar 20,6% dari jumlah keseluruhan siswa SDN X yang aktif dalam kegiatan membaca maupun meminjam buku-buku atau koleksi bacaan lainnya, pada saat jam istirahat pertama maupun jam istirahat kedua. Selain hal tersebut, guru kelas IV di SDN X juga menuturkan bahwa "SDN X menetapkan nilai KKM untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 70, sedangkan berdasarkan hasil ulangan harian serta hasil Ujian Akhir Semester I pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, hanya 27 dari 39 siswa kelas IV yang nilai rata-ratanya di atas KKM yang ditetapkan, selebihnya ada 12 siswa yang nilainya belum memenuhi KKM". Hal tersebut bisa saja dipengaruhi oleh faktor kebiasaan membaca dan kecerdasan siswa.
Berlatar belakang dari uraian tersebut serta berbagai hasil penelitian sebelumnya membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA, KECERDASAN VERBAL-LINGUISTIC DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DI SD NEGERI X".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 
1. Adakah hubungan positif dan signifikan antara kebiasaan membaca dan hasil belajar siswa kelas IV di SD Negeri X.
2. Adakah hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan Verbal-Linguistic dan hasil belajar siswa kelas IV di SDN X.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 
1. Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara kebiasaan membaca dan hasil belajar siswa kelas IV di SD Negeri X.
2. Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara kecerdasan Verbal-Linguistic dan hasil belajar siswa IV tinggi di SD Negeri X.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian yang akan dilaksanakan adalah dapat memberikan manfaat secara teoritis serta manfaat praktis pada masyarakat luas, khususnya di bidang pendidikan. 
1. Manfaat teoritis
a. Untuk peneliti sebagai sarana dalam membantu proses belajar mengajar.
b. Meningkatkan daya kreatifitas dan inovatif sehingga diharapkan menjadi guru yang profesional. 
2. Manfaat praktis
a. Sumbangan untuk lembaga pendidikan khususnya sekolah dalam usahanya meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Sebagai bahan informasi guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Memberikan alternatif bagi guru untuk mendorong siswa dalam menumbuhkan kebiasaan membaca dan kecerdasan verbal-linguistic dalam menunjang pembelajaran sehingga prestasi belajar dapat meningkat.